Jakarta, SAWIT INDONESIA – Program kemitraan Wilmar dan petani sawit yang dilakukan sejak 1983, terbilang sukses. Pasalnya terbukti dapat menyejahterakan petani sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.
Bahkan, upaya Wilmar dalam hal bermitra dengan petani sawit mendapat sambutan baik dan apresiasi dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, saat berkunjung ke Palm Oil Mill (POM) PT Tania Selatan (Wilmar Group) di Kabupaten Ogan Komiring Ilir (OKI), Palembang, pada Juli 2023.
“Dengan, kemitraan ini produktivitas petani bisa meningkat. Saat ini sudah naik dua kali lipat, dan akan menjadi tiga kali kalau sudah produktif. Tentu ini akan menyejahterakan petani,” kata Mahendra, dikutip dari https://mediaindonesia.com/.
Mahendra menilai, program yang dijalankan saat ini sudah baik dan jika perlu skalanya diperbesar agar jangkauannya lebih luas.
“Kami berharap agar program tersebut dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain. Skalanya sudah besar. Ini sudah bagus dan tinggal dilanjutkan,” katanya.
Apresiasi kemitraan Wilmar dan petani sawit yang disampaikan oleh pihak pemerintah (OJK) membuktikan Wilmar telah sukses menjalin kerjasama untuk peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan ekonomi daerah.
Maka, tak heran apabila kemitraan dengan petani sawit, kemudian dicontoh oleh anak usaha Wilmar, yakni Wilmar Padi Indonesia (WPI). Dengan tujuan peningkatan kesejahteraan petani padi yang menjadi mitra menjadi fokus bagi WPI.
Dari data WPI, hingga Februari 2024, luas lahan kemitraan dengan petani mencapai 20 ribu hektare (ha), tersebar di 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dan, telah menggandeng 16.928 petani.
“Sejak dimulai pada 2021 dan lahan yang dikerjasamakan saat itu baru 617 ha. program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan),” kata Rice Business Head PT WPI Saronto saat buka puasa bersama media, di Jakarta, pada Jum’at (22 Maret 2024).
Dalam program itu, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, yaitu asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerjasama pemerintah daerah yang memberikan subsidi untuk petani. Selain itu, perusahaan juga menggandeng perusahaan asuransi milik pemerintah dan swasta. Kedua, penerapan good agriculture practices (GAP). Berdasarkan pengalaman di lapangan, peningkatan produksi gabah petani rata-rata sebesar 15 persen setelah mendapat pendampingan.
Dikatakan Saronto, pihaknya berharap kemitraan dalam FEP dapat meningkat menjadi 30 ribu ha hingga akhir tahun ini. Hal itu diharapkan dapat sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan produksi gabah dalam negeri.
“Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan,” katanya.
“WPI juga memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang dapat memberikan nilai tambah, seperti, bekatul, kulit, menir dan sekam. Produk samping tersebut dapat dimanfaatkan tepung beras hingga bahan bakar pengganti batu bara karena nilai kalorinya tinggi,” tambah Saronto.