Siap bekerja dalam kondisi apapun dan deadline ketat menjadi tantangan bagi PT Alamindo Sejahtera Persada sebagai kontraktor land clearing (pembukaan lahan). Dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki, perusahaan berupaya memenuhi keinginan sebagai bagian tanggungjawab membantu klien dapat segera beroperasi.
Insting bisnis Herry Johanes selaku Direktur Utama PT Alamindo Sejahtera Persada cukup tajam delapan tahun lalu, ketika kontraktor lain terfokus kepada sektor tambang. Untuk melebarkan layanan usahanya, dia mulai melirik proyek pembukaan lahan di perkebunan kelapa sawit yang sebenarnya bukanlah pekerjaan baru. Tetapi karena, booming batubara mulailah banyak kontraktor yang berminat kepada sektor ini.
Herry Johanes menceritakan ketika beralih kepada kelapa sawit pilihan ini tidaklah salah karena perusahaan langsung mendapatkan proyek pembukaan lahan dari perusahaan kelapa sawit yaitu PT REA Kaltim Plantation dan PT Agro Bukit pada 2005. Sebenarnya, selain kelapa sawit layanan jasa perusahaan juga ditujukan kepada sektor minyak dan gas, serta batubara.
Sampai tahun lalu, proyek pembukaan lahan yang telah dikerjakan perusahaan mencapai 6.400 hektare. Herry Johanes menargetkan tumbuhnya proyek yang dapat dikerjakan hingga 7.000-7.500 hektare pada 2013 ini. Itu sebabnya, perusahaan mulai terfokus kepada pengerjaan proyek yang berada di wilayah Sulawesi seperti Sulawesi Tengah dan Gorontalo, tidak lagi sebatas Kalimantan. “Investor sawit berminat dengan daerah di Sulawesi karena tata ruang di Kalimantan tidak kunjung beres,” kata Herry kepada SAWIT INDONESIA di Jakarta.
Berdasarkan pengalaman Herry, lebih banyak perusahaan kelapa sawit yang mengontrakkan pekerjaan pembukaan lahan kelapa sawit dibandingkan mengerjakan sendiri. Sebab, pekerjaan inti perusahaan kelapa sawit itu mulai dari pembibitan sampai menghasilkan CPO. Ditinjau dari aspek keuangan, efisiensi biaya dapat ditekan 30% sampai 50% dengan mengontrakkan pekerjaan pembukaan lahan. Pertimbangannya, proyek pembukaan lahan cenderung mekanisasi yang memerlukan banyak alat berat, yang diatas kertas perhitungan finansialnya sangatlah mudah tetapi berbeda dengan kenyataan di lapangan. Sementara itu,perusahaan kelapa sawit dapat melakukan pekerjaan lain berupa kegiatan perawatan yang membutuhkan sebatas traktor pertanian.
“Jika membeli alat berat, perusahaan sawit harus memikirkan harganya dan cicilan kepada leasing. Namun, kalau beli satu atau dua alat berat untuk perawatan jalan ya silakan saja,” kata Herry.
Melek perkembangan teknologi juga wajib dimiliki perusahaan kontraktor. Misalkan mengetahui metode terbaru dalam pembukaan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna jasa. Dicontohkan Herry, sekarang ini ada perubahan metode yang dilakukan kontraktor dalam mengerjakan lahan berbukit yang sebelumnya dibuat terasering yang memakai excvator untuk membersihkan tanah dari kayu . Tetapi sekarang ini, dilakukan pemotongan pohon saja dengan memakai dozer. Sebenarnya, cara baru ini mempunyai manfaat bagus untuk menahan erosi dan menjaga lahan tidak turun.
Sebenarnya pola ini, menurut Herry, merupakan permintaan dari perusahaan sawit karena biayanya cenderung lebih rendah dari pembersihan total. Lantaran, lahan tidak dibersihkan total karena masih ada sisa kayu. Sebagai perbandingan, dozer dapat mengerjakan sekitar 1.000 meter per hari sedangkan excavator berkisar 500-600 meter per hari.
Saat ini, total jumlah tenaga kerja PT Alamindo Sejahtera Persada mencapai sekitar 300 orang. Dukungan sumber daya manusia ini ditopang keberadaan alat berat yang dimiliki perusahaan. Herry Johanes menjelaskan perusahaan masih berencana menambah 20-30 unit alat berat khususnya excavator. “Kalau bicara harga, excavator itu lebih murah dibandingkan dozer,” ujar Herry yang menjabat sebagai Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia Cabang Kalimantan Timur.
Dalam menawarkan jasa pembukaan lahan, PT Alamindo Sejahtera Persada menunjukkan nilai tambah yang dimilikinya antara lain pengalaman kerja, ketersediaan alat, hubungan baik dengan lembaga keuangan, dan rekam jejak sebelumnya. Herry mengatakan portofolio proyek yang telah dkerjakan sangat penting bagi perusahaan sawit yang tidak menginginkan pembukaan lahannya gagal begitu saja. Sebab, perusahaan sawit mesti bertanggungjawab untuk memperlihatkan capaian targetnya kepada pemegang saham, terutama perusahaan di bursa efek.
Untuk itulah, papar Herry, perusahaan siap bekerja di mana saja mulai dari tahapan awal sampai selesainya pembukaan lahan. Bahkan, PT Alamindo Sejahtera Persada berani mengambil posisi dengan target yang telah ditentukan dengan konsekuensi ada penalti. Hal ini dilakukan karena perusahaan sadar klien memerlukan jasa pembukaan lahan supaya investasi berjalan di daerah tersebut.
Ke depan, perusahaan akan mencontoh kontraktor perkebunan sawit di Malaysia yang menyiapkan paket seperti turnkey pabrik sawit. Jadi, paket ini akan menyiapkan lahan mulai dari pembukaan sampai penanaman, setelah kebun jadi investor tinggal mengoperasikannya. Proyek turnkey ini investor sawit menempatkan controller yang bertugas mengawasi aspek teknis dari kebun yang dibangun. Di Malaysia, paket ini lazim digunakan karena kepemilikan lahan disana sekitar 5.000-6.000 hektare, tidak seperti di Indonesia yang dapat mencapai 50.000-100.000 hektare.
Kendala yang seringkali dihadapi dalam pembukaan lahan adalah curah hujan tinggi, buruknya akses jalan raya, dan konflik sosial. Herry menjelaskan kondisi paling sulit bagi kontraktor ketika solar yang menjadi bahan bakar alat berat tidak dapat masuk ke kebun. Akibatnya, seluruh alat berat dipastikan bisa tidak beroperasi dan hilanglah waktu kerja. Begitupula sewaktu ada demo masyarakat yang menyebabkan penyitaan alat berat kontraktor, atau lebih buruk lagi dibakar akan mengganggu pekerjaan.
“Misalkan armada kami disita atau dirusak, jelas perusahaan sebagai pengguna jasa yang bertanggungjawab. Bisa saja membayar cicilan kepada leasing,” ujarnya.
Sekarang ini, perusahaan sedang mengembangkan layanan baru yaitu perawatan jalan kebun. Sebab, akses jalanan yang baik untuk di infield collection dan jalan kebun akan mempengaruhi produksi CPO.
Herry optimistis potensi sawit tetap tinggi apalagi pemerintah sedang mendorong rencana pengembangan biofuel berbasis produk sawit. Sehingga akan berdampak positif kepada kenaikan proyek pembukaan lahan perusahaan sawit. (Qayuum Amri)