PONTIANAK, SAWIT INDONESIA – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang beberapa tahun lalu terjadi di wilayah Kalimantan Barat menjadi perhatian khusus perusahaan perkebunan, Sinar Mas Agribusiness and Food. Salah satunya membangun sinergi dengan stakeholder lainnya seperti Kepolisian, TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat. Komitmen ini diungkapkan perusahaan dalam diskusi bersama yang mengangkat topik “Cegah Karhutla, Kalimantan Barat Bersiaga” di Hotel Mercure Pontianak, Selasa (21 Mei 2019).
Dari data yang dihimpun sejak 2016 – 2018 menunjukkan penurunan titik panas dan api. Khusus di Kalimantan Barat, pada 2016 Karhutla terjadi di beberapa titik dengan total luasan 438.000 hektar. Pada 2017 berkurang menjadi 20.250 hektar. Karhutla yang terjadi pada 2018 juga banyak mengalami kerugian mulai dari aspek lingkungan, ekonomi maupun kesehatan, ada 2.000 orang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
CEO Perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food Wilayah Kalimantan Barat, Susanto Yang menuturkan pihaknya mempunyai komitmen untuk turut berkontribusi dalam mencegah Karhutla di Kalimantan Barat dengan melaksanakan Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
“Program yang dilaksanakan sejak 2016 merupakan program pemberdayaan masyarakat secara partisipatif sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam mencegah dan mengatasi Karhutla serta mencapai ketahanan pangan dengan cara yang lebih ramah lingkungan melalui Pertanian Ekologis Terpadu (PET). Masyarakat tidak perlu membakar lahan dalam mengelola tanah,” ujar Susanto.
Program DMPA dirancang dengan memahami kebutuhan masyarakat dari desa binaan dengan berbagai tahapan. Tahap pertama fokus pada pencegahan dan mengatasi kebakaran. Tahap kedua memberikan solusi dari akar permasalahan agar masyarakat bisa meninggalkan pola bertani dengan membakar melalui PET. Saat ini, sudah ada 8 desa di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat yang didampingi dalam menjalankan Program DMPA.
Selanjutnya, Susanto menambahkan Program DMPA juga telah memberikan kontribusi positif dalam pencegahan Karhutla di Kalimantan Barat. Pada tahun 2018, titik panas di Ketapang menurun sebesar 89,0% dibandingkan 2015, sejumlah 213 titik panas dan 130 titik api di desa binaan. Selain itu, cuaca menjadi tantangan utama pada 2018, curah hujan lebih sedikit dan musim kering lebih panjang dibandingkan 2017.
“Program DMPA dari tahun ke tahun telah mengurangi kebakaran di hutan, perkebunan dan lahan di daerah sekitar operasional. Pencapaian ini tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama Tim Tanggap Darurat, Pemadam Kebakaran, anggota masyarakat petani dan pemerintah daerah untuk mengatasi tantangan bersama mencegah dan menekan api dengan cepat. Kami ingin mengulangi kesuksesan ini di tahun 2019 dan semua warga tetap waspada saat menuju musim kering untuk melindungi hutan dan masyarakat,” pungkas Susanto.
Melalui program PET, masyarakat bisa bertani dan mendapatkan pangan yang dibutuhkan bahkan mendapatkan produktifitas yang lebih baik dan pengeluaran yang lebih sedikit untuk mengelola pertanian. Tidak hanya itu, masyarakat desa bersama Masyarakat Siaga Api (MSA) dan pemerintah setempat juga diajak melakukan proses belajar dengan praktik di lapangan untuk mereplikasikan di kebun masing-masing.
Manfaat program PET yang dijalankan juga dirasakan oleh masyarakat desa. Hal ini disampaikan oleh Nimia salah satu anggota PET. Ia mengakui setelah bergabung dengan PET, merasakan tambahan penghasilan setiap bulannya sebesar 1 – 1,2 juta yang bisa membantu keuangan keluarga. Selain itu, petani di desa juga lebih paham cara bertani dengan teknik yang ramah lingkungan.