100 tahun lalu, kelapa sawit hanyalah tanaman biasa yang awalnya akan dipakai menjadi tanaman hias. Jika Adrian Hallet masih hidup sekarang, mungkin dirinya akan tercengang karena tanaman ini dapat menghidupi 10 juta penduduk Indonesia, mendorong perekonomian daerah, dan nilai ekspornya mencapai US$ 15 miliar per tahun.
Dalam penelitiannya, Teguh Wahyono, peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), memaparkan kelapa sawit telah menjadi pilar perekonomian Indonesia yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan nilai ekspor. Dalam perhitungannya, produksi minyak sawit (CPO) pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta ton; dengan asumsi harga CPO pasar lokal rata-rata Rp7 juta per ton, maka nilai produknya adalah Rp135,3 triliun. Sedangkan, nilai PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total atas dasar harga berlaku, berturut-turut adalah Rp857,2 trilyun, Rp5.141,4 trilyun dan Rp5.606,2 trilyun; sehingga peranan produksi minyak sawit terhadap PDB pertanian, PDB non migas dan PDB total berturut-turut adalah 15,8%, 2,6% dan 2,4%.
Dengan nilai produk sebesar ini, industri ini dapat menjadi faktor penggerak perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Otomatis, sektor ekononomi lain seperti otomotif, perbankan, alat berat, jasa, perdagangan, dan pariwisata berpotensi ikut tumbuh. Di lapangan, fakta menunjukkan kelapa sawit menjadi motor geliat ekonomi daerah misalkan daerah yang semula tidak ada aktivitas perekonomian perlahan dapat tumbuh dan bergerak positif pasca masuknya investasi sawit.
Rafjon Yahya, Executive Vice President Corporate Banking Agro Based PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengakui industri kelapa sawit merupakan salah satu kreditur utama pihaknya karena potensinya tidak sebatas perkebunan saja melainkan supporting industri lain seperti agrokimia, transportasi, dan alat berat. Sektor usaha inilah yang menjadi bidikan bank pelat merah ini untuk meningkatkan portofolio kredit.
Selain industri pertambangan, dapat dikatakan hanya industri perkebunan sawit yang menggerakkan potensi ekonomi daerah. Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Timur, mengakui wilayahnya tidak dapat lagi mengandalkan sektor minyak dan gas maupun pertambangan batubara lagi. Kehadiran industri perkebunan seperti kelapa sawit telah menjadi lokomotif pembangunan di provinsinya. Saat ini, jumlah perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Timur mencapai 200 perusahaan dan 42 unit pabrik kelapa sawit.
Hendrik K Hadiwinata, Direktur PT United Tractors Tbk, memaparkan permintaan alat berat juga ditopang oleh industri sawit sebagai bagian kepatuhan terhadap regulasi pemerintah. kelapa sawit itu akan berkembang sesuai kebutuhan manusia. Begitu manusia berkembang maka sawit pun berkembang.
Rizwan Alamsjah, Executive Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motor, mengatakan pihaknya pertama kali meluncurkan produk Mitsubishi Strada Triton ditujukan kepada memenuhi kebutuhan industri sawit. Daerah yang menjadi pangsa pasar utama adalah Sumatera dan Kalimantan.
Muhamad Ali, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, mengakui investasi sawit terbukti menjadi industri yang terus tumbuh berkembang dan berkontribusi bagi perekonomian nasional. Seiring pertumbuhan bisnis sawit inilah yang menjadi peluang bagi kalangan perbankan.
Rubrik Sajian Utama kali ini mengulas lima perusahaan dari tiga sektor ekonomi antara lain otomotif, alat berat, dan perbankan, yang kinerjanya ditopang oleh industri sawit. Hal ini untuk membuktikan seberapa besar kemampuan sawit dalam menggerakkan roda ekonomi bangsa. (Qayuum Amri)