JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Faisal Basri, Pengamat Ekonomi, menyebutkan harga sejumlah komoditas pangan Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara lain. Contohnya tren kenaikan harga beras Indonesia dari tahun 2016 sampai awal tahun ini. Sementara itu, ada kecenderungan harga beras turun di negara lain seperti Vietnam dan Thailand.
“Dari survei data bulanan Bank Dunia yang memperlihatkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dari India dan Thailand,” ujarnya.
Tidak hanya beras, komoditas lain seperti daging dan gula juga naik. Harga daging di pasar dunia kisaran Rp 70.000 per kilogram. Sedangkan di Indonesia, harganya bertengger di atas Rp 100.000 per kilogram
“Faktanya, kita disajikan berita mengenai penyelundupan baik beras, gula, dan daging. Daging Celeng tidak mungkin masuk Jakarta kalau daging (sapi) lebih murah,” ujar Faisal dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian-HKTI bertemakan “Membenahi Data Pangan dan Pertanian Nasional”, di Jakarta, Jumat (18/3/2017).
“Masalahnya sekarang kalau terjadi disparitas harga tinggi yang dituduh ada mafia. Dicari kambing hitamnya bukan mencari masalah apa yang terjadi pada supply and demand,” jelas Faisal.
Walaupun terjadi tren kenaikan harga beras pada kenyataannya petani tidak menikmati. Ini tercermin dari tren penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi 96,11% pada Februari 2017 dibandingkan November 2016 sebesar 104,1%. NTP adalah indikator bagi kesejahteraan petani. “NTP turun karena petani dipaksa untuk produksi terus,” katanya.
Faisal mengkritik ambahkan tingginya anggaran pertanian tidak sejalan dengan pencapaian hasil produksi. Sebagai informasi, Kementerian Pertanian termasuk 15 Kementerian//Lembaga dengan anggaran tertinggi pada 2017. Pagu anggaran Kementerian Pertanian sebesar Rp 23,90 triliun pada 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya berjumlah Rp 27,5 triliun.