Dari sejumlah survei yang dilakukan di berbagai pabrik minyak sawit di Indonesia, mulai dari Sumatera sampai Kalimantan, saya menemukan banyak sekali produsen yang menghasilkan minyak sawit dengan kandungan betkaroten kurang dari 500 ppm. Memang beberpa ada yang nilai kandungannya mencapai 700-800 ppm. Hal tersebut menunjukan adanya perbedaan proses dan jenis bibit kelapa sawit saat pembukaan kebun. Jika india bersikukuh memberlakukan itu, maka Indonesia menjadi negara yang paling dirugikan.
Sejumlah langkah disiapkan untuk menghadapi peraturan baru itu. Sejumlah pertemuan dengan Pemerintah India mulai dirancang. Ketika Menteri Perdagangan dan Perindustrian India Kamal Nath datang ke Indonesia, saya dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (saat itu) Rini Suwandi hadir menemui undangan makan malam di kediaman Duta Besar India di Jakarta. Selain sebagai Ketua Umum Gapki, saya juga menjabat Ketua Kadin Komite India sehingga sering berhubungan dengan Duta Besar India. Dalam pertemuan kali itu saya mempersiapkan bahan tentang masalah kandungan beta karoten. Tentu saja bagi Mr Kamal Nath hal ini tidak baru. Di negerinya sendiri soal ini menjadi pembahasan bersama kalangan industri dan asosiasi.
Menjelang acara makan, kami duduk diruang tamu yang terpisah, sementara tamu-tamu yang lain sedang minum dan bercengkerama di ruang yang berbentuk lobi di kediaman duta besar itu. Ketika saya datang, memang Yang Mulia Duta Besar dengan tertawa lebar menyambut saya dan mengatakan bahwa saya punya kesempatan baik untuk menyampaikan usulan yang sudah beberapa kali saya sampaikan kepada beliau.
Sumber : Derom Bangun