Produk Sidarat yang diproduksi PT Petrosida Gresik membuktikan kemampuannya dalam menekan populasi hama tikus di kebun. Tikus yang memakan umpan akan mati tanpa timbulkan bau.
Tikus merupakan binatang pengerat yang sulit dikendalikan di perkebunan sawit. Populasi tikus susah akan semakin tinggi apabila tersedia sumber makanan cukup dalam satu lokasi. Salam Martodiputro, Direktur Marketing PT Petrosida Gresik, mengatakan serangan tikus mempunyai daya jelajah sama dan berkembang areal penyebarannya. Dampak dari serangan tikus inilah yang membuat pekebun kehilangan produktivitas panennya. Mengutip dari penelitian Sudharto dan Desmier De Chenon, hasil produksi Tanaman Menghasilkan (TM) berpotensi berkurang sampai 1.363,8 kg minyak mentah sawit per hektare per tahun.
Yang perlu dikhawatirkan lagi, kata Salam, keratan tikus ini mendorong kenaikan kadar asam lemak bebas di minyak sawit. Tak hanya itu saja, perkembangan jamur saprofitik akan membusukkan buah dan tandan di pohon. “Dampak teringannya, tanaman akan mengalami sedikit kerusakan dan hanya sedikit berpengaruh kepada produktivitas tanaman,” kata Salam dalam jawaban tertulis.
Supaya populasi tikus dapat dikendalikan, PT Petrosida Gresik mempunyai produk rodentisida bernama Sidarat dengan formula Brodifakum 0,005%. Sasaran dari produk ini adalah tikus sawah (rattus argentiventer) dan tikus semak (rattus tiomanikus). Umpan Sidarat berbentuk segi empat berwarna hijau kebiru-biruan. Kandungan yang terdapat dalam bahan ini adalah campuran beras, jagung, gandum, dan roti karena lebih disukai hama tikus.
Sidarat mempunyai sifat antikoagulan dimana metabolisme tikus akan terganggu dan mati. Menurut Salam Martodiputro, tikus yang memakan umpan tidak akan langsung mati tetapi akan terganggu sistem metabolisme tubuhnya dan mengalami perdarahan internal. Setelah itu, tikus mencari sumber air untuk mengurangi dehidrasi di dalam tubuhnya dan mati dekat dengan perairan.
Salam Martodiputro menuturkan, tikus tidak akan langsung mati dalam satu hari tetapi perlu jangka waktu 3-5 hari. Nantinya,tubuh tikus menjadi kering lantaran kekurangan air. Sehingga, aroma bau tidak timbul dari tubuh tikus. Metode ini tidak menimbulkan efek jera karena tidak disadari oleh tikus lainnya.
“Produk kami dibuat dan diformulasikan dari bahan terbaik dengan zat khusus yang mampu merangsang tikus untuk memakan umpan yang dipasang,” ujar Salam.
Untuk setiap pengumpanan, Salam menyarankan umpan diletakkan 1-2 buah pada jalur yang diletakkan di jalan atau jalur tikus. Bisa juga pekebun meletakkan umpan di lubang aktif dengan dosis 0,4-0,8 kilogram umpan jadi. Kalau di rata-rata setiap hektare akan membutuhkan 100-200 umpan.
Salam Martodiputro merekomendasikan waktu pengumpanan sebaiknya dijalankan sebelum tanaman pindah ke lapangan dan pada tanaman muda. Interval waktu pengumpanan diaplikasikan dengan rentang waktu antara 1-10 hari.
Umpan yang telah dimakan tikus akan memberikan hasil efektif paling lama 5 hari. Setelah tikus mati, menurut Salam, disarankan supaya pekebun mengambilnya sebab akan berbahaya bagi hewan lain memakan tikus yang sudah terkontaminasi racun.
Salam mengatakan produk ini ijinnya sudah keluar sejak 2009 yang dikomersialkan mulai tahun 2010. Sebenarnnya, produk ini tidak dikhususkan untuk tanaman kelapa sawit akan tetapi dapat dipakai di lahan pertanian.
Dari target penjualan, PT Petrosida Gresik lebih membidik sektor pangan yang mencapai 80% dan sisanya 20% untuk perkebunan. Salam Martodiputro mengakui lebih menjual kepada pasar ritel petani pangan karena pembelian bersifat langsung. Kegiatan pemasaran produk perusahaan lebih mudah dilakukan yang ditopang 220 perusahaan distributor.
Untuk sektor perkebunan, konsumen dalam hal ini perusahaan biasanya meminta ujicoba produk dulu. Sebelum ada keputusan pembelian sebab ingin melihat keampuhan produk di lapangan. Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah bahan aktif dan harga produk.
Supaya dapat bersaing, perusahaan sangat memperhatikan kualitas Sidarat. Pasalnya, pembeli sangat kritis terhadap kemampuan produk dalam pengendalian tikus. Setelah kualitas, barulah harga produk akan mempengaruhi keputusan pembelian. Di pasar eceran, harga produk ini sebesar Rp 4.000 – 5.000 per kemasan 100 gram atau Rp 25.000 –Rp 30.000 per kemasan satu kilogram. Salam Martodiputro menyatakan kalangan sektor swasta adalah konsumen utama produk Sidarat seperti Tabung Haji Plantations Felda.
Walaupun baru setahun produk ini masuk ke pasar industri sawit, Salam Martodiputro optimistis perusahaan kelapa sawit dapat menerima produknya. Sebab, produk ini telah terbukti dapat mengendalikan serangan tikus di perkebunan. Dari segi kualitas dan mutu, PT Petrosida Gresik menerima sertifikat ISO 9001 untuk kualitas produk dan ISO 14001 bagi manajemen lingkungan.
Sebagai informasi, PT Petrosida Gresik awalnya adalah pabrik yang memproduksi dan memperdagangkan bahan aktif pestisida yang kemudian berkembang sesuai kebutuhan konsumen dengan menjadi formulator produk pestisida, produsen pupuk, bahan kimia, house hold dan produk bio lain di sektor pertanian maupun perikanan. (Qayuum Amri)