Dukungan tenaga profesional dan pengalaman yang cukup lama di bisnis fabrikasi, membuat PT Lambang Jaya optimis dalam pengembangan layanan jasa proyek turn key pabrik kelapa sawit.
Di daerah Lampung dan sekitarnya, nama PT Lambang Jaya sudah dikenal sebagai perusahaan EPC, fabrikasi, dan manufaktur yang bergerak untuk pembuatan mesin industri makanan, perkebunan dan pertanian. Tepatnya pada 1983, bisnis perusahaan sudah mulai berjalan yang menghasilkan berbagai macam produk dan juga mendirikan pabrik tapioka, serta membuat sebagian besar fabrikasi di pabrik gula, pabrik pengolahan nanas, dan pabrik pakan ternak.
Arlimda Arkeman, Wakil Direktur Utama PT Lambang Jaya, menjelaskan perusahaan sudah berpengalaman dalam fabrikasi pabrik tapioka dan pabrik pengolahan nanas untuk di daerah sekitar Lampung. Beberapa pabrik tapioka dan fabrikasi bagian dari pabrik tersebut yang telah dibangun di wilayah Lampung.
Semakin berkembangnya bisnis kelapa sawit di Indonesia menarik minat perusahaan ini untuk masuk ke sektor pendukung industri tersebut. Salah satunya mencoba untuk menghasilkan produk komponen/ alat-alat pendukung pabrik minyak kelapa sawit seperti tanki cpo, bulking station, lori, dan thresher. Arlimda Arkeman menuturkan sudah tiga sampai empat tahun ini perusahaan menekuni pembuatan komponen/alat-alat pabrik minyak kelapa sawit ini , dan baru di tahun ini, perusahaan serius menjajaki pembangunan pabrik minyak kelapa sawit.
Bukti keseriusan ini ditunjukkan dengan membuat divisi yang khusus menangani Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PKS/PMKS). Divisi ini bertugas menangani permintaan dari industri kelapa sawit misalkan pembuatan proyek turn key pabrik minyak kelapa sawit dan pembuatan komponen/instrumen pabrik kelapa minyak kelapa sawit. Arlimda mengatakan divisi kelapa sawit dipegang oleh sumber daya manusia yang handal dan berpengalaman. Untuk memperkuat divisi PKS/PMKS, perusahaan merekrut tenaga profesional yang sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun dalam proyek manufaktur dan fabrikasi kelapa sawit.
Ditambahkan Arlimda, pihaknya langsung masuk ke proyek turn key ini ( untuk membangun pabrik minyak kelapa sawit), dengan menyakini kemampuan dan pengalaman yang dimiliki perusahaan ini yang akan dijadikan modal utama untuk bersaing dengan perusahaan kontraktor / EPC lainnya.
Seiring dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit di tahun-tahun mendatang, maka kebutuhan pabrik kelapa sawit diperkirakan terus meningkat. Sekarang ini, menurut data ( sumber: majalah Sawit Indonesia), terdapat sekitar 600 unit pabrik sawit untuk melayani suplai produksi buah sawit dari lahan sekitar 9 juta hektare lebih. Dari luas lahan tadi, semakin bertambahnya lahan yang menghasilkan atau mature (TM) yang menghasilkan lebih banyak buah sawit ( TBS ) sehingga dapat mendorong pembuatan pabrik minyak kelapa sawit. Sehingga, diperkirakan akan terjadi penambahan pabrik kelapa sawit antara 100-150 unit dalam beberapa tahun mendatang.
“Dari kenaikan jumlah pabrik sawit tadi, kalau kami dapat menguasai market share sekitar 15 % saja. Itu sudah bagus sekali,” ujar alumni Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Universitas Trisakti ini yang ditemui di Jakarta.
Tak hanya pabrik, perusahaan ini juga berminat untuk memproduksi komponen/alat pabrik minyak kelapa sawit. Dengan workshop yang dimiliki perusahaan ini diatas tanah seluas 2 hektare di Lampung Sumatra, akan membantu perusahaan ini untuk menghasilkan beragam kebutuhan instrumen/komponen pabrik minyak kelapa sawit. Arlimda Arkeman menyatakan kemampuan perusahaan EPC akan saling melengkapi dengan keahlian pembuatan komponen pabrik minyak kelapa sawit. Pengalaman yang dimiliki perusahaan dalam membangun pabrik tapioka sangatlah berguna untuk menyokong kemampuan membuat rancang bangun pabrik minyak kelapa sawit dalam waktu satu sampai tiga tahun mendatang.
“Perusahaan kami sudah dikenal sebagai perintis fabrikasi di pabrik nanas, tebu, dan tapioka. Sedangkan di sawit, memang terbilang baru. Tapi, kami sanggup bangun pabrik sawit dengan sistim turn key,” kata Arlimda.
Keinginan memenuhi komponen/instrumen buatan lokal sesuai dengan visi perusahaan menjadi perusahaan engineering kelas dunia. Arlimda Arkeman menyatakan impor alat pabrik minyak kelapa sawit cukup tinggi karena belum banyak perusahaan lokal yang dapat memproduksi sendiri. Sebagian besar alat pertanian atau perkebunan di sektor pabrik berasal dari Thailand, Malaysia, dan China. Padahal, alat tersebut dapat dibuat di dalam negeri.
“Keinginan kami ingin membuat alat sendiri seperti yang dihasilkan negara tetangga. Kalau bisa, alat yang kami buat dapat menyuplai untuk kebutuhan pabrik minyak kelapa sawit di negara lain, Itulah sebabnya, perusahaan ingin berkiprah di tingkat regional dan internasional,” ujar Arlimda.
Tentu saja, perusahaan bukan sekadar ingin menjual melainkan dapat membantu peningkatan produktivitas industri sawit. Target kami, kata Arlimda, dapat menghasilkan satu atau dua item komponen maupun subkomponen untuk menyuplai kebutuhan di pabrik sawit, pabrik sagu, pabrik gula, di Indonesia dan di regional Asean.
Untuk proyek biogas, perusahaan telah berpengalaman membuat fasilitas biogas untuk pembangkit tenaga listrik, dengan memanfaatkan limbah dari proses pengolahan tepung tapioka.
Total jumlah karyawan PT Lambang Jaya mencapai lebih kurang 100 orang ini , yang terbagi atas dua divisi yaitu divisi sawit dan non sawit. Divisi non sawit terdiri dari sub divisi : agriculture equipment, biogas, tapioka, dan support/maintenance pabrik.
Dengan pengalaman yang dimiliki selama 30 tahun lamanya, PT Lambang Jaya berpeluang memenuhi kebutuhan proyek turn key pabrik kelapa sawit. Peluang ini dapat dimanfaatkan dengan baik asalkan perusahaan memperkuat tenaga profesionalnya untuk dapat bersaing dengan perusahaan kontraktor pabrik sawit lainnya. (Qayuum Amri)