Negara diminta waspada terhadap potensi perang menggunakan pihak ketiga atau proxy war di masa depan. Pemicunya adalan bertambahnya jumlah populasi manusia tetapi ketersediaan sumber daya alam kian menipis. NGO dapat dimanfaatkan negara lain dalam proxy war.
Semenjak satu tahun lalu, Gatot Nurmantyo, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) aktif berpidato dalam berbagai forum mengenai bahaya proxy war atau perang menggunakan pihak ketiga. Dalam pandangannya, proxy war dipicu oleh bertambah pesatnya populasi penduduk dunia tetapi tidak diimbangi ketersediaan pangan, air bersih, dan energi sehingga akan muncul konflik baru. Posisi Indonesia sebagai negara khatulistiwa sangatlah penting karena menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara.
Konflik-konflik di belahan dunia terjadi akibat persaingan kepentingan antarnegara untuk menguasai sumber energi. “Sekitar 70 persen konflik di dunia disebabkan masalah energi. Cadangan energi dunia diperkirakan tinggal 45 tahun lagi. Dan ini bisa habis apabila tidak ada gantinya,” kata Gatot Nurmantyo.
Dampak lebih lanjut dengan meningkatkan kebutuhan energi pada tahun 2007 sampai 2009 mendongrkan naiknya harga pangan dunia sebesar 75 persen. Pada 2043, populasi penduduk dunia diperkirakan mencapai 12,3 miliar jiwa. Dengan asumsi sekitar 2,5 miliar penduduk tinggal di garis ekuator (khatulistiwa) . Sisanya 9,8 miliar adalah penduduk di negara yang berada di luar ekuator. Negara yang berada dalam perlintasan garis ekuator punya kemampuan budidaya tanam sepanjang tahun seperti Indonesia, Asia Tenggara, Afrika Tengah, dan Amerika Latin.
Kalau sebelumnya konflik berada di wilayah Timur Tengah. Maka, peperangan berpotensi bergeser di negara ekuator karena perebutan sumber daya energi dan alam.
Dengan perkembangan teknologi, sifat dan karakteristik perang telah tidak lagi sifatnya konvensional antar dua negara. Melainkan mengarah kepada tiga jenis perang yaitu perang asimetris, perang hibrida, dan perang proxy.
Sumber foto: setkab.go.id
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Desember 2015-15 Januari 2016)