Tidak diragukan lagi, penggunaan pupuk sangat bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit untuk peningkatan produktivitas dan kesuburan tanah. Tak heran, produsen pupuk giat berinovasi untuk menghasilkan produk pupuk.
Berdasarkan proyeksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), luas lahan kelapa sawit semakin bertambah sekitar 200 ribu hektare menjadi 8,2 juta hektare pada 2012. Pertambahan luas lahan ini mengindikasikan kebutuhan pupuk semakin meningkat bagi kepentingan pembukaan lahan baru dan lahan yang sudah ada (existing).
Edi Premono, Direktur Pengembangan PT Saraswanti Anugerah Makmur, menuturkan omset penjualan pupuk di perkebunan kelapa sawit dapat mencapai triliunan rupiah yang tidak hanya dipakai perusahaan swasta, melainkan petani dan perusahaan negara. Tak heran, banyak produk pupuk impor terutama dari Malaysia yang ikut berjualan ke Indonesia.
Dia menambahkan prospek bisnis pupuk tidak akan berhenti dan akan bertambah besar, seiring dengan bertambahnya luas lahan kelapa sawit.
Benni Oktafian Jacup, Direktur Marketing PT Sumber Agrindo Sejahtera, menjelaskan semakin bertambahnya perluasan lahan sawit ini sebenarnya belum mendapatkan dukungan dari suplai pupuk di dalam negeri. Masalahnya, pupuk juga dimanfaatkan tanaman pangan seperti tebu, padi, jagung dan kedelai.
John Travol, General Manager PT Golden Hitek Malindo, mengakui peluang tingginya kebutuhan pupuk tetap ada karena masih ada potensi lahan seluas 9 juta hektare yang dapat digunakan perkebunan sawit baru. Ini belum termasuk pohon sawit yang sudah tua akan masuk masa replanting (peremajaan), sehingga memerlukan pupuk untuk bibit tanaman dan tanaman belum menghasilkan.
Benni menuturkan dalam pemakaian pupuk pelaku usaha sekarang ini menginginkan penggunaan pupuk dengan dosis cukup tapi efisien. Untuk itu, penggunaan pupuk majemuk atau NPK mulai dilirik pelaku usaha ketimbang pupuk tunggal seperti urea.
Lantaran, biaya pemupukan mencapai 40%-60% dari total biaya produksi buah sawit menjadikan pelaku usaha lebih selektif dalam pemilihan pupuk. Untuk itu, pelaku usaha berupaya menghindari kesalahan pemupukan antara lain ketidaksesuaian jenis dan jumlah kandungan setiap unsur hara ketika dalam perencanaan dan implementasi. Jika terjadi kesalahan pemupukan akan membuat hasil panen dan mutu buah sawit tidak sesuai yang ditargetkan pelaku usaha.
Saat ini, produsen pupuk telah menghasilkan produk yang dalam bentuk briket, granul, dan liquid dengan tujuan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat segera terserap. Edi Premono, mencontohkan pihaknya telah mengeluarkan pupuk berbentuk briket yang dapat terserap tanaman secara perlahan-lahan karena ukurannya lebih besar. Dengan menggunakan pupuk briket tingkat efisiensinya dapat ditingkatkan, dan dosisnya dapat ditekan berkisar 15-20 persen. Pada perkebunan sawit, tingkat efisiensi ini menjadi sangat berarti mengingat pemupukan di perkebunan sawit dilakukan dengan sangat intensif untuk menjamin produksi yang tinggi.
Sementara itu, Rijono Heru Setijawan, General Manager Marketing and R&D PT Visi Karya Agritama, menyatakan pihaknya telah mengeluarkan produk Humic Plus Fertitani sebagai suplemen yang membantu pertumbuhan tanaman dan memperbaiki struktur tanah (fisik, kimia dan biologi).
Dengan berbagai macam jenis produk pupuk, sekarang tinggal pelaku usaha kelapa sawit menentukan pilihan sesuai kebutuhan tanaman dan lahan. Paling utama, produk pupuk ini dapat menunjang kesuburan tanah dan meningkatkan produksi buah sawit.