Sekolah Astra Agro membuat kurikulum terintegrasi. Perpaduan dari kurikulum nasional dan kearifan lokal supaya siswa mengenal budaya setempat. Ada pula program sadar lingkungan atau disingkat Sarli untuk membangun kesadaran siswa terhadap masalah lingkungan.
Tiga tahun lalu, menjelang wisuda dari Jurusan Bimbingan Konseling dari Universitas Negeri Malang, Fery Setyawan lulus seleksi Guru Yayasan Pendidikan Astra Agro Lestari (YAAL) dan ditempatkan di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Awalnya pria kelahiran 1989 ini mengira sangat sulit mengajar di perkebunan sawit. Lantaran keterbatasan fasilitas dan infrastruktur sekolah yang bisa menghambat proses pembelajaran di kelas. Begitu sampai, ia merasa takjub dengan fasilitas sekolah yang dibina YAAL.
“Awalnya saya pikir ketika saya lolos rekrutmen pasti ada perbedaan yang sangat luar biasa mengajar di daerah. Tapi ketika sampai sini ternyata tak ada bedanya khususnya dari segi fasilitas itu benar-benar dimaksimalkan harus ada, sampai internet terkoneksi,” jelasnya.
Fery Setyawan ditempatkan di SMP Indah Makmur yang terletak di Desa Sei Bengkuang, Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Ia mengampu Bimbingan Konseling dan mengajar Teknologi Informasi Komputer (TIK). Kini, dipercaya sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Kehumasan.
Sama seperti Fery, Nur Fidiyati berpikiran bahwa mengajar di kebun sawit tidaklah mudah. “Kalau saya sudah tujuh tahun mengajar sebagai guru YAAL, dulu pertama kali datang di Kalimantan Timur. Saya membayangkan itu rumahnya dari papan kayu sebelum datang, di tengah hutan. Dan ternyata berbeda sekali dari yang saya bayangkan rumahnya juga di tembok, bagus. Tidak seperti yang saya bayangkan pokoknya,” cerita Fidi.
Sekarang, Nur Fidiyati menjabat Kepala Sekolah SMP Indah Makmur. Baru setahun memegang jabatan ini.
SMP Indah Makmur berdiri pada 2011 yang menerima peserta didik dari anak karyawan dan warga sekitar PT Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI), anak perusahaan Astra Agro Lestari. Pengajar di sekolah ini berjumlah 14 guru dan memiliki 220 murid dengan tujuh rombongan belajar.
Secara keseluruhan YAAL memiliki 58 sekolah yang dimiliki saat ini dengan perincian 36 TK, 13 SD, dan 9 SMP yang tersebar di seluruh anak perusahaan AALI di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Total jumlah tenaga pendidik sebanyak 526 guru.
Ada yang membedakan sekolah binaan YAAL dengan sekolah lain di sekitarnya. Sekolah ini memiliki kurikulum terintegrasi. Joko Subagyo, Manajer YAAL menjelaskan kurikulum terintegrasi dibuat sesuai konteks perkebunan sawit yang berbeda dengan sekolah-sekolah di perkotaan.
“Kita ada namanya kurikulum terintegrasi, itu ada dua bagian yaitu tetap menggunakan kurikulum nasional yang berlaku, dan juga kurikulum berbasis kebutuhan, karena siswa yang berada di perkebunan dengan yang ada di perkotaan itu tentunya berbeda, tapi secara nasional kita harus ikuti kurikulum nasional,” jelas Joko.
Kurikulum terintegrasi menggabungkan kurikulum nasional yang berlaku saat ini, kurikulum 2013, dengan kearifan lokal masing-masing daerah sekolah. Dalam aplikasinya, setiap sekolah YAAL punya kurikulum yang disusun sendiri.
Semisal, SMP Indah Makmur punya muatan lokal budidaya sawit. Muatan lokal ini mengandung nilai budidaya sawit seperti kelestarian lingkungan.
“Kita punya program namanya Sarli (Sadar Lingkungan). Harapannya siswa memiliki sikap peduli lingkungan kepada masyarakat. Jadi anak-anak bisa melakukan program sekolah ke masyarakat. Misalnya sampah organik dan anorganik dikumpulkan bisa dijual atau dibuat kerajinan,” ungkap Fery.
Selain soal konteks perkebunan yang berbeda dengan perkotaan, menurut Joko bahwa kurikulum terintegrasi juga berguna membangun kebhinekaan. Sebab mayoritas pekerja Astra Agro dari luar daerah Kalimantan Timur supaya dapat memahami budaya lokal setempat. Dengan begitu dapat terjalin keakraban antar etnis.
(Selengkapnya silakan baca di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Mei-15 Juni 2016)