JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Perkebunan kelapa sawit menjadi bisnis sumber daya alam yang menerapkan praktek budidaya ramah lingkungan. Mulai dari pembukaan lahan hingga pengolahan menjadi minyak sawit merujuk kepada tata kelola perkebunan yang berkelanjutan.
Tofan Mahdi,Kepala Departemen Hubungan Masyarakat PT Astra Agro Lestari Tbk meminta kepada pihak-pihak yang selama menuding perkebunan kelapa sawit tidak ramah lingkungan, silakan menunjukkan aspek mana yang tidak ramah lingkungan.
Selama ini, perkebunan sawit sudah menjalankan praktek budidaya merusak lingkungan. Dalam pengendalian hama, sudah dijalankan pengendalian tikus dengan burung hantu. Tidak perlu penggunaan zat-zat kimia. Selain itu, digunakan tanaman bunga pukul delapan untuk menjadi sarang kepik (semacam serangga) pemakan ulat api yang menjadi pemangsa daun kelapa sawit.
Praktek pengelolaan sawit yang ramah lingkungan ini dipresentasikan dalam sharing session dalam rangka Green Economy Achievement 2015 di Hotel Shangri-La Jakarta, Jumat (18/3) malam.
Dalam acara ini, PT Astra Agro Lestari Tbk meraih penghargaan sebagai salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang paling ramah lingkungan dan masuk menjadi salah satu dari 25 perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masuk dalam Indeks Kehati.
Tofan memaparkan perusahaan sudah menjalankan tata kelola lingkungan yang berkelanjutan di perusahaan Grup Astra tersebut.
“Banyak instrumen untuk mengukur keberlanjutan tata kelola lingkungan di perkebunan kelapa sawit kami. Selain harus bersertifikasi ISPO yang merupakan mandatory dari pemerintah, kami juga mengacu kepada ketentuan di dalam Astra Green Company,” kata Tofan yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kompartemen Media GAPKI.
Program konservasi lingkungan yang dijalankan emiten berkode AALI ini, misalkan di Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat dengan menanam sekitar 70 ribu pohon mangrove berhasil mengantarkan PT Astra Agro Lestari Tbk sebagai satu-satunya perusahaan perkebunan yang berhasil meraih Piala Kalpataru.
Ditambahkan Tofan, masyarakat Indonesia harus satu suara dan kompak untuk menjadikan sektor kelapa sawit Indonesia menjadi yang nomor satu di dunia.
Saat ini, kampanye negatif terhadap sektor kelapa sawit Indonesia masih sangat kencang karena persaingan dagang dengan negara-negara Barat yang merupakan negara produsen minyak nabati pesaing sawit. (Qayuum Amri)