PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu kreditur utama industri sawit yang menyokong kegiatan ekspansi di sektor hulu dan hilir. Di daerah, BRI telah menyiapkan berbagai sarana pendukung seperti Anjungan Tunai Mandiri (ATM) guna membantu ekonomi daerah dan melayani masyarakat.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sudah sejak lama mendorong sektor perkembangan bisnis kelapa sawit nasional. Salah satu cara yang dilakukan BRI adalah membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, dan BRI unit atau Teras BRI di setiap wilayah yang memiliki potensi bisnis kelapa sawit yang kuat.
Menurut Muhamad Ali, sekretaris perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, meningkatnya industri kelapa sawit membuat BRI membangun jaringan kantor lebih dari 8.700 dan jaringan ATM lebih dari 11.111 yang tersebar di perkotaan dan pedesaaan seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan agar BRI dapat terus menyokong perkembangan ekonomi suatu daerah.
“Ya, bisnis BRI itu memang tumbuh seiring perkembangan ekonomi suatu daerah,” ujar Muhamad Ali kepada redaksi Sawit Indonesia.
Hakikatnya, kata Muhamad Ali, BRI akan berusaha maksimal untuk terus mendorong perkembangan kelapa sawit nasional. Seperti halnya di daerah Sumatera dan Kalimantan yang merupakan penyumbang utama CPO, unit-unit kerja BRI justru mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Tak ayal dalam perkembangannya, unit-unit kerja BRI seperti kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, BRI unit, teras BRI, dan mobil teras BRI di wilayah Sumatera hingga Juni 2012 telah mencapai 1.662. Sedangkan di wilayah Kalimantan jumlah total sekitar 398 unit kerja BRI.
Menariknya lagi, BRI tak sekedar hanya melakukan perluasan unit-unit kerjanya. Namun, juga melakukan edukasi kepada pelaku industri kelapa sawit dalam menggunakan layanan transaksi e-banking. Makanya jangan heran, jika BRI juga mengeluarkan kebijakan untuk membangun ATM di wilayah perkebunan kelapa sawit.
“Sekitar 2-3 ATM saat ini sudah ada di wilayah perkebunan kelapa sawit,” ungkap Muhamad Ali.
Alhasil, kebijakan membangun ATM mendapat apresiasi dari setiap nasabah BRI yang bergeliat dalam bisnis kelapa sawit (PKS, Koperasi, Petani, dan pegawai PKS). Pasalnya, nasabah dapat melakukan transaksi keuangan tanpa mengenal batas waktu, yaitu 24 jam dalam sehari. Sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar perkebunan, efisiensi waktu, dan berhasil meningkatkan pendapatan alternatif berupa fee based income bagi BRI.
Selain itu, dalam usahanya untuk mendorong perkembangan kelapa sawit nasional, BRI juga memberikan pinjaman kredit kepada korporasi atau petani yang hendak mengembangkan industri kelapa sawitnya. Berdasarkan data BRI, terjadi peningkatan pinjaman kredit dari kontribusi sekitar 4,9 persen pada tahun 2011 menjadi 6,8 persen dari total kredit korporasi BRI di Juni 2012.
“Peningkatan ini terjadi karena prospek industri kelapa sawit dan turunannya semakin potensial di mata dunia,” Kata Muhamad Ali semangat.
Terbukti, beberapa korporasi yang bergeliat dalam sektor kelapa sawit juga sempat mendapatkan kucuran pinjaman kredit dari BRI yang cukup besar. Diantaranya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II , PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) melalui anak perusahaannya yaitu PT Maiska Bhumi Semestya (MBS), PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) melalui anak usahanya di perkebunan sawit PT Mitra Ogan.
Muhamad Ali menjelaskan, bahwa skema yang diajukan kepada korporasi terkait pinjaman kredit perkebunan kelapa sawit itu terbilang saling menguntungkan kedua belah pihak. Pasalnya, perbankan ini menggunakan logika pembiayaan untuk sektor PKS dalam bentuk kredit investasi dengan jangka waktu rata-rata 9-10 tahun dan grace period selama empat tahun (termasuk construction periode selama tiga tahun).
Tak hanya itu, BRI juga turut berkecimpung dalam pelbagai program pemerintah seperti pemberian kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Bahkan belum lama ini, BRI baru saja melakukan perjanjian kesepakatan kredit KKPE senilai Rp 100,64 miliar bersama 64 kelompok tani Lampung dalam peningkatan hasil perkebunan tebu dan non tebu. Program ini pula yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian rakyat seperti kelapa sawit.
STRATEGI PENINGKATAN JUMLAH KREDIT
Muhamad Ali, menyatakan ada lima strategi untuk meningkatkan pinjaman BRI, yakni pertama, BRI selalu melakukan ekspansi jaringan kerja dan sumber daya manusia di wilayah yang memiliki potensi bisnis kelapa sawit. Kedua, BRI juga memberikan fasilitas kepada supplier dan distributor perusahaan kelapa sawit. Ketiga, selalu meningkatkan Account Officer untuk sektor kelapa sawit secara berkala. Keempat, selalu menyesuaikan proses bisnis yang ada untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah.
Strategi kelima yang selalu dijalankan BRI yaitu mempercepat proses kredit sesuai SLA yang telah ditetapkan. Keenam, menjaga level bunga agar tetap kompetitif. Dan yang ketujuh, memanfaatkan unit kerja BRI secara real time online.
Meski demikian, dalam proses pengajuan pinjaman kredit untuk sektor kelapa sawit BRI melakukannya dengan cara yang cukup teliti. Yaitu pihak debitur mesti memberikan identitas diri dan usahanya kepada pihak perbankan. Selain itu, debitur juga harus memiliki legalitas lahan, pengalaman dalam mengelola PKS, dan modal perusahaan.
“Setelah syarat diatas lengkap, baru kami akan menganalisa faktor 5C (Character, capacity, condition, capital, and collateral) dari nasabah sebagai tahap akhir untuk bisa mendapatkan pinjaman kredit atau tidak,” tambah Muhamad Ali.
Dengan strategi ini, kredit BRI terus meningkat jumlah pinjamannya cukup maksimal. Sampai Juni 2011, total kredit sawit sekitar Rp 13 triliun dengan outstanding kredit untuk pembiayaan kelapa sawit sebesar Rp 7,7 triliun. Nilai ini meningkat pada periode sama 2012 yang senilai Rp 19,4 triliun dengan outstanding sebesar Rp 11 trilliun. (Hendro R)