Industri bioetanol berbasis limbah kelapa sawit semakin menarik investor untuk dikembangkan, karena pasokan bahan bakunya melimpah. Lestari Pacific Bhd berencana membangun 316 biorefineri di Indonesia selama periode lima tahun. Perusahaan akan menggunakan jalur produksi modular yang merupakan fasilitas yang berdiri sendiri untuk pengolahan ampas berdasarkan pada teknologi eksklusif.
Nantinya, Lestari Pasifik Bhd bekerjasama dengan PT INKUD Exchange untuk mendirikan perusahaan joint venture yang berkedudukan di Indonesia Perusahaan yang dibentuk akan memproduksi bioetanol generasi kedua yang bersumber dari ampas kelapa sawit. Rencananya, produk olahan ini akan dijual ke China sesuai dengan kebutuhan negara tersebut yang memakai bioetanol sebagai alternatif bahan bakar biodiesel bagi kendaraan di China.
Herman Y. L. Wutun, Direktur PT INKUD Exchange mengatakan perusahaan menyambut baik kemitraan ini karena akan ada teknologi baru yang dibawa ke Indonesia, serta meningkatkan nilai tambah dari produk kelapa sawit. “Teknologi Ini memberikan kesempatan bagi pabrik-pabrik kelapa sawit untuk mengambil nilai yang lebih tinggi dari sisa ampas kelapa sawit untuk meningkatkan sistem pengelolaan limbahnya”, ujarnya.
Dia menambahkan kerjasama ini juga berdampak positif kepada Indonesia yang berpotensi menjadi produsen bioetanol, dan mendukung program pemerintah Indonesia dalam upaya pembaharuan teknologi dengan teknologi ramah lingkungan.
Chief Executive Officer Lestari Pasifik Bhd Dato Clement Tan, mengatakan kemitraan antar PT INKUD Exchange dan Lestari Pasifik Bhd ditujukan berkolaborasi dengan pabrik kelapa sawit untuk mengamankan penjualan ampas kelapa sawit. Manfaat lain, penyewaan lahan untuk pembangunan, konstruksi dan pengoperasian pabrik bio-tanaman Modular dalam jarak dekat dengan masing-masing pabrik kelapa sawit yang telah disepakati.
Sementara itu, dia menambahkan perusahaan akan memberi keuntungan bersama dari kemitraan dengan pemilik pabrik pada hasil penjualan bioetanol yang telah diproses, sehingga bisa memberikan timbal balik keuntungan kepada pemilik pabrik.
Lestari Pasifik Bhd adalah sebuah perusahaan yang telah berlisensi dibanyak negara seperti, Malaysia, Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos dan Myanmar. Dengan teknologi yang dikenal sebagai mekano-enzimatik system. Dimana setiap setnya terdiri dari sistem dan metode pra-treatment dari ampas minyak kelapa sawit dan hidrolisis enzymatic hydrolysis of polysaccharides. Ampas yang dihasilkan itu kemudian menjadi ampas karbohidrat larut yang harus difermentasi oleh ragi maupun mikroorganisme lainnya untuk menjadi bioetanol.
PT INKUD Exchange adalah perusahaan patungan bersama dengan Induk Koperasi Unit Desa. PT INKUD Exchange juga diposisikan untuk bisa mendongkrak tanaman Jatropha di Indonesia. Promosi penggunaan biofuel jarak, berkembang dengan-produk lain untuk meningkatkan nilai ekonomi dari tanaman jarak pagar.
Pada tahun lalu, PT Aegria Indonesia, perusahaan penghasil bioetanol berbasis di Jepang, berencana membangun pabrik bioetanol dari bahan baku jarak pagar di Pasuruan, Jawa Timur. Perusahaan berencana mengembangkan lahan seluas 1.000 hektare untuk budi daya tanaman jarak pagar yang berlokasi di Sukorejo, Purworejo, Gempol, dan Prigen.
Tak hanya swasta, BUMN perkebunan seperti PTPN X juga mengembangkan proyek bioetanol yang berasal dari proyek hibah konsorsium Tsukushima Kikai, Sapporo Engineering dan Maubeni Corporation. Proyek hibah ini dilakukan semenjak dua tahun lalu melalui program New Energy dan Industrial Technology Development Organisation (NEDO).
Pabrik ini akan memproduksi bioetanol sebesar 330.000 kiloliter per tahun yang bahan bakunya berasal dari 105 ribu– 115 ribu ton molasse (tetes tebu) dari pabrik gula Gempolkrep Mojokerto, Jawa Timur.
Nur Iswanto, Project Manager Bioetanol PTPN X, beberapa waktu lalu menjelaskan proyek itu akan diselesaikan dalam waktu 13 bulan serta dapat mulai beroperasi pada pertengahan November 2012. (ym)