Baru dua perusahaan yang produknya mencapai batas vitamin A dalam SNI 7709-2012. Ditujukan kepada penjualan di pasar ekspor. Ketika dua tahun lalu fortifikasi vitamin A masih sukarela. Ternyata dua produsen minyak goreng terbesar di Indonesia yaitu Wilmar Grup dan Musim Mas, telah produksi minyak goreng dengan kandungan vitamin A tinggi.
Drajat Murtianto, Anggota Koalisi Fortifikasi Indonesia, mengakui baru sedikit produk minyak goreng kemasa dengan kandungan vitamin A sesuai SNI. Dari pengamatannya, baru beberapa merek seperti SOVIA, SunCO, dan Forvita. “Untuk mengetahui berapa jumlah vitamin A, saya punya alat ukurnya,” kata Drajat.
Mustafa Daulay, Corporate Affairs Wilmar Grup, mengatakan pihaknya mendukung aturan fortifikasi vitamin A karena mengerti dampak dari kekurangan vitamin A yang tidak hanya berpengaruh negatif terhadap kesehatan mata. Tetapi berdampak buruk kepada kekebalan tubuh terutama anak-anak dan ibu hamil/menyusui.
Produk fortifikasi Wilmar diaplikasikan kepada produk kemasan minyak goreng merek “SOVIA” dengan kandungan vitamin A 45 IU (sesuai SNI). Selain itu, minyak goreng curah perusahaan juga ditambahkan vitamin A. Mustafa Daulay menuturkan vitamin A didistribusikan dari unit station minyak goreng curah di Cirebon sejak 2011.
“Vitamin A yang digunakan merupakan hibah dari GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition), lembaga yang didanai oleh Bill Gates,” kata Mustafa dalam jawaban tertulis kepada SAWIT INDONESIA.
Musim Mas Grup salah satu produsen minyak goreng terkemuka di Indonesia telah menambahkan vitamin A semenjak dua tahun lalu. Menurut Togar Sitanggang, Senior Manager Musim Mas Grup, awalnya fortifikasi ini digunakan untuk memenuhi permintaan pembeli dari Filipina. Pasalnya, negara yang beribukota Manila menerapkan persyaratan ekspor minyak goreng dengan kandungan vitamin A.
Kandungan vitamin A di dalam minyak goreng khusus ekspor mencapai 70 IU. Jumlah ini, kata Togar Sitanggang, melewati ketentuan yang ditetapkan SNI. Sewaktu fortifikasi digaungkan, vitamin A ditambahkan ke dalam minyak goreng SunCO.
Menurut Togar Sitanggang, vitamin A diperoleh dari luar negeri karena belum ada perusahaan di Indonesia yang memproduksinya. Penambahan vitamin A yang dilakukan perusahaan tidak berdampak besar kepada biaya produksi sebab cukup menyediakn mesin saja. Meski demikian, dia enggan membeberkan nilai investasi.
Mustafa mengakui teknologi fortifikasi membutuhkan fasilitas tambahan tanki mixer untuk penyiapan larutan premix vitamin A dan pompa dosing yang dipakai mencampurkan larutan premix vitamin A ke dalam tanki minyak goreng. Total kapasitas produksi minyak goreng Wilmar kurang lebih 5 juta ton untuk penjualan lokal atau ekspor.
Benny Wahyudi, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, mengakalkulasi kebutuhan dana untuk teknologi pengolahan fortifikasi minyak goreng mencapai Rp 500 miliar-Rp 600 miliar. Dana ini diperlukan guna membeli mesin pencampuran dan fasilitas laboratorium.
Dari tahun ke tahun, konsumsi minyak goreng terus meningkat sesuai dengan pertumbuha populasi penduduk dan kemampuan daya beli. Pada 2008, konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia sebesar 3,7 juta ton. Empat tahun berikutnya, kebutuhan domestik tumbuh 30% mencapai 4,8 juta ton. Ini berarti, setiap tahun konsumsi minyak goreng terus naik sebesar 7%.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, perusahaan penghasil minyak goreng berjumlah 24 perusahaan yang berada dibawah kendali grup besar seperti diantaranya Wilmar Grup, Musim Mas, Permata Hijau, PT Smart Tbk, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, PT Bina Karya Prima, PT Tunas Baru Lampung Tbk, BEST Grup, PT Asian Agro Agung Jaya (RGE Grup), dan PT Pasific Palmindo Industri. (Qayuum Amri)