JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kampanye hitam yang ditujukan melemahkan industri sawit terus terjadi. Seperti kasus peredaraan produk makanan impor berlabel Palm Oil Free di sejumlah ritel di Jakarta.
“Pihak luar terus melakukan upaya mematikan industri sawit di Indonesia dengan menyebut sawit berdampak pada pemanasan dan iklim global. Padahal, pemanasan global disebabkan meningkatnya intensitas efek gas rumah kaca global akibat emisi gas rumah kaca yang berlebihan,” terang Erwin Masrul Harapan, Koordinator Pecinta Sawit di Universitas Sumatera Utara, Kamis (25/2) dalam siaran pers yang diterima redaksi SAWIT INDONESIA.
Menurut Erwin, negara lain menebar kampanye hitam itu lantaran tak mampu bersaing dengan industri sawit dunia yang dikuasai Indonesia. Seperti diketahui, angka konsumsi minyak sawit dunia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun ketimbang sumber minyak nabati lain seperti kedelai, repessed dan bunga matahari.
Sementara kesempatan yang sama, Timbas Prasad, Sekretari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) membeberkan bahwa negara asing melakukan kampanye hitam dengan berbagai cara. Seperti pada awal Januari, beredar makanan ringan asal Italia yang bebas dari bahan kelapa sawit di Jakarta.
“Tulisan palm oil free pada bagian depan bungkusan merupakan bentuk kampanye hitam,” katanya.
Untuk itu, dia meminta instansi terkait terutama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencabut izin perusahaan dan menarik produk tersebut dari pasar.
Tungkot Sipayung, Direktur Palm Oil Agribisnis Strategic Policy Institute mengatakan ada mitos yang menyebutkan pemanasan global dan perubahan iklim global disebabkan Indonesia khususnya perkebunan kelapa sawit. Padahal, pemanasan global disebabkan meningkatnya intensitas efek gas rumah kaca global akibat emisi gas rumah kaca berlebihan.
Di sisi lain, industri sawit memberikan dampak positif bagi pendapatan petani sawit plasma dan swadaya jauh lebih tinggi dibandingkan petani non sawit. Perbandingannya petani non sawit di kisaran Rp20 juta per tahun, sedangkan kelapa sawit plasma dan swadaya diangka Rp130 juta per tahun pada tahun 2013. (Ferrika)