PT Sinarmas Agro and Resources Technology Tbk menggagas sekolah kebun yang menyelenggarakan pendidikan dasar dari TK sampai SMP. Di bawah pengelolaan Eka Tjipta Foundation (ETF) terdapat 169 sekolah yang melibatkan 21.434 siswa dan 1.254 guru.
Di perkebunan sawit Sinarmas Agro akan dijumpai Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama bernama Sekolah Eka Tjipta. Pengelolaan sekolah ini berada di bawah Eka Tjipta Foundation – lembaga ini wadah kegiatan sosial perusahaan-perusahaan di bawah grup Sinar Mas. Fokus lembaga ini kepada dua bidang yaitu pendidikan, budaya, dan lingkungan.
“Kami fokus kepada pendidikan. Di daerah banyak pintar tidak dapat kesempatan. Salah satu program kami yaitu berikan beasiswa. Tetapi syaratnya setelah lulus kuliah mereka kembali untuk membangun daerahnya,” kata Franky Oesman Widjaja, Wakil Ketua Dewan Pembina Eka Tjipta Foundation.
Hasan Karman, Direktur Eksekutif Eka Tjipta Foundation, kelahiran sekolah Eka Tjipta memang ditujukan untuk melayani kebutuhan pendidikan pekerja perkebunan dan masyarakat sekitar. Lantaran, lokasi perkebunan kelapa sawit yang berada jauh dari perkotaan. Kalaupun ada sekolah negeri tetapi jumlah dan kapasitasnya terlalu sedikit untuk menampung siswa.
Sekolah Eka Tjipta ini mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingkatan ini sesuai kewajiban pendidikan dasar yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 yang menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, setiap anak Indonesia yang berusia 7 hingga 15 tahun diwajibkan untuk menuntaskan pendidikan dasarnya.
Sampai tahun ini, jumlah sekolah Eka Tjipta sebanyak 169 sekolah. Terdiri dari 64 TK, 89 SD, dan 16 SMP. Total jumlah siswa mencapai 19.255 orang. Penambahan jumlah sekolah setiap tahun disesuaikan areal perkebunan dan jumlah karyawan yang terlibat disana.
“Siswa yang masuk sekolah di kebun sebagian besar anak pekerja. Ada pula masyarakat sekitar yang mendaftarkan anaknya. Tidak kami beda-bedakan asalkan sudah masuk umurnya,”kata Hasan.
Menurut Hasan, manajemen dan kualitas pendidikan juga senantiasa dibenahi. Pada awal berdiri, sekolah yang dibangun belum mengikuti standar nasional. Misalkan satu guru mengampu beberapa mata pelajaran. Lalu, fasilitas belajar kurang mendukung.
Itulah sebabnya, kata Hasan, Eka Tjipta Foundation (ETF) berperan membenahi kualitas sekolah kebun. Dibuatah program yang bertujuan mempersiapkan sekolah tadi untuk mendapatkan sertifikasi Sekolah Standar Nasional (SSN) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekolah seperti ini sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan (8 SNP) dari pemerintah, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan serta standar penilaian. Dalam pelaksanaannya ETF bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas – sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kegiatan pengawasan mutu sekolah dijalankan dua tenaga penilai dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tenaga penilai ini memainkan peranan memberikan pelatihan kepada guru terkait manajemen sekolah. Abu Kholid,mitra ETF dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan kerjasama ini kami harap dapat menghasilkan sesuatu yang positif bagi perkembangan kualitas sekolah di kebun.
“Keinginan menjadikan sekolah kebun menjadi SSN bukan hal yang mustahil, karena kami melihat Sinar Mas dan Eka Tjipta Foundation memiliki niat yang kuat untuk mewujudkannya”jelasnya.
Dalam proses manajemen dan pengelolaan Sekolah Eka Tjipta berada dibawah ETF yang mengacu Modul Kebijakan Sekolah Eka Tjipta. Pada tahun ini atau empata tahun setelah sekolah berdiri, diharapkan status Sekolah Standar Nasional terakreditasi A dengan tingkat kelulusan Ujian Nasional diatas 98%.
(Selengkapnya silakan baca di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Mei-15 Juni 2016)