Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hidia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Tetapi, semenjak Jepang menaklukan Belanda pada tahun 1942, lahan dan produksi kelapa sawit terjun bebas. Lahan perkebunan menyusut sebesar 16 persen dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948-1949. Padahal, tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Masa penjajahan Jepang merupakan masa suram bagi perkembangan perkebunan di Indonesia. Ekspor minyak kelapa sawit terhenti. Banyak kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan sehingga pabrik-pabrik pengelolaan tidak berjalan.
Pada tahun 1947 kebun-kebun tersebut dikembalikan pada pemiliknya semula. Setelah diinventarisasi, dari 66 kebun hanya 47 kebun yang dapat dikembangkan kembali. Beberapa kebun mengalami kehancuran total, seperti Taba Pibgin dan Oud Wessenar di Sumatera Selatan, Ophir di Sumatera Barat, Karang Inou di Aceh, dan beberapa kebun di Riau.
Sumber : Derom Bangun