Asian Agri membuktikan komitmennya terhadap praktek budidaya sawit berkelanjutan dengan memperoleh sertifikat RSPO untuk dua perkebunan plasmanya. Perusahaan menargetkan seluruh perkebunan sawitnya bersertifikat RSPO pada 2018.
Bertahap tapi pasti, kegiatan sertifikasi RSPO Asian Agri menunjukkan hasil nyata. Tak hanya, perkebunan sawit milik perusahaan (inti) melainkan diimplementasikan pula kepada milik petani plasma. Pada akhir Agustus lalu, Asian Agri secara resmi mendapatkan sertifikat RSPO dari British Standard Institution (BSI), lembaga sertifikasi, untuk dua perkebunan plasma yang berada di unit usaha PT Indosawit Subur di Buatan dan Ukui Kabupaten Pelalawan, Riau.
Kedua kebun plasma ini mempunyai produksi CPO mencapai 123.222 metrik ton (MT). Kelompok petani plasma Asian Agri menjalankan sertifikasi RSPO yang didukung dana gabungan atau collective fund dari Palm Oil Producers Support Initiative (POPSI). POPSI merupakan program yang diprakarsai dan didukung oleh RSPO dan Solidaridad, sebuah organisasi internasional yang berkomitmen untuk mendukung rantai pasokan yang berkelanjuntan.
Dalam siaran persnya, Darrel Webber, Sekretaris Jenderal RSPO, menyambut baik inisiatif dan kesuksesan Asian Agri yang mendukung petani plasmanya dalam menjalankan praktek terbaik menghasilkan minyak sawit berkelanjutan. “Dalam beberapa tahun terakhir, pentingnya peranan pertanian berbasis petani telah diakui dan ditunjukkan oleh sektor swasta dan pemerintah dalam mengembangkan intervensi strategis untuk menghasilkan percepatan sektor pertanian dan ekonomi di dalam masyarakat”, ujarnya.
Freddy Widjaya, Head of Sustainability Asian Agri, memaparkan sertifikasi RSPO tersebut merupakan bagian dari proses sertifikasi yang tengah berjalan untuk keseluruhan perkebunan Asian Agri. Pada 2018, Asian Agri menargetkan sertifikasi RSPO untuk seluruh perkebunan kelapa sawitnya yang berlokasi di Sumut, Riau dan Jambi .
Sertifikasi yang diberikan oleh RSPO untuk kedua perkebunan plasma merupakan kelanjutan dari proses sertifikasi yang sudah dijalankan dua perkebunan sawit inti milik Asian Agri lainnya. Kedua kebun ini berlokasi selesai disertifikasi pada 2010 dan 2011 yang masing-masing berada di Sumatera. Dengan selesainya sertifikasi kepada dua kebun plasma tadi, Asian Agri telah menghasilkan Minyak Sawit Berkelanjutan Bersertifikat atau Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) RSPO sebanyak 211.953 metrik ton.
Alwi Hafiz, Managing Director British Standard Institution (BSI) untuk Asean, mengungkapkan proses sertifikasi Asian Agri membuktikan perusahaan telah mematuhi prinsip dan kriteria RSPO. Hal ini menjamin bahwa kelapa sawit dibudidayakan dan diproses perusahaan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Irwan Gunawan, Deputy Director for Market Transformation WWF, menambahkan, sertifikasi RSPO menunjukkan komitmen Asian Agri sebagai bagian kelompok usaha dalam meningkatkan kapasitas para petani plasma yang berada di wilayah prioritas program WWF. Apalagi, petani plasma menjadi mata rantai penting dalam mewujudkan pengelolaan perkebunan sawit yang sesuai dengan standar kelestarian di pasar global.
Tak hanya sertifikat RSPO, Asian Agri menerima pula sertifikasi ISCC untuk kebun Buatan Grup dan Ukui Grup, Riau; Muara Bulian Grup dan Tungkal Ulu Grup, Jambi. Semenjak 1987, perusahaan terlibat aktif dan menjadi pelopor program Pemerintah Indonesia pengembangan dan pembangunan Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans). Saat ini, Asian Agri memiliki sekitar 100.000 hektar dan membina sekitar 29.000 petani plasma dan KKPA yang memiliki total 60.000 hektar lahan kelapa sawit.
Darrel Webber mengatakan bahwa Indonesia sedang berada di titik puncak dalam perubahan menuju “sustainability”. Indonesia yang tidak hanya memimpin sebagai negara produsen CPO bersertifikat RSPO nomor satu, tetapi juga kontribusi dari para petani plasma Indonesia yang cukup besar dalam mendukung pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Bungaran Saragih, Penasihat RSPO, menuturkan prestasi yang dicapai oleh Asian Agri ini menunjukkan bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat dalam memberikan kontribusi terhadap praktek berkelanjutan internasional. Para petani perlu disadarkan akan berbagai keuntungan yang bisa didapatkan apabila mereka telah disertifikasi, seperti akses terhadap pasar-pasar pembeli minyak sawit internasional; efisiensi produktivitas dan hasil produksi jangka panjang; dan juga manajemen biaya yang efektif.
Di Indonesia, lahan sawit plasma PT Hindoli, anak usaha Cargill telah mendapatkan sertifikat RSPO pada 2010. Petani plasma PT Hindoli terdiri dari 8.800 petani plasma yang teroganisir dalam 17 koperasi dengan wilayah seluas 17.594 hektar. Audit independen untuk mencapai sertifikasi oleh Badan Eksekutif RSPO tersebut dilakukan oleh BSi Management Systems. (bebe)