Sebagai perusahaan kelapa sawit yang baru berkembang, CT Agro sudah berkomitmen untuk menjalankan praktek budidaya berkelanjutan. Tak ingin bergantung kepada lahan, kegiatan intensifikasi dijalankan supaya produktivitas buah sawit dapat ditingkatkan.
Berikut ini petikan wawancara yang dikirim lewat e-mail antara tim redaksi Sawit Indonesia dengan Asrul Lubis, Direktur Utama CT Agro:
Dalam pandangan Bapak, apa itu konsep sawit yang berkelanjutan (sustainable) ?
Saat ini banyak sekali pelaku-pelaku industri sawit dalam melakukan peningkatan produksi melalui ekspansi lahan dimana mengembangkan lahan itu tanpa melihat areal-areal yang memang bukan arealnya seperti gambut dan deforestasi (pengundulan hutan), padahal proses meningkatkan jumlah produksi TBS tidak hanya melalui ekspansi tetapi melalui kebijakan intensifikasi.
Sehingga dapat dikatakan sawit yang berkelanjutan (sustainable) yakni memaksimalkan area yang sudah ada dengan peningkatan produktivitas yang lebih baik melalui efisiensi biaya yang lebih tinggi, serta memperhatikan masalah sosial, lingkungan, legal, ketenagakerjaan dan peningkatan usaha yang berkelanjutan.
Bagaimana upaya Bapak dalam mengaplikasikan nilai-nilai budidaya sawit yang berkelanjutan dan sesuai dengan Good Management Practices (GMP) di perkebunan sawit CT Agro?
Saat ini serta ke depannya, produk sawit dan turunannya banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi yang dapat digunakan pula bagi energi alternatif bersifat ramah lingkungan. Sehingga dapat dipastikan permintaan CPO kian dibutuhkan, selain itu dapat meningkatkan standar mutu terhadap sosial dan lingkungan dari kelapa sawit tersebut.
Atas dasar itu, CT Agro berupaya menerapkan nilai-nilai budaya sawit melalui standar ramah lingkungan, dan melakukan pembinaan kepada para petani-petani plasma/masyarakat lingkungan sekitar perkebunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendampingan manajemen pengelolaan kebun, juga bersama untuk dapat membantu pemerintah menjalankan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk pengelolaan kebun sawit yang layak ekonomi, layak sosial serta mengikuti dan mentaati perundang-undangan yang berlaku, juga ramah lingkungan.
Dalam menjalankan nilai-nilai sawit berkelanjutan, tantangan apa yang Bapak hadapi? Lalu seperti apa jalan keluarnya?
Tantangan yang sering dihadapi antara lain masalah sosial dimana kerap kali kami memperoleh kesulitan dalam hal pergantian lahan masyarakat (tali asih), serta masalah ijin lokasi. Dan solusi yang kami jalankan dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keberadaan perkebunan sawit CT Agro ini, serta memberikan kesejahteraan bersama melalui kerjasama pemberian lahan plasma untuk masyarakat-masyarakat melalui keberadaan koperasi. Dan untuk aspek legal, kami mengikuti kaidah-kaidah prosedural mengenai legalitas keberadaan perkebunan CT Agro ini.
Bagaimana upaya perusahaan dalam melibatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pembangunan ekonomi daerah setempat?
Bersama pejabat masyarakat daerah dan tokoh masyarakat, CT Agro menjajaki aspek sosial masyarakat dengan melakukan kerja sama serta pemberian bantuan fasilitas-fasilitas umum. Program lain, memberikan penambahan pengetahuan/pendidikan mengenai perkebunan kelapa sawit dan pola pengelolaannya, sehingga secara tidak langsung perusahaan telah membantu menambah wawasan serta menambah pengetahuan bahkan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat sekitar yang mayoritas tinggal jauh dari perkotaan dan lebih banyak hidup dalam masyarakat lingkup kecil.
Dalam pandangan bapak, apakah masyarakat sekitar perkebunan CT Agro telah merasakan manfaat dari pembangunan kebun sawit?
Saat ini “Ya”, dan kedepannya sudah pasti akan mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini disebabkan, masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar kebun memberikan kesempatan kepada perusahaan dengan diberikannya lahan yang berdampingan dengan tempat mereka tinggal. Hal ini merupakan amanat untuk tetap memberikan masyarakat yang terbaik dan tidak mencoba untuk merusak kepercayaan mereka yang saat ini telah kami dapat.
Dengan slogan “Senang-senang-senang” yang kerap berkumandang setiap ada pertemuan dengan masyarakat. Makna slogan ini adalah perusahaan mendapatkan hasil baik, begitupula dengan masyarakat memperoleh hasil baik pula. Tidak boleh ada yang merasakan kesulitan atau merasa dizalimi atas kehadiran CT Agro ini.
Berapa luas lahan perkebunan kelapa sawit CT Agro dan berlokasi di mana saja sampai akhir tahun 2011?
Perkebunan kelapa sawit CT Agro masih dalam satu hamparan perkebunan di wilayah Kutai Barat dengan luas lahan ijin lokasi perkebunan secara total seluas 70.288 hektare, yang terbagi atas empat perkebunan yaitu Kutai Agro Lestari, Kaltim Hijau Makmur, Mahakam Hijau Makmur, dan Lembah Sawit Subur.
Sepanjang pengalaman bapak, sebenarnya tantangan dan hambatan apa yang membuat pertumbuhan industri kelapa sawit terlihat berjalan stagnan?
Hambatan yang sering ditemukan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perkebunan sawit dan manfaat yang diperolehnya. Selain itu, isu yang berkembang mengenai perusakan hutan, pemusnahan habitat hewan-hewan yang dilindungi dan isu global lainnya, menyebabkan pertumbuhan kelapa sawit ini terasa tersendat. Juga masih adanya peraturan perundang-undangan yang memang harus segera diselesaikan. Namun kami sebagai anggota GAPKI pasti akan memperoleh kepastian mengenai masalah perundang-undangan tersebut.(am)
Asrul Lubis: MASYARAKAT BAHAGIA, PERUSAHAAN IKUT SENANG
Kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sangatlah utama untuk mengantisipasi konflik sosial yang kerap terjadi saat ini. Asrul Lubis menceritakan CT Agro sangat memerhatikan kondisi kesehatan masyarakat sekitar kebun, yang selama ini sulit dijangkau dinas kesehatan setempat. Untuk itulah, perusahaan menyediakan poliklinik kebun yang dilengkapi tenaga kesehatan mulai dari dokter sampai perawat.
Asrul mengatakan pembangunan poliklinik tidak hanya ditujukan untuk melayani karyawan perusahaan melainkan masyarakat pula. Sebagai contoh,diberikan pengobatan gratis yang mendatangkan dokter seperti spesialis gigi. Dalam setahun, layanan pengobatan gratis diberikan sebanyak tiga bulan sekali.
Lewat kebijakan ini, menurut Asrul, masyarakat akan terbantu dan merasakan manfaat positif dari kehadiran perusahaan.Kalau masyarakat senang akan membuat perusahaan juga senang pula karena kegiatan operasional kebun berjalan lancar.“Untuk itulah, saya memiliki filosofi senang-senang kepada masyarakat sekitar kebun. Jika masyarakat tidak senang sementara perusahaan bahagia tentu saja ini tidak selaras,” kata Asrul.
Dalam mengelola kebun, dia menerapkan manajemen sedino yakni semua masalah yang terjadi hari ini maka harus diselesaikan hari itu pula. Pertimbangannya, banyak masalah yang terjadi di dalam kebun misalkan teknis, filosofis dan pengelolaan kebun. Jadi, masalah yang selesai hari ini tidak perlu terulang lagi pada keesokan harinya.
Pelaksanaan manajemen sedino ini dapat diterapkan dengan pelaksanaan briefing pagi. Dijelaskan Asrul Lubis, briefing pagi ini merupakan pertemuan antara manajer kebun dengan staf kebun dan mandor. Dalam briefing inilah akan dievaluasi berbagai macam masalah supaya memperoleh jalan keluarnya pada hari ini. “Langkah ini penting supaya perusahaan dapat mencapai target,” kata dia.
Hampir 23 tahun lamanya, Asrul Lubis malang melintang di dunia perkelapasawitan. Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama CT Agro, dia pernah bekerja di PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Dani Prisma Grup, dan Djayanti Grup. Menurutnya, kelapa sawit sangat berjasa untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan. Itu sebabnya, pekerja kelapa sawit itu idealnya berpandangan bos atau pimpinan mereka adalah kelapa sawit, bukan direktur atau pemilik perusahaan. “Karena sebagai bos inilah, pekerja wajib memelihara pohon kelapa sawit apabila sakit. Ketika panen, segera diambil buahnya supaya dapat kasih makan kita,” ujarnya sambil tersenyum. (am)