Minyak sawit tetap dihadang oleh sejumlah kelompok di Uni Eropa. Tak hanya kampanye negatif, mereka aktif lobi politik dan pendekatan regulasi. Hingga pertengahan tahun ini, ekspor sawit ke kawasan Eropa baru 2,5 juta ton.
Isu negatif minyak sawit terus berlanjut di kawasan Uni Eropa. Kali ini, serangan datang dari Menteri Ekologi Prancis, Ségolène Royal, yang mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit mengakibatkan deforestasi dan perusakan lingkungan. Pernyataan ini dikeluarkan Ségolène dalam wawancara dengan Canal+, stasiun televisi Prancis pada pertengahan Juni kemarin.
Ségolène menyerukan pemboikotan Nutella, produk selai coklat, supaya tidak lagi dikonsumsi masyarakat, yang dinilai berkontribusi terhadap kerusakan hutan. “Sebagai contoh, kita harus berhenti makan Nutella sebab mengandung bahan minyak sawit. Kita harus menanam pohon karena telah terjadi deforestasi besar-besaran yang menjadi penyebab pemanasan global,” kata politisi Partai Sosialis Prancis ini.
“Kelapa sawit telah menggantikan pohon (red-hutan), dan karena itu mengakibatkan kerusakan besar kepada lingkungan,” seperti dilaporkan Kantor Berita Agence France Presse (AFP).
Nutella diproduksi oleh Ferrero, Produsen Makanan asal Italia. Selai roti ini sangat familiar sebagai teman sarapan roti. Pernyataan Ségolène mendapatkan tanggapan keras dari Menteri Lingkungan Hidup Italia, Gian Luca Galletti. Melalui cuitan di twitter, Gian Luca menuliskan “Ségolène Royal harus meninggalkan produk Italia sendiri. Menu malam ini: roti dan Nutella”.
Kecaman datang dari European Palm Oil Alliance (EPOA) berkaitan pernyataan Menteri Ekologi Perancis. Aliansi ini menilai bahwa stement sang menteri bersifat emosional tanpa didukung fakta dan hasil penelitian ilmiah (facts and science). Dampaknya adalah menyesatkan konsumen dan merusak kepercayaan industri makanan kepada inisiatif multi stakeholder seperti RSPO.
EPOA menyebutkan dari segi produktivitas kelapa sawit lebih hemat penggunaan lahan. Selain itu, kelapa sawit rata-rata produktivitasnya diatas tanaman minyak nabati lain. Sebagai perbandingan, produktivitas sawit sebesar 3,7 ton per hektare dibandingkan kedelai berjumlah 0,4 ton per hektare dan bunga matahari sebesar 0,6 ton per hektare.
Yusuf Basiron, CEO Malaysian Palm Oil Council, menyesalkan tuduhan yang dialamatkan Ségolène Royal kepada kelapa sawit. “ Pernyataan Menteri Royal benar-benar di luar jalur dan mengirimkan pesan salah kepada publik di Uni Eropa. Perlu ada konfirmasi dari pemerintahan Perancis bahwa stement Menteri Royal tidak berkaitan dengan kebijakan pemerintahnya,” pinta Basiron.
Setelah muncul beragam kecaman, Ségolène Royal, baru meralat pernyataannya dan meminta maaf kepada publik. Melalui twitter, lulusan École nationale d’administration Strasbourg ini, mengajukan permohonan maaf beribu kali mengenai polemik Nutella.
Arif Havas Oegroseno, Dubes RI untuk Kerajaan Belgia, Luxembourg dan Uni Eropa periode 2010-2015, menyebutkan konsumen Perancis dan Belgia yang notabene berbahasa Perancis sangat anti sawit karena kampanye konsisten dari produsen minyak nabati rapeseed dan sunflower yang disubsidi besar-besaran oleh Pemerintah Perancis.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Agustus-September 2015)