Penggunaan campuran biodiesel 20% atau B20 tidak merusak mesin alat berat. Asalkan pengguna rutin merawat dan memelihara mesin terutama filter.
“Sampai saat ini, alat berat yang menggunakan B20 masih berjalan bagus. Tidak ada masalah di lapangan,” ujar Adrianus Hadiwinata, Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI).
Program perluasan B20 yang dicanangkan pemerintah semenjak 1 September 2018, juga berlaku kepada sektor industri alat berat. Adrianus menyebutkan anggota PAABI mendukung penuh mandatori B20, karena berdampak positif bagi negara. “PAABI selalu mendukung program (B20) yang bermanfaat untuk negara dan dikoordinasikan dengan baik,” ujarnya.
Dukungan penuh juga diberikan PT Trakindo Utama sebagai penyedia solusi alat berat Caterpillar di Indonesia. Managing Director PT Trakindo Utama, Ali R. Alhabsyi menuturkan Trakindo memastikan bahwa mesin-mesin dari Caterpillar telah siap menggunakan bahan bakar biodiesel dengan kadar campuran tertentu sesuai dengan model mesinnya. Sebab setiap mesin itu memiliki spesifikasi dan karakteristik yang berbeda. Langkah ini diambil guna memenuhi peraturan pemerintah terkait penggunaan B20 pada industri termasuk pada alat berat.
“Selain itu, kami memberikan pengertian kepada pelanggan agar tetap memperhatikan faktor-faktor seperti perawatan alat, kualitas bahan bakar, kebersihan bahan bakar, kandungan air, serta usia penyimpanannya. Dengan begitu dapat memaksimalkan penggunaan bahan bakar biodiesel seperti B20 pada unit yang mereka gunakan,” kata Ali Alhabsyi.
Menurutnya, kandungan energi yang dihasilkan B20 hanya lebih rendah antara 1%-2% dibandingkan solar biasa. “Untuk itu, perbedaan tersebut tidak signifikan mempengaruhi kinerja mesin produk kami,” ujarnya.
Sementara itu, Volvo Construction Equipment (CE) menyatakan kesiapannya dalam rangka penerapan B20. Sejauh ini, mesin unit Volvo CE mengikuti serta mendukung peraturan pemerintah tentang penggunaan B20 di industri alat berat Indonesia.
Kini, Volvo CE memastikan semua mesin dapat menggunakan bahan bakar yang mengandung 20 persen biodiesel. Volvo CE menjadi salah satu manufaktur yang menerapkan penggunaan biodiesel B20 untuk mesinnya demi memenuhi peraturan pemerintah. Peraturan tersebut mewajibkan 20 persen kandungan biodiesel lokal dalam solar.
“Kami sangat senang bahwa kini Indonesia mulai beralih ke biodiesel yang tentu sejalan dengan wawasan Volvo,” jelas Indra Wirawan selaku Marketing Communications and Retail Development Director PT Volvo Indonesia dalam keterangan resmi.
Dalam pandangan Volvo CE bahwa penggunaan biodiesel akan membantu mengurangi dampak merugikan bagi lingkungan yang disebabkan oleh emisi karbon dioksida, bahan partikulat, sulfur, dan hidrokarbon.
Seperti yang diketahui, pada akhir 2018 lalu pemerintah Indonesia mengenalkan mandatori B20 sebagai upaya untuk menekan angka impor migas sekaligus mengurangi dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap sektor industri. Volvo CE sendiri sudah cukup lama mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Sejak 2009, Volvo CE telah melakukan serangkaian inovasi seperti penggunaan bahan bakar terbarukan di mesin mereka. Ditambah dengan mengenalkan teknologi kendaraan listrik di beberapa modelnya, Volvo diyakini mampu menjadi pemain penting dalam industri yang berbasis pada lingkungan.
“Mesin buatan Volvo sebenarnya telah kompatibel dengan biodiesel sejak 2009. Kami senang bahwa pelanggan kami di Indonesia sekarang bisa ikut memanfaatkan teknologi biodiesel, sehingga tidak sebatas mengikuti anjuran pemerintah soal B20 namun juga dapat turut serta membangun lingkungan yang lebih baik,” terang Indra.
Saat ini, Volvo CE telah mengenalkan compact excavator bertenaga listrik pertama di dunia, EX2, yang dilengkapi dengan sistem penggerak listrik dan aktuator linear elektromekanis. Meskipun terlalu dini untuk mengatakan bahwa Volvo akan beralih sepenuhnya ke mesin listrik, namun Volvo percaya elektrifikasi bakal menjadi masa depan industri alat berat.