PT ZTE Agribusiness Indonesia optimis dapat meningkatkan luas perkebunan sawitnya. Berencana menambah satu unit pabrik sawit pada tahun depan.
Terhitung sebagai pemain baru di kelapa sawit, PT ZTE Agribusiness Indonesia mengelola lahan seluas 32 ribu hektare yang berlokasi di Sambas, Kalimantan Barat dan Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Syamsir Syahbana, Director Human Resources and Public Affair PT ZTE Agribusiness Indonesia, mengatakan dari kepemilikan luas lahan tersebut baru tertanam sekitar 15 ribu hektare yang sudah menghasilkan.
PT ZTE Agribusiness Indonesia mengakuisisi lahan sawit milik tiga perusahaan di Sambas, antara lain PT Ranawastu Kencana, PT Karya Boga Mitra, dan PT Karya Boga Kusuma. Syamsir menuturkan sudah ada lahan seluas 10 ribu hektare yang ditanami untuk perkebunan sawit di Sambas . Saat ini, ZTE Agribusiness baru memiliki satu unit pabrik sawit berkapasitas 60 ton TBS per jam yang berlokasi di Sambas, Kalimantan Barat.
Rata-rata jumlah produksi buah sawitnya berkisar 300-400 ton per hari. Tetapi, kebutuhan Tandan Buah Sawit (TBS) mencapai 1.000 ton per hari guna menggerakkan operasional pabrik. “Kekurangan pasokan buah, kami tutupi dengan membeli dari hasil petani sekitar kebun,”ujarnya.
Untuk wilayah Sampit, menurut Syamsir Sahbana, ZTE Agribusiness mengelola lahan sawit seluas 7 ribu hektare. Lalu dari luas tadi, lahan yang tertanam dan menghasilkan sekitar 5 ribu hektare. PT ZTE Agribusiness Indonesia men-take over kebun sawit dari PT Sinar Citra Cemerlang.
Untuk mengantisipasi kenaikan hasil panen dari perkebunan sawit di Sampit, perusahaan akan membangun satu unit pabrik sawit. Sumarjono Saragih, Komisaris PT ZTE Agribusiness Indonesia, menuturkan pabrik mulai dibangun pada tahun depan yang berkapasitas 45 ton TBS per jam. Investasi pembangunan diperkirakan mencapai Rp 120 miliar.
Syamsir Syahbana menjelaskan luas lahan perusahaan ditargetkan naik setiap tahunnya. Pada 2015 mendatang direncanakan bertambah menjadi 50 ribu hektare. Selanjutnya perusahaan tetap ekspansif untuk kuasai lahan perkebunan sawit menjadi 100 ribu hektare pada 2020.
Sumarjono Saragih mengatakan investasi yang telah disiapkan untuk pengembangan bisnis sawit di Indonesia berjumlah US$ 1 miliar. Dari nilai tersebut, investasi yang sudah direalisasikan sekitar US$ 100 juta.
“Perusahaan berupaya mencari lahan baru yang diharapkan berada di sekitar kebun sekarang ini,” paparnya.
Sebagai perusahaan baru, bukan hal mudah bagi ZTE Agribusiness Indonesia untuk menambah lahan. Ini belum termasuk dari tingginya harga lahan. Menurut Syahman ada tiga penyebab hambatan investasi yaitu sulitnya pengurusan perijinan usaha perkebunan, infrastruktur jalan raya yang masih buruk sehingga menyulitkan akses perusahaan menuju kebun. Terakhir, tingginya biaya pengamanan di kebun sawit yang harus dikeluarkan perusahaan. Misalkan saja, sudah ada ganti rugi yang dikeluarkan perusahaan tetapi muncul klaim lagi dari masyarakat.
PT ZTE Agribusiness Indonesia, anak perusahaan dari ZTE Energy Co.Ltd, yang bekerjasama dengan perusahaan lokal dalam mengembangkan bisnis sawit. Strategi yang dilakukan perusahaan melalui akuisisi perkebunan existing dan mengembangkan lahan belum tertanam atau green field. (Qayuum)