• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Friday, 17 March 2023
Trending
  • Kementan dan TNI – AD Membangun Ketahanan Pangan Nasional
  • Sektor Kelapa Sawit dan PSR menjadi prioritas OJK
  • Joint Statement On The Bilateral Ministerial Meeting Between CMEA And MPC
  • Meningkatkan Target Domestic Market Obligation (DMO) Program Minyak Goreng Menjadi 450.000 Ton Per Bulan
  • Petani Malaysia Ajukan Petisi, Ini Sikap Apkasindo Terhadap Kebijakan Uni Eropa
  • Harga Referensi CPO Mengalami Peningkatan dan Kembali Menjauhi Ambang Batas Sebesar USD 680/MT
  • Gaungkan Genta Organik, Bekerjasama Dengan Kementan dan TNI-AD
  • Laboratorium Riset Pengolahan Kelapa Sawit Mini Pertama di Indonesia
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Pengembangan Sistem Integrasi Sapi Perkebunan Sebagai Upaya Pembangunan Peternakan Sapi
Inovasi

Pengembangan Sistem Integrasi Sapi Perkebunan Sebagai Upaya Pembangunan Peternakan Sapi

By RedaksiSeptember 3, 20144 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

PETERNAKAN DAN KETERSEDIAAN DAGING

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti luas.  Dengan adanya reorientasi kebijakan pembangunan sebagaimana tertuang dalam program RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) maka pembangunan pertanian perlu melakukan pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan sub sektor yang lain dalam naungan sektor pertanian.  Hal ini semakin penting untuk dilakukan apabila dikaitkan dengan program swasembada daging tahun 2010.  

Program swasembada daging ini merupakan respon adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi daging meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging dan sapi hidup yang jumlahnya terus meningkat pada dasawarsa terakhir, dimana pada tahun 2002 nilai impor daging (termasuk produk olahannya) dan sapi hidup mencapai US$106.003.410,00 sedangkan populasi sapi potong secara nasional dari tahun 1994 – 2002 mengalami penurunan sebesar 3,1 persen per tahun (BPS, 2003 dan Anonim, 2005).  Menurut data Ditjennak (2004) disitasi Anonim (2005), populasi sapi potong tahun 2000 – 2004 berturut-turut adalah 11.008.017, 11.137.701, 11.297.625, 10.504.128, 10.726.347 ekor.  Sementara itu, impor daging dan sapi hidup telah menganggu sistem pasar lokal sebagaimana yang telah terjadi pada peternak sapi di Jawa Barat yang mengeluhkan akan adanya daging sapi impor karena telah menurunkan penjualannya hingga 50% (Kompas, 06 Mei 2005).

Baca juga :   Indonesian Planters Society Edukasi Petani Sawit

Saat ini usaha peternakan untuk menghasilkan sapi bakalan (cow calf operation) dalam negeri 99 persen dilakukan oleh peternakan rakyat yang sebagian besarnya berskala kecil dengan tingkat kepemilikan 1 – 5 ekor per KK.  Usaha ini biasanya terintegrasi dengan kegiatan lainnya, sehingga fungsi sapi sangat kompleks (Anonim, 2005).  Oleh karenanya pembuatan kebijakan dalam pembangunan peternakan tidaklah terlepas dari kondisi objektif bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tidak memilah-milah secara jelas antara peternakan dan pertanian umumnya. Hal ini dikarenakan sistem usahatani yang masih bersifat subsisten yang banyak oleh petani gurem.

Banyaknya peternakan rakyat yang berperan dalam menghasilkan sapi bakalan ini mendorong perlunya pengembangan peternakan berbasis kerakyatan.  Hal yang menjadi permasalahan adalah bahwa kepemilikan ternak yang relatif kecil tersebut secara ekonomis kurang menguntungkan sementara petani tidak secara khusus melakukan kegiatan usaha peternakan.  Ini, tentu saja, memerlukan upaya bagaimana meningkatkan usaha peternakan dengan tetap terintegrasi dengan sistem usahatani yang tengah dilangsungkannya.

RUMAH TANGGA PETANI

Berdasarkan Sensus Pertanian tahun 2003 (BPS, 2004) terdapat 52,6 juta Rumah Tangga (RT) dimana terdapat 25,6 juta RT pertanian.  Jumlah RT pertanian ini secara absolut meningkat dari 20,8 juta pada tahun 1993 dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 2,10% pertahun. Namun demikian secara persentase terdapat penurunan yaitu dari sebesar 50,45% RT pertanian terhadap total RT pada tahun 1993 menjadi 48,66% pada tahun 2003.  Akan tetapi, dari 25,6 juta RT pertanian terdapat 24,4 juta RT pengguna lahan dan ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,7% dari tahun 1993.  RT pengguna lahan masih didominasi pengguna lahan untuk kegiatan pertanian padi/palawija, yaitu sebanyak 18,1 juta RT.  Selanjutnya diikuti oleh pengguna lahan untuk kegiatan pertanian hortikultura sebanyak 9,3 juta, perkebunan 7,7 juta, budidaya tanaman kehutanan 3,7 juta, peternakan 6,5 juta, kolam air tawar/sawah 0,8 juta dan tambak/air payau sebanyak 0,15 juta RT. 

Baca juga :   Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

Masih menurut BPS (2004) bahwa tahun 2003 terdapat 13,7 juta petani gurem yang juga meningkat 2,4% pertahun sejak 1993, dimana terdapat 52,1% pada tahun 1993 menjadi 56,2% tahun 2003..  Petani gurem ini kebanyakan terdapat di Pulau Jawa, yaitu terdapat 25,14% petani gurem terdapat di Jawa Timur, 22,98 di Jawa Tengah, 18,84% di Jawa Barat, dan 3,15% di Provinsi Banten.  Sementara di daerah-daerah lain jumlah petani guremnya relatif kecil, yaitu kurang dari 3 % dari total petani gurem se-Indonesia, kecuali Sumatera Utara, yaitu 4,1%.  Meningkatkanya petani gurem di pulau Jawa diduga karena adanya sistem pewarisan tanah yang berbagi dan konversi lahanproduktif menjadi areal non pertanian.

Baca juga :   Inovasi Teknologi Syngenta untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia

Berdasarkan uraian data di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi bidang pekerjaan utama masyarakat Indonesia.  Dari sebanyak 52,6 juta RT hanya 6,5 juta yang menyelenggarakan kegiatan utama peternakan.  Kecilnya aktivitas RT utama bidang peternakan ini bukan berarti pada jenis usaha pertanian lain tidak terdapat usaha peternakan, justru bisanya ternak yang dipelihara terintegrasi dengan sistem usahatani lainnya.  Hal ini mendorong untuk dilakukannya terobosan baru untuk meningkatkan aktivitas yang melibatkan peternakan sebagai usaha keluarga dan masyarakat serta swasta ataupun pemerintah dalam sistem yang terintegratif sehingga secara kumulatif dapat meningkatkan total pendapatan usahatani keseluruhan dengan tanpa lahan baru.  

PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Secara umum, penggunaan lahan untuk semua jenis lahan mengalami peningkatan sejak tahun 1995 sampai 1998.  Bukan hanya pemanfaatan lahan untuk bangunan – sebagai konskuensi pertambahan populasi dan aktivitas pembangunan – yang  meningkat, pemanfaatan lahan untuk perkebunan, penggembalaan dan lahan yang sementara tidak diusahaan juga mengalami peningkatan (Tabel 1 Luas penggunaan lahan di Indonesia).

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

2 days ago Berita Terbaru

Indonesian Planters Society Edukasi Petani Sawit

3 days ago Berita Terbaru

Inovasi Teknologi Syngenta untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia

6 days ago Inovasi

Dwi Sutoro dan Eddy Martono Kandidat Ketum GAPKI, Ini Profil Keduanya

1 week ago Berita Terbaru

Pesan Bang Joefly Jelang Munas GAPKI XI

1 week ago Berita Terbaru

GAPKI Butuh Karakter Ketua Umum Visioner, Petarung dan Merah Putih

1 week ago Berita Terbaru

Dwi Sutoro, Calon Nakhoda Baru GAPKI, Jembatan Industri Dengan Pemerintah

1 week ago Berita Terbaru

Wilmar Dapat Pujian Dari Wamenaker Terkait Perlindungan Perempuan dan Anak

2 weeks ago Berita Terbaru

Eddy Martono: Saya Siap Pimpin GAPKI

2 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 3 weeks ago2 Mins Read
Event

Diskusi Hybrid Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia

Event 2 weeks ago2 Mins Read
Latest Post

Kementan dan TNI – AD Membangun Ketahanan Pangan Nasional

47 mins ago

Sektor Kelapa Sawit dan PSR menjadi prioritas OJK

1 hour ago

Joint Statement On The Bilateral Ministerial Meeting Between CMEA And MPC

3 hours ago

Meningkatkan Target Domestic Market Obligation (DMO) Program Minyak Goreng Menjadi 450.000 Ton Per Bulan

4 hours ago

Petani Malaysia Ajukan Petisi, Ini Sikap Apkasindo Terhadap Kebijakan Uni Eropa

4 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version