PT Bayer Indonesia merilis produk rodentisida yang mengikuti kebutuhan konsumen di perkebunan sawit. Lebih mengedepankan aspek keselamatan pengguna dan ramah lingkungan.
Perusahaan pestisida dituntut oleh pengguna produknya untuk mengikuti kebutuhan mereka dalam pengendalian hama di perkebunan. PT Bayer Indonesia adalah salah satu perusahaan yang terus berinovasi dalam menghasilkan produk pestisida berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar. Khusus produk untuk mengendalikan tikus, perusahaan ini telah memiliki produk baru yaitu Racumin Wax Block yang berbentuk kotak persegi dengan berat lima gram.
Sugiarman, Country Manager PT Bayer Indonesia, mengatakan Racumin Wax Block telah melewati serangkaian penelitian dan ujicoba yang dimulai sejak 2009. Kegiatan ini berjalan selama tiga tahun lamanya sebelum dilepas ke pasar komersial. Pengembangan Racumin Wax Block ini dilakukan perusahaan karena konsumen menghendaki rodentisida yang ramah lingkungan, mudah diaplikasikan dan aman bagi pengguna. Apalagi, telah lahir tata kelola lingkungan di tingkat nasional dan internasional antara lain Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Aktivitas ujicoba produk, kata Sugiarman, menggandeng perusahaan kelapa sawit supaya mengaplikasikan Racumin Wax Block di kebunnya. Di Sumatera, kerjasama dijalankan antara PT Bayer Indonesia dengan Sinarmas dan Salim Untuk wilayah Kalimantan, uji lapangan dilakukan di kebun milik BW Plantation dan Musim Mas. Kegiatan serupa dilakukan PT Bayer Indonesia bersama PT Astra Agro Lestari di Sulawesi. Menurut Sugiarman, perusahaan memandang perlu untuk melakukan pengujian terbatas di lapangan supaya produk yang akan dipasarkan sesuai dengan kebutuhan konsumen yang dalam hal ini diwakili oleh perusahaan besar tadi lewat rekomendasi dan saran dari mereka.
Di Indonesia, merek Racumin sudah familiar di telinga pelaku perkebunan karena telah masuk sektor pertanian dan perkebunan semenjak 1983. Awalnya, produk ini berbentuk tepung atau powder yang pemakaiannya harus dicampur dulu dengan buah sawit atau bahan umpan lainnya. Untuk selanjutnya akan dijadikan umpan bagi tikus kebun. “Racumin Wax Block ini merupakan inovasi generasi kedua produk rodentisida berbentuk block dari Bayer. Baru tahun lalu, kami perkenalkan kepada konsumen,” ujar Sugiarman kepada Majalah SAWIT INDONESIA di kantornya yang terletak di Sudirman, Jakarta Pusat.
Bahan aktif di dalam Racumin Wax Block adalah kumatetralil dengan kadar 0,0375%. Produk ini dipasarkan dengan kemasan seberat lima kilogram. Dalam satu kemasan tadi terdiri dari 1.000 block. Kumetralil merupakan rodentisida anti-koagulan generasi pertama yang terbukti ampuh untuk mengendalikan tikus. Bahan aktif ini digunakan pula dalam Racumin Tracking Powder dengan kandungan 0,75%.
Dengan teknologi yang telah disesuaikan perkembangan zaman, Racumin Wax Block diolah dari 12 jenis material seperti bahan aktif, atraktan, pewarna, Bitrex dan lainnya. Yang menarik, kandungan produk ini bersumber dari jagung dan gandum. Berbeda dengan produk rodentisida lain yang masih berbahan dasar beras. Pemilihan jagung dan gandum ini telah diteliti oleh PT Bayer Indonesia, Divisi Enviromental Science.
Menurut Sugiarman, rodentisida dari beras tidak lagi membuat tikus tertarik untuk memakannya. Karena sudah lama rodentisida tersebut digunakan di perkebunan sawit. Selain itu, tikus adalah binatang “pintar” yang dapat mengenali umpan di kebun sehingga dapat menyebabkan jera umpan. Berbeda dengan Racumin Wax Block yang berbasis jagung dan gandum lebih efektif dijadikan umpan tikus. “Kalau dari rasa, tikus lebih senang dengan Racumin Wax Block sebab lebih enak atraktannya,” kata Sugiarman.
Kemampuan Racumin Wax Block untuk mengendalikan tikus kebun tidak jauh berbeda dengan produk PT Bayer Indonesia sebelumnya. Kumatetralil dapat menghambat terbentuknya fibrinogen yang berfungsi menutup luka di tubuh tikus. Itu sebabnya, setelah tikus makan Racumin menyebabkan pendarahan hebat. Setelah satu hari mengalami pendarahan, tikus ini merasa haus akibat terjadi pendarahan di dalam tubuhnya. Dari situ, tikus akan mencari sumber air. Kendati demikian, tikus tidak akan langsung mati tetapi, baru akan mati 3-7 hari setelahnya.
Aplikasi Racumin Wax Block sangatlah mudah karena tidak perlu lagi dilakukan proses pencampuran. Setiap pohon, maksimal diberikan dua buah Racumin Wax Block yang bergantung kepada tingkat serangan tikus. Sugiarman merekomendasikan jarak satu buah block dengan pohon dalam radius 50 centimeter di sekitar batang bawah dekat akar tanaman. Bisa juga, block tersebut diletakkan di jalur tikus, sarang tikus, dan tempat pengumpulan hasil panen buah sawit. Namun, pekebun perlu memperhatikan penempatan Racumin Wax Block supaya tidak terinjak pekerja yang memanen atau mengangkut tandan buah.
“Penempatan umpan itu sebaiknya terdistribusi secara merata dan tidak menumpuk di satu titik saja. Karena bila menumpuk akan mubazir sebab tikus hanya mengonsumsi 10% dari berat tubuhnya dan tikus dapat mengenali setiap perubahan lingkungan di sekitarnya. Sehingga mereka dapat saja menghindari umpan yang telah dipasang. Jadi, cukup diletakkan dua block per pohon,” tambah Sugiarman.
Efektivitas pemberian Racumin Wax Block bergantung kepada metode pemberian. Ini berarti, perusahaan perkebunan perlu mengawasi proses penyebaran block oleh pekerja kebun. Seringkali ditemukan, kata Sugiarman, pekerja ingin cepat selesai lalu dilempar sembarangan tanpa mengikuti rekomendasi yang ditentukan. Masalahnya, pemberian Racumin Wax Block yang kurang benar dapat mempengaruhi hasil pengendalian tikus di perkebunan sawit.
Dengan daya tahan Racumin Wax Blockyang lama di lapangan maka proses pengendalian tikus menggunakan rodentisida ini membantu kebun untuk mencapai target pengendalian tikus. Selain itu, produk ini tidak mudah terurai apabila terkena air hujan, tidak mudah jamuran, tidak berbau tengik dan dijamin tidak akan dimakan serangga.
Anti telan dan tepat sasaran
Walaupun produk baru, PT Bayer Indonesia optimis produk barunya akan diterima konsumen. Keistimewaan Racumin Wax Block terdapat pada bahan Bitrex yang berfungsi untuk mencegah produk ini tertelan. Sugiarman menuturkan disinilah keselamatan pekerja akan terjaga apabila racumin tidak sengaja masuk ke dalam perut. Pasalnya, Bitrex menyebabkan perut merasa mual yang kemudian akan merangsang tubuh untuk segera memuntahkannya.
Nilai tambah lainnya, Racumin Wax Block aman bagi binatang yang bukan menjadi sasaran. Meski diketahui, produk ini bersifat non secondary poison yang relatif aman bagi hewan lain seperti burung hantu, anjing dan ular. Sugiarman mencontohkan apabilatikus yang makan Racumin Wax Block mati atau masih hidup lalu dimangsa predator lain, maka tidak menimbulkan kematian bagi predator tersebut.
“Sedangkan kalo rodentisida yang lain, tikusnya dimakan anjing lalu membuat anjingnya mati. Sama halnya dengan burung hantu yang makan tikus, maka burungnya juga mati,” jelas Sugiarman.
Menurut Sugiarman, keunggulan ini membuktikan Racumin Wax Block sebagai pengendali tikus yang mengikuti kaidah budidaya sawit berkelanjutan dan bermutu tinggi. Makanya, Racumin dapat dikombinasikan dengan pengendalian alami yang menggunakan burung hantu, karena tidak berbahaya bagi binatang tersebut.
Sifat produk yang ramah lingkungan dan menjaga keselamatan pekerja adalah nilai tambah produk ini di mata konsumen. Sugiarman membidik perusahaan perkebunan sawit yang telah menjadi anggota RSPO maupun ISPO. Lantaran, perusahaan tadi memahami arti penting menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati di wilayah perkebunannya. Pertimbangan lain, kriteria di dalam RSPO yang juga melarang penggunaan umpan tikus yang dapat membunuh hewan lain yang bukan menjadi sasaran.
Dari aspek geografis, PT Bayer Indonesia membidik perkebunansawit di wilayah Sumatera dan Kalimantan sebagai pengguna Racumin Wax Block. Hingga tahun ini, produksi Racumin Wax Block telah diserap baik konsumen seperti yang ditargetkan sebelumnya. Menurut Sugiarman, permintaan akan produk ini terus mengalami peningkatan, bahkan produksi setiap bulannya selalu habis dibeli oleh konsumen.
Kendati, harganya lebih tinggi dari produk rodentisida lainnya namun Racumin Wax Block sudah mulai diterima. Tercatat, kelompok bisnis perkebunan kelapa sawit besar di Indonesia telah menjadi pengguna Racumin Wax Block antara lain Sinarmas, Salim, PT Astra Agro Lestari dan PT BW plantation.
“Kami sangat optimis, produk ini akan menjadi pilihan utama konsumen karena brand Racumin sudah dikenal pelaku sawit. Meskipun, kebanyakan kebun tahunya Racumin yang berbentuk powder. Namun, trend rodentisida ini tampaknya terus tumbuh setiap tahun seiring dengan bertambahnya lahan sawit,” kata Sugiarman.
Sugiarman mengatakan keterlibatan PT Bayer Indonesia untuk memberikan solusi pengendalian tikus dibuktikan dengan merilis produk berkualitas tinggi. Harapannya, dampak buruk dari serangan hama tikus dapat diminimalkan serendah mungkin sehingga tidak mengganggu hasil panen. Paling utama, praktek budidaya kebun yang berkelanjutan tetap berjalan baik karena Racumin Wax Block dapat bersinergi dengan pengendalian hama tikus secara alami dan ramah lingkungan. (Anggar Septiadi/Qayuum)