Konsumsi biodiesel menjadi penggerak pertumbuhan konsumsi CPO pada 2016. Penyerapan CPO domestik akan melewati angka 10 juta ton. Asosiasi hilir mengusulkan tarif pungutan empat jenis produk turunan dipangkas menjadi US$ 5 per ton.
Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia, menyebutkan faktor penggerak industri sawit nasional pada tahun depan dipengaruhi dua faktor; pertama, produksi minyak soft oil seperti soya oil dan rapeseed diperkirakan lebih rendah pada tahun depan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh cuaca kering di sejumlah negara produsen.
Kedua, negara pembeli minyak soft oil mengalami pelemahan ekonomi sehingga minyak sawit menjadi pilihan utama. Pasalnya, selisih harga minyak sawit lebih rendah dari minyak kedelai sekitar US$ 175 per ton.
Sahat Sinaga meminta pemerintah mengkaji ulang tarif pungutan ekspor produk hilir sawit. Supaya volume ekspor hilir mencapai target pemerintah yaitu 60% ekspor hilir dan 40% ekspor crude palm oil. Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 133/2015 mengenai Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Usulan Sahat, tarif pungutan empat jenis produk hilir bisa dipangkas yaitu RBD Palm Olein dalam kemasan, Biodiesel, RBD Palm Oil dan RBD Palm Stearin, serta RBD Palm Kernel (RBD Palm Kernel Oil, RBD Kernel Olein dan RBD Palm Kernel Stearin). Tarif pungutan empat jenis produk ini sebesar US$ 20 per ton dipangkas menjadi US$ 5 per ton.
“Kalau tarif produk-produk tersebut diubah maka ekspor produk hilir lebih tinggi dari ekspor crude,” ujarnya.
Pada 2016, rasio ekspor produk hilir bisa 66% dan ekspor crude 44%. Lebih tinggi dari tahun lalu berjumlah 45% ekspor hilir dan 55% ekspor crude. Di sisi lain, penyerapan CPO domestik untuk diolah menjadi produk hilir mencapai 29%. Sahat mengatakan sudah saatnya pemerintah tidak lagi mengandalkan devisa dari ekspor minyak sawit mentah. Tetapi mengandalkan nilai tambah dari industri hilir sawit.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 November-15 Desember 2015)