Keadaan lahan perkebunan kelapa sawit yang ditanami secara terus menerus tentunya akan menyebabkan rendahnya produktivitas kelapa sawit serta terjadi kemunduran kesuburan tanah. Secara umum yang paling besar mengalami kemunduran adalah unsur hara yang tersedia di tanah dan derajat kemasaman tanah (pH) juga akan mengalami perubahan sehingga biasanya tanah akan cenderung lebih masam.
Karakteristik sifat kimia tanah yang cenderung menurun pada lahan kelapa sawit merupakan suatu hal yang wajar terjadi terutama penurunan status hara dalam tanah, sebab suatu tanaman tentu memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga sudah sewajarnya unsur hara dalam tanah akan berkurang begitu pula sifat kimia tanah lainnya.
Namun penurunan kesuburan tanah dari tahun ke tahun dapat dihindari melalui aplikasi pupuk berimbang dengan mengkombinasikan penggunanan pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk an-organik (kimia) secara berimbang dan berkesinambungan. Aplikasi pupuk organik dan hayati sebagai pendamping pupuk utama kimia (NPK) secara signifikan mampu menjaga bahkan meningkatkan kesuburan tanah dilihat dari hasil uji kimia tanah (C-organik, N-total dan pH tanah) pada lahan perkebunan kelapa sawit di Riau.
Penelitian tentang penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati telah dilakukan, termasuk mengkombinasikan dengan pupuk kimia di lahan sawit. Pemberian pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik, pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dilaporkan dapat meningkatkan produksi tanaman dibandingkan dengan pemupukan anorganik saja. Hal ini mengindikasikan bahwa pupuk organik berpengaruh positif terhadap kesehatan perakaran tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Hasil Uji C Organik, N Total, CN Rasio dan pH Tanah KebunKelapa Sawit di Riau
No. | Test Item | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 |
1. | C Organik (Wt %) | 2,77 | 8,08 | 18,08 |
2. | N Total (Wt %) | 1,36 | 1,75 | 2,17 |
3. | C/N Ratio | 2,04 | 4,62 | 8,33 |
4. | pH Tanah | 4,6 | 6,5 | 7,1 |
C-ORGANIK
C-Organik adalah penyusun utama bahan organik dalam tanah. Bahan organik tanah adalah senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi. Bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh bahan organik. Semakin tinggi bahan organik tanah, maka KTK tanah akan semakin tinggi pula.
C-Organik tanah di lahan kelapa sawit yang diaplikasikan dengan pupuk berimbang, terindikasi terus meningkat setiap tahun dari awal aplikasinya setelah 3 tahun pengamatan.Kandungan Corganik tanah berfungsi penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi pada tanah-tanah mineral. Kadar Corganiksecara langsung tentu akan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
N-TOTAL
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar tanaman umumnya menyerap unsur N dari tanah dalam bentuk NH4+ dan NO3–. Keberadaan N di dalam tanah bersifat mobil, yaitu mudah hilang karena menguap ke udara, tercuci, maupun terangkut bersama erosi. Ketersediaan N tanah sangat tergantung dari bahan organik tanah sebagai sumber utamanya.
Peningkatan N-total yang terjadi pada kebun kelapa sawit dari tahun pertama hingga tahun ketiga diduga terjadi karena adanya perlakuan pemupukan N (NPK) Hi-GRADE yang diberikan secara berimbang dan pupuk organik HARAMAK yang mengandung mikroba potensial secara rutin.
Jumlah N dalam tanah tergantung pada jumlah bahan organik dalam tanah tersebut. Kontribusi mikroba Azotobacter dan Azospirillum yang berperan menambat N bebas, tentunya akan meningkatkan ketersediaan N dalam tanah. Tanah yang memiliki bahan organik tinggi akan mampu mempertahankan N yang lebih banyak.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 141)