JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Menanggapi hasil studi bahwa sawit bukan penyebab deforestasi, Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) memberikan dukungan kepada penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yanto Santosa dari IPB.
Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono mengatakan bahwa MAKSI memberikan dukungan kepada kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yanto Santosa dari IPB.
“Pihak yang mempertanyakan kredibilitas Prof Yanto sama saja mempertanyakan kredibilitas perguruan tinggi yang memberikan gelar Professor kepadanya. Bahaya itu,” kata Darmono dalam pernyataan tertulis, Jumat (24/3).
“Tidak jamannya lagi saat ini berbicara tanpa data hasil penelitian yang dilakukan dengan kaedah-kaedah ilmiah yang benar,”kata Darmono.
Darmono menyebutkan metode penelitian yang diterapkan oleh Prof. Yanto sudah dievaluasi oleh Komite Riset Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang terdiri dari 10 orang ahli. “Jadi, menurutnya ini tidak main-main seperti yang dituduhkan oleh Direktur Eksekutif Sawit Watch”paparnya.
Darmono yang juga anggota Komite Riset BPDPKS tahu persis bahwa penelitian tersebut tidak berhenti di Riau, tetapi akan dilanjutkan di wilayah lain yang mewakili. Terkait dengan itu justru Darmono berharap kepada Sawith Watch agar bergabung dengan tim penelitian yang diketuai oleh Prof Yanto untuk melakukan penelitian bersama.
“Tentu (Sawit Watch) harus memberikan kontribusi dana penelitian untuk operasional tenaga-tenaga ahlinya,” kata Darmono.
Menurut Darmono, ada satu hal lagi yang dianggapnya terlepas dari perhatian di Sawit Wach yaitu studi pustaka tentang sejarah deforestasi. Merujuk sejarah, pasti altahu bahwa deforestasi besar-besaran terjadi di antara tahun 1967 sampai dengan awal tahun 1980an pasca dikeluarkannya UU Kehutanan 1967 tentang HPH.
MAKSI adalah wadah berkumpulnya para peneliti dan akademisi sawit. Selain itu, MAKSI tergabung dalam satu asosiasi anggota Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
Sumber foto: istimewa