• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Saturday, 1 April 2023
Trending
  • Potensi Ekspor UMKM Bersaing di Pasar Internasional.
  • CSR Membantu Pemberdayaan Petani Tanaman Pangan
  • UMKM Sawit Fokus Meraih Peluang Bisnis di ASEAN
  • Pemulia dan Pemuliaan Merupakan Kontribusi Signifikan Ketersediaan Pangan Nasional
  • Pengelolaan Lahan Gambut ASEAN
  • Produsen Alat Berat Tiongkok Resmikan Component Rebuilt Center di Balikpapan
  • Kenaikan Harga Pangan Jelang Idulfitri Berharap Tak Ada Kenaikan Signifikan
  • Bupati Indragiri Hulu Mengapresiasi Program Memerangi Stunting
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Membedah Daya Saing SDM Sawit Lokal Pasca MEA
Kinerja

Membedah Daya Saing SDM Sawit Lokal Pasca MEA

By RedaksiJanuary 18, 20163 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

SDM tenaga kerja sawit lokal mampu bersaing dengan pekerja asing kendati pasar bebas ASEAN sudah berjalan pada tahun ini. Dari segi kualitas pekerja lokal sangatlah mumpuni ditambah kemampuannya untuk beradaptasi dengan masyarakat di sekitar perkebunan.

“Secara prinsip dalam jangka pendek, pasar bebas ASEAN belum berpengaruh kepada SDM lokal. Orang-orang kita (pekerja lokal) lebih handal,” ungkap Purwadi, Rektor Institut Perkebunan (Instiper) Yogyakarta kepada SAWIT INDONESIA.

Menurutnya, keunggulan SDM lokal telah memiliki karakter dan mental yang kuat untuk bekerja di perkebunan sawit yang pada umumnya di remote area. Jadi, SDM perkebunan bukan semata-mata urusan teknis melainkan punya karaktter dan pemahaman tata kelola sosial. Kekurangan SDM dari negara lain adalah punya kemampuan teknis belum tentu karakternya kuat dan bisa melakukan pendekatan budaya

Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Tenaga Kerja Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), berpendapat sama dengan Purwadi. Menurutnya, secara spesifik belum ada ancaman langsung pasca pemberlakukan pasar bebas Asean. Lantaran, hanya delapan profesi yang bisa diisi tenaga kerja asing antara lain dokter gigi, arsitek, teknik mesin, tenaga pariwisata, insinyur, perawat, tenaga survei, dan akuntan.

Baca juga :   BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

Untuk unskilled labour, belum diperbolehkan secara bebas. Walaupun di kemudian hari bisa saja profesi di perkebunan sawit seperti operator boiler dan mekanik dapat diisi oleh tenaga kerja asing.

“Tapi dengan lokasi sawit di area remote (red-terpencil) sepertinya tidak akan menarik bagi tenaga kerja asing,” kata Sumarjono.

Pandangan lain diungkapkan Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) bahwa pasar bebas ASEAN bisa berdampak buruk kepada tenaga kerja lokal apabila tidak punya sertifikat kompetensi. Pasalnya untuk sejumlah profesi di industri sawit belum mengenal sertifikasi.

“Di negara lain, tenaga kerja operator operator boiler harus punya steam certificate. Di sini masih jarang operator punya sertifikatnya. Khawatirnya, industri hilir sawit membutuhkan pekerja yang bersertifikat dan itu tidak bisa kita tolak,” kata Derom.

Purwadi mengatakan dua tahun lalu sudah pernah mengusulkan sertifikat kompetensi bagi pekerja sawit di tanah air. Sertifikasi ini bisa bermanfaat untuk menyeleksi tenaga kerja asing yang ingin bekerja di perkebunan sawit. Misalkan saja, pekerja migran harus punya sertifikat planters sebagai salah satu syarat melamar pekerjaan di perusahaan sawit di indonesia.

Baca juga :   Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun

“Sayangnya, perkembangan kompetensi sertifikat planters masih debatable. Ada yang mengkritik kurang fokus dan masih banyak kelemahan. Sebenarnya, kalau ada yang harus disempurnakan tinggal disempurnakan saja detail kompetensinya. Disinilah perlunya keterlibatan aktif perusahaan sawit sebagai pengguna tenaga kerja,” kata Purwadi.

Purwadi menyebutkan memang belum ada kewajiban punya sertifikat planters itu belum ada. Tapi biasa orang Indonesia kalau belum kepepet, ya tidak jalan. Standar kompetensi mestinya dari asosiasi profesi tetapi karena lembaga belum terbentuk maka diambil Badan SDM Kementan. “Lalu dibuat standar kompetensinya tapi karena tidak melibatkan pengguna seperti swasta. Maka kurang optimal idealnya ini menjadi kerjaan bersama,” kata Purwadi.

Lebih lanjut, kata Purwadi, perusahaan belum berani mengajukan syarat sertifikasi bagi pekerja kebun. Perusahaan masih bersikap wait and see lantaran muncul kekhawatiran sertifikasi memunculkan permintaan kenaikan gaji.

Baca juga :   Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

“Sayangnya, perkembangan kompetensi sertifikat planters masih debatable. Ada yang mengkritik kurang fokus dan masih banyak kelemahan. Sebenarnya, kalau ada yang harus disempurnakan tinggal disempurnakan saja detail kompetensinya. Disinilah perlunya keterlibatan aktif perusahaan sawit     sebagai pengguna tenaga kerja,” kata Purwadi.

 

“Perusahaan secara budaya belum mengarah kesana. Konsekuensi ya semestinya sambil jalan,” tuturnya.

Instiper Yogyakarta mewisuda sekitar 400 mahasiswa setiap tahun. Dari jumlah tersebut, kata Purwadi, hampir 80% terserap langsung ke perkebunan. Lembaga pendidikan yang berdiri pada 1958 ini punya lima program Studi: Agroteknologi, Agribisnis, Teknik Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian, dan Kehutanan. “Menariknya yang saya tahu perusahaan perkebunan lebih pilih mahasiswa Instiper karena karakternya tahan banting dan fleksibel, “ungkap Purwadi.

(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Januari 2016-15 Februari 2016)

Sumber foto: PT Socfindo

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

BPDPKS Tetapkan 13 Lembaga Pendidikan Penyelenggara Beasiswa Sawit 2023

23 hours ago Berita Terbaru

Austindo Nusantara Cetak Pendapatan Rp 4 triliun

1 day ago Berita Terbaru

Petani Sawit Demo Kedubes Uni Eropa, Sampaikan 5 Tuntutan

3 days ago Berita Terbaru

Industri Hilir Sawit Minta Dukungan Pemerintah

3 days ago Berita Terbaru

BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

4 days ago Berita Terbaru

Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

5 days ago Berita Terbaru

Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

1 week ago Berita Terbaru

BPDPKS dan Majalah Sawit Indonesia Promosikan Sawit Sehat Kepada 145 UKMK Solo

1 week ago Berita Terbaru

CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

2 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Edisi 137 Majalah Sawit Indonesia

Edisi Terbaru 2 days ago2 Mins Read
Event

Promosi Sawit Sehat Dan Lomba Kreasi Makanan Sehat UKMK Serta Masyarakat

Event 1 week ago1 Min Read
Latest Post

Potensi Ekspor UMKM Bersaing di Pasar Internasional.

12 hours ago

CSR Membantu Pemberdayaan Petani Tanaman Pangan

13 hours ago

UMKM Sawit Fokus Meraih Peluang Bisnis di ASEAN

14 hours ago

Pemulia dan Pemuliaan Merupakan Kontribusi Signifikan Ketersediaan Pangan Nasional

15 hours ago

Pengelolaan Lahan Gambut ASEAN

16 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.