Salam Sawit Indonesia,
Indonesia sebagai negara tropis sangat kaya dengan beragam tanaman menjadi sumber bahan baku pangan dan energi. Di dunia, Indonesia menempati negara terbesar ketiga dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah serta bumbu – bumbuan yang dimiliki Indonesia. Sejatinya, Indonesia sangat berpotensi menjadi lumbung pangan dan energi dengan berbagai potensi tanaman yang dimilikinya.
Indonesia memiliki potensi bioenergi yang sangat melimpah dan bioenergi sebagai sumber EBT dengan karakteristik unik diharapkan mampu mengurangi ketergantungan energi fosil di sektor ketenagalistrikan, transportasi, industri, komersial dan rumah tangga. Dalam waktu mendatang, Indonesia berupaya menjadi yang terdepan dalam pengembangan bioenergi.
Di Rubrik Sajian Utama, Majalah Sawit Indonesia mengulas potensi dan tantangan pengembangan bioenergi di Indonesia melalui Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI). Ditjen EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi) Kementerian ESDM RI bahwa bioenergi sebagai salah satu sumber EBT mempunyai peranan yang sangat penting dalam menuju net zero emission. Bioenergi bukan hanya sebagai sumber EBT tapi juga bagian strategi integral untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan keberlanjutan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif sebagai energi terbarukan. Bioenergi berkontribusi sekitar 60% dari total bauran energi nasional, dimana pada tahun lalu bauran energi nasional tercatat di angka 13,2%. Dengan kata lain, bioenergi berperan besar dengan menyumbang sebesar 7,7% dari capaian bauran energi tersebut.
Dalam seminar ini dibahas sejumlah topik menarik yaitu hambatan dagang, peranan menekan emisi karbon, dan sertifikasi ISPO untuk bioenergi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan telah terjadi penurunan ekspor bioenergi termasuk biofuel dari Indonesia hingga 70% akibat EUDR. Selanjutnya, regulasi dari Uni Eropa yang perlu diwaspadai seperti EUDR ada pula regulasi lain seperti Sustainable EU Aviation dimana Uni Eropa melarang Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dan Palm Derived Materials sebagai bahan baku Sustainable Fuel Aviation bagi maskapainya. Alasan Uni Eropa adalah produk kelapa sawit masuk kategori high Indirect Land Use Change (ILUC).
Di rubrik Hot Issue, pabrik minyak pakan merah pertama di Indonesia menandai langkah maju dalam industri kelapa sawit nasional dan meningkatkan nilai tambah bagi kesejahteraan petani. Setelah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), jumlah pabrik minyak makan merah akan terus ditambah menjadi 10 unit di berbagai wilayah sentra sawit. Walaupun demikian, pabrik minyak makan merah akan menghadapi beragam tantangan mulai dari pemasaran dan penerimaan dari masyarakat. Karena itulah, pemasaran minyak makan merah dibatasi di sekitar pabrik.
Pembaca, kami harapkan edisi ini menambah informasi dan memberikan wawasan di sektor industri kelapa sawit. Dan tak lupa, kami ucapkan selamat menjalankan Ibadah Puasa.