Penulis: Kabelan Kunia*
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting sebagai penghasil minyak nabati sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit terus dilakukan baik melalui perluasan areal maupun dalam hal perbaikan teknis budidaya. Peningkatan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh tiga faktor utama; faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya.
Salah satu kegiatan dalam teknik budidaya yang memerlukan pengelolaan adalah kegiatan pemupukan. Dalam upaya pemberian pupuk harus memperhatikan sifat-sifat kimia dan fisika tanah, antara lain: kesetimbangan unsur hara di dalam tanah, kemasaman tanah, tekstur dan kapasitas tukar kation (KTK). Selain itu, penambahan pupuk ke tanaman juga perlu memperhatikan output/ keluaran unsur hara melalui panen, penguapan, pencucian, aliran permukaan dan erosi. Untuk meningkatkan produksi maksimal kelapa sawit, maka dalam pelaksanaan pemupukan selalu mengacu pada 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan.
Pola pemupukan di perkebunaan sudah berubah. Akibat semakin tingginya biaya produksi pupuk kimia, salah satunya disebabkan makin menipisnya ketersediaan dan meningkatnya harga bahan gas alam (bahan baku pabrik Urea), berkurangnya kesuburan tanah, serta meningkatnya kesadaran manusia akan isu lingkungan, maka penggunaan pupuk kimia sintetik secara perlahan akan diminimalkan dan ditingkatkan ke penggunaan pupuk yang ramah lingkungan dan bersumber dari bahan baku terbaharui (renewable resources) seperti pupuk hayati dan pupuk organik.
Pupuk hayati menjadi populer karena mengandung mikroba ‘baik’ yang dapat mendegradasi bahan organik sehingga mampu menyediakan unsur hara yang dapat diserap tanaman dan menghasilkan enzim alami serta vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati ini diharapkan dapat menghemat biaya produksi, mengurangi penggunaan pupuk kimia, aman bagi lingkungan dan ramah terhadap tanaman dan manusia.
Pupuk hayati sebaiknya disertai dengan pemberian pupuk anorganik sebagai pelengkap dan penyeimbang untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK Hi-Grade misalnya, merupakan salah satu alternatif yang diproduksi dari bahan bermutu tinggi dengan komposisi beragam sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi tanah sehingga pemakaian pupuk dapat lebih optimal, efektif, dan efisien. Selain itu pupuk NPK ini juga mengandung gabungan bahan organik, mikroba, dan enzim guna memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Menggabungkan nutrisi makro NPK yang berimbang dengan mikroba-mikroba terbaik ternyata mampu meningkatkan kesuburan dan keefektifan penyerapan nutrisi untuk tanaman, sehingga mampu meningkatkan produktivitas perkebunan secara bertahap.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 96)