Setelah 2004, penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UT) meningkat signifikan seiring dengan booming industri kelapa sawit. Dengan merek produk yang telah dikenal pelaku perkebunan, membuat penjualan UT terus meningkat setiap tahun. Untuk memperkuat penjualan, garansi produk saat ini ditambah dari satu tahun menjadi dua tahun.
Selama delapan tahun sejak 2004 berfokus pada segmen industri agro seperti sawit, PT United Tractors Tbk telah menguasai pangsa pasar alat berat di sektor tersebut.Traktor dan dozer menjadi andalan utama produk yang dijual perusahaan kepada pelaku perkebunan. Hendrik K.Hadiwinata, Direktur PT United Tractors Tbk, mengatakan bahwa fokus UT pada industri kelapa sawit adalah karena tingginya permintaan alat berat untuk mendukung kegiatan operasional di sektor tersebut.
Menurutnya, alat berat yang digunakan memberikan efisiensi dan produktivitas kepada perusahaan perkebunan, dibandingkan membuka lahan dengan tenaga manusia.
Penggunaan alat berat ini juga didasari adanya regulasi pelarangan pembukaan lahan dengan teknik pembakaran. Hendrik K. Hadiwinata menjelaskan kebijakan pemerintah ini mendukung lonjakan pembelian alat-alat berat untuk menggarap lahan perkebunan kelapa sawit.
Bergeliatnya bisnis perkebunan khususnya kelapa sawit ternyata mendorong permintaan alat-alat berat. Produk yang banyak mendapatkan respon positif dari konsumen adalah dozer dan excavator Komatsu. Penggunaan alat berat ini disesuaikan dengan tipe lahan di perkebunan kelapa sawit. Hendrik K. Hadiwinata mengatakan dozer Komatsu merupakan alat berat terbaik untuk digunakan di tipe lahan keras. Dozer ini dapat dipakai untuk pembukaan lahan dan kepentingan konstruksi.
“Dalam pemilihan alat berat ini, juga mesti dibuat planning pekerjaan terlebih dahulu dan kajian lahan. Jadi, perusahaan menjual produk alat berat bukan berdasarkan kapasitas beban angkut melainkan kesesuaian lahan,” kata Hendrik kepada SAWIT INDONESIA.
Dozer Komatsu ini memiliki keunggulan karena dapat menghemat energi yang signifikan dalam penggunaan bahan bakar dan tidak banyak menggunakan track shoe. Sehingga hal tersebut membantu menghindari bengkaknya pengeluaran biaya operasional. Selain itu, dozer Komatsu memberikan kenyamanan kepada operator dalam mengoperasikan alat berat. Sistem pengendalian slip memonitor status gelincir alat dan secara otomatis langsung menyesuaikan output mesin,sehingga memaksimalkan drawbar untuk kondisi tanah yang keras.
Produk lain adalah excavator Komatsu yang dapat digunakan untuk perkebunan dengan lahan tipe rawa-rawa dan basah. Selain itu, UT memiliki produk alat berat Komatsu lainnya seperti articulated dumptruck, backhoe loader, dozer shovel, generating set, hydraulic excavator, hydraulic shovel, motor grader, danwheel loader.
Pada tahun 2011, kontribusi industri kelapa sawit terhadap penjualan alat berat UT mencapai 20% atau 1.693 unit, dari total penjualan 8.467 unit Komatsu.
Dalam memperkuat pangsa pasar, UT berupaya memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen. Seperti memberikan pelayanan jasa konsultasi mengenai operasi alat berat di wilayah proyek, membuka perwakilan atau cabang yang menyediakan spare part danmekanik di serangkaian titik di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Total kantor cabang United Tractor berjumlah 18 cabang di seluruh Indonesia, ada pula kantor jobsite yang berada di lokasi site konsumen sebanyak 22 unit.
Bagi perkebunan kelapa sawit yang berada di pedalaman, ketersediaan suku cadang sangatlah penting untuk menjamin kegiatan operasi alat berat. Untuk itulah, menurut Hendrik Hadiwinata, konsumen dapat memantau suplai suku cadang melalui internet. Dengan mengetahui informasi tadi, akses suku cadang lebih cepat diperoleh dan didistribusikan.
“Bagi kami dukungan produk dan suku cadang itu penting karena mesti memenuhi kebutuhan industri,” ujarnya.
Terobosan lain UT adalah meningkatkan jaminan produk dari satu tahun menjadi dua tahun. Menurutnya, jaminan garansi ini dinaikkan menjadi dua tahun dengan pertimbangan persaingan antar produsen alat berat.
Pelebaran pasar alat berat akan diarahkan ke daerah timur Indonesia seperti Kalimantan dan Sulawesi. Hendrik menjelaskan wilayah Kalimantan ini sedang menjadi trend pembukaan lahan sawit, yang diperkirakan baru akan mengalami kejenuhan pada tiga tahun mendatang. Pasalnya, harga tanah disana sudah cenderung tinggi dari tahun ke tahun.
Khusus Sulawesi, lanjut Hendrik Hadiwinata, perusahaan berencana membuka contact office di beberapa daerah seperti Palu, Poso, Gorontalo, Luwuk, dan Kendari. Kantor ini akan dilengkapi dengan warehouse suku cadang dan mekanik. (Hendro R)