• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Friday, 8 December 2023
Trending
  • APKASINDO Tuntut KLHK Jangan Hambat PSR Petani Sawit
  • Peran Besar Riset Dalam Mendukung Hilirisasi Industri
  • Presiden RI Joko Widodo Meminta Perbankan Mempermudah Pembiayaan UMKM
  • Menko Airlangga Buka Pertemuan Nasional Petani Sawit Indonesia
  • Puteri Komarudin Mengajak Pelaku UMKM Masuk ke Ekosistem Digital
  • Kementan Melakukan Asistensi dan Pendampingan Teknologi Pangan di Lahan Food Estate
  • Indonesia Serius Tangani Perubahan iklim
  • Membedah Teka-Teki Harga CPO 2024
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Strategi Pemain Lama Pertahankan Pasar
Sajian Utama

Strategi Pemain Lama Pertahankan Pasar

By RedaksiSeptember 17, 20145 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Ratgone termasuk produk andalan PT Agricon di segmen pengendali tikus. Dipercaya pelaku sawit karena kualitas sudah teruji. 

Bicara bagus atau tidaknya produk akan terlihat dari berapa lama produk tersebut diterima oleh konsumen. Ratgone yang diproduksi PT Agricon sudah dikenal semenjak 1996, yang awalnya bernama PYTHON 0.005 RMB . Mulai 2005, nama produk ini berubah menjadi RATGONE 0.005 BB. 

Bahan aktif yang terkandung di dalam RATGONE 0.005 BB  adalah Brodifakum 0,005%. Brodifakum merupakan bahan aktif pengendali tikus generasi kedua yang bersifat antikoagulan. Sementara pengendali tikus generasi pertama berasal dari bahan aktif Brodiolon . 

Cara kerja  brodifakum adalah menghambat proses koagulasi atau penggumpalan darah yang selanjutnya dapat  memecah pembuluh darah kapiler. Keunggulan lain dari generasi kedua ini, menurut Bambang Widjajanto selaku GM PT Agricon, produk RATGONE 0.005 BB cukup diberikan satu umpan kepada tikus. Berbeda dengan bahan aktif generasi pertama yang umpannya perlu diberikan dalam jumlah 2-3 umpan, supaya tikus dapat mati. “Walaupun demikian, banyak sedikitnya umpan juga bergantung kepada berat badan tikus,” papar Bambang kepada SAWIT INDONESIA di kantornya yang berada di Bogor. 

Bambang Widjajanto menuturkan bahan aktif RATGONE 0.005 BB memang sama dengan produk lain tetapi yang membedakan dari aspek formulasi. RATGONE 0.005 BB yang berbentuk butiran ini mempunyai kelebihan yaitu lebih disukai oleh tikus. Sebab, ada kandungan beras khusus sebagai campuran material pembuat RATGONE 0.005 BB.

Baca juga :   Wapres RI Dijadwalkan Terima Apkasindo di Istana

Djoko Sunarno, Product Manager of Herbicide&Specialty Product PT Agricon, menjelaskan beras yang dipakai berasal dari beras pecah kulit yang disukai tikus. Tingginya kualitas beras pecah kulit membuat harga per kilonya relatif lebih mahal. 

Menurut Bambang Widjajanto, kualitas produk sangatlah diperhatikan perusahaan supaya hasilnya membantu pekebun untuk kendalikan tikus. Disamping Brodifakum dan kandungan beras pecah kulit, menurutnya, masih ada bahan kandungan lain misalkan dicampur bahan pembau khusus supaya lebih disukai oleh tikus. “Selain itu, ada formula lain tapi itu rahasia dapur perusahaan kami,” ujarnya sambil tersenyum.

Butiran RATGONE 0.005 BB yang berbentuk trapesium memang modifikasi mutakhir  perusahaan. Bambang Widjajanto  mengatakan ukuran dan bentuk RATGONE 0.005 BB memperhatikan sifat dari tikus itu sendiri sebagai binatang pengerat. Karena, tikus itu senang mengerat benda yang mempunyai bidang kerat banyak. Tak hanya itu, umpan Ratgone ini mudah dibawa tikus ke tempat persembunyian. Artinya, ada peluang tikus lain akan memakan umpan tersebut. 

Pertimbangan lain, butiran yang seperti trapesium ini demi keamanan pengguna. Bambang Widjajanto menjelaskan dulu  racun tikus mirip dengan beras biasa yang cenderung membahayakan pengguna dan akibat fatal yaitu keracunan. Demi keamanan manusia, butiran tadi dilapisi lilin dan bentuknya dibuat khusus.  

Dengan berat 3,3 gram per butir, umpan RATGONE 0.005 BB lebih mudah dibawa tikus. Hal inilah yang membuat produk ini bekerja efektif. Keuntungan lain, dengan berat tersebut satu kilogram Ratgone dapat berjumlah 320-330 butiran. Bambang Widjajanto menjelaskan jumlah sebanyak itu mempertimbangkan tanaman sawit yang jumlahnya 144 per hektare. Sehingga, pekebun dapat mengcover area yang lebih luas dan biaya per hektarnya akan lebih murah. 

Baca juga :   Pertemuan Nasional Petani Sawit 2023 Fokus Tiga Isu Ini

 Warna RATGONE 0.005 BB yang kebiru-biruan akan membantu tikus dalam mengenali umpan. Bambang Widjajanto mengatakan tikus itu sebenarnya buta warna namun warna RATGONE 0.005 BB yang kebiruan akan terlihat terang membuat tikus tertarik untuk memakannya. Biru itu adalah warna ideal yang dapat diketahui serta dkenali tikus.

Bambang menyarankan umpan diletakkan di jalan tempat tikus lewat, piringan, kalau bisa dekat dengan pasar tikus sehingga mudah di lakukan kontrol ( sensus ). Setelah umpan dimakan tikus, Brodifakum akan bekerja  dalam jangka waktu dua sampai tiga hari. Barulah tikus akan mati karena banyak alami pendarahan. Apabila,tikus mati di tempat itu juga khawatirnya tikus lain melihat sehingga akan menghindari umpan lainnya. 

Dengan kualitas mumpuni RATGONE 0.005 BB, Bambang Widjajanto, berani mengajukan uji coba langsung dengan produk lain di lapangan. Maka dari itu, perusahaan terus melakukan pengembangan produk dengan meneliti efektivitas bahan aktif dan perbaikan formulasi untuk tahu selera tikus.

Saat ini, langkah konkrit pengembangn produk dilakukan perusahaan dengan membuat kemasan 10 kilogram. Djoko Sunarno mengutarakan hal ini dilakukan sebagai bagian dari permintaan konsumen terutama perkebunan besar. Sebenarnya lebih praktis dengan kemasan satu kilogram untuk menyebarkan umpan ke kebun. Namun demikian, perusahaan tetap mengakomodir permintaan pembeli.

Baca juga :   Menko Airlangga Buka Pertemuan Nasional Petani Sawit Indonesia

Hingga sekarang, penjualan RATGONE 0.005 BB terus mengalami pertumbuhan setiap tahun. Kondisi ini bisa dimaklumi karena semakin berkembangnya perkebunan sawit membuat semakin meningkatnya perkebunan yang menggunakan produk RATGONE 0.005 BB

Bambang Widjajanto, General Manager Pestisida PT Agricon, mengatakan pangsa pasar RATGONE 0.005 BB lebih dari 90% diserap sektor perkebunan khususnya kelapa sawit. Sisanya, penjualan ke segmen food crop.

Kepada setiap pembeli, perusahaan selalu memberikan rekomendasi aplikasi penggunaan produk. Salah satunya, kata Bambang, disarankan memakai sarung tangan sehingga keringat dari tangan aplikator tidak mempengaruhi.Faktor lainnya adalah pertimbangan kesehatan aplikator. 

PT Agricon sekarang ini sedang mempersiapkan pabrik baru yang berlokasi di Sentul, Bogor. Dengan pertimbangan mengantisipasi kapasitas produksi yang telah full utilisasinya. “Sekarang masih taraf desain pabrik yang direncanakan selesai tahun depan,” ungkap Bambang. 

Bambang Widjajanto optimistis produknya tetap dapat bersaing dengan produk lain yang banyak bermunculan. Ditinjau dari harga, RATGONE 0.005 BB terbilang kompetitif dibandingkan rodentisida lain berdasarkan harga per kilo sama tetapi secara aplikasi lebih efisien 20%. Paling utama, PT Agricon terus berinovasi untuk mendapatkan produk pengendali tikus terbaik. Dukungan nyata adalah laboratorium perusahaan yang telah memiliki ISO 17025, di Indonesia hanya dua perusahaan yang punya. (Qayuum Amri) 

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

APKASINDO Tuntut KLHK Jangan Hambat PSR Petani Sawit

9 hours ago Berita Terbaru

Menko Airlangga Buka Pertemuan Nasional Petani Sawit Indonesia

11 hours ago Berita Terbaru

Wapres RI Dijadwalkan Terima Apkasindo di Istana

1 day ago Berita Terbaru

Ekosistem Kebijakan Sinergis Pembangunan Perkebunan Sawit Rakyat

1 day ago Berita Terbaru

Pertemuan Nasional Petani Sawit 2023 Fokus Tiga Isu Ini

2 days ago Berita Terbaru

Penjarahan TBS Sawit Kian Meresahkan, Petani Rugi Ratusan Juta Rupiah

6 days ago Berita Terbaru

Bersihkan Lahan Sawit Lebih Cepat dan Mudah

1 week ago Sajian Utama

Kebijakan Eropa Bikin Petani Makin Sengsara

1 week ago Berita Terbaru

Program Tanam Mangrove APROBI Tingkatkan Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat Pemalang

1 week ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Jaminan Kepastian Legalitas Sawit

Edisi Terbaru 2 weeks ago2 Mins Read
Event

Advokasi Sawit Dan Peluncuran Buku Mitos Vs Fakta Sawit

Event 4 months ago2 Mins Read
Latest Post

APKASINDO Tuntut KLHK Jangan Hambat PSR Petani Sawit

9 hours ago

Peran Besar Riset Dalam Mendukung Hilirisasi Industri

10 hours ago

Presiden RI Joko Widodo Meminta Perbankan Mempermudah Pembiayaan UMKM

11 hours ago

Menko Airlangga Buka Pertemuan Nasional Petani Sawit Indonesia

11 hours ago

Puteri Komarudin Mengajak Pelaku UMKM Masuk ke Ekosistem Digital

12 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.