(Catatan Dr. Bayu Krisnamurthi, Dosen Agribisnis IPB)
Bukan, Virus Wuhan tidak menular lewat barang atau komoditas yang diperdagangkan. Memang bisa, tetapi bukan itu cara penularan yang utama dan bukan itu yang menjadi berita.
Wabah dalam skala kedaruratan internasional yang disebabkan oleh Virus Corona Wuhan telah mempengaruhi perekonomian global.
China adalah pembeli komoditas utama dunia. China menjadi pembeli dari sekitar 45% besi, 40% tembaga, dan 15% minyak yang diperdagangkan di dunia. China adalah juga konsumen dari sekitar 30% beras, 25% kedelai, 20% jagung, dan 17% gandum yang diproduksi dunia.
Virus Wuhan telah menyebabkan kota diisolasi, orang-orang dilarang atau dibatasi untuk bepergian, dan mengalihkan konsentrasi bagi para pengambil keputusan negara untuk mencegah dan mengurangi dampak dari wabah yang telah membawa kematian bagi ratusan orang ini.
Setelah lebih dari empat minggu berjalan, dampak Virus Wuhan pada komoditas mulai terdata. Fortune.com misalnya telah mencatat bahwa dalam dua minggu terakhir (17 Jan – 31 Jan 2020), serangan wabah Virus Wuhan telah menyebabkan harga tembaga di pasar dunia turun 12,1%, harga minyak mentah turun 10,2%, dan harga minyak kelapa sawit turun 9,6%.
Kondisi ini kemudian diduga diikuti pula dengan turunnya Indek Komoditas Bloomberg sebanyak 6%, yang kemudian sejalan pula dengan turunnya saham, Index DowJones turun 2,1%, Nasdaq turun 1,6%, dan SnP 500 turun 1,8%.
Dampak dari Virus Wuhan pada perekonomian tampaknya masih belum akan segera berakhir. Wabah penyakitnya sendiri masih terus berkembang akseleratif. Pemerintah China mengumumkan kenaikan tingkat kematian per hari, dan jumlah total kematian mencapai sekitar 250 orang dan lebih dari 10 ribu orang terinfeksi.
Pemerintah AS telah melarang siapapun – kecuali warga negara dan keluarga inti warga negara Amerika – yang melakukan perjalanan dari China dalam 14 hari terakhir untuk memasuki wilayah imigrasinya. Hal ini menambah jumlah pembatasan perjalanan ke AS setelah Washington juga menambah 6 negara lagi dari 7 negara yang telah dibatasi ijin imigrasinya untuk memasuki AS.
Banyak negara juga telah membatasi perjalanan wisata dari dan ke China akibat Virus Wuhan. Bali diperkirakan akan menjadi salah satu tujuan wisata dunia yang akan terdampak, mengingat jumlah wisatawan dari China mencapai sekitar 25% dari jumlah wisatawan mancanegara yang memasuki Bali.
Turunnya harga minyak sawit tentu juga akan mempengaruhi ekonomi Indonesia. Demikian pula dengan turunnya harga komoditas lainnya dan turunnya wisatawan. Dan jika pada akhirnya wabah Virus Wuhan ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia, maka Indonesia akan terkena dampaknya secara lebih serius.
Itulah sebabnya, Bu Menkeu Sri Mulyani menyatakan lebih khawatir terhadap Virus Wuhan daripada Brexit–hal lain yang terjadi akhir Januari kemarin, yang juga diperkirakan tidak membawa dampak positif pada ekonomi dunia. Kekhawatiran itu beralasan. Ketika SARS menyerang China sekitar 16 tahun lalu, kontribusi China terhadap perekonomian dunia masih 4%, sekarang dengan Virus Wuhan kontribusi China telah mencapai 17%. Ibaratnya, ketika China bersin, dunia benar-benar dapat terkena demam – when China sneeze, the world catch a cold, literally. Kita harus bersiap.–
Bogor, 1 Februari 2020