Mendapatkan pengalaman dan ilmu baru menjadi prinsip Ibu dari dua anak ini dalam bekerja. Kendati tidak memiliki pengalaman, dia berani untuk mengembangkan pemasaran bisnis oleokimia PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Bagi Kanya Lakshmi Sidarta, setiap hal baru merupakan tantangan yang patut dicoba. Prinsip ini yang terus dipegang selama meniti karir mulai dari bawah hingga sekarang menjabat sebagai vice president. Perkenalannya dengan dunia oleokimia dimulai ketika PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk mengoperasikan pabrik oleokimia eks Flora Sawita dan Domba Mas pada 2011.
Kala itu, manajemen perusahaan meminta Kanya Lakshmi untuk memegang posisi divisi komersial. “Padahal, basic saya itu orang finance. Jadi, waktu Bakrie Sumatera operasikan pabrik oleokimia ternyata belum punya orang pemasaran,” kata lulusan S-1 Jurusan Akutansi Universitas Indonesia ini.
Untuk tahu karakteristik oleokimia, dirinya tidak sungkan untuk bertanya dengan kolega. Cara paling mudah dengan bertemu di seminar atau konferensi yang diadakan di dalam dan luar negeri. Dalam satu hari, setidaknya 6-7 kolega dapat ditemui. Sebelum bertemu, Kanya Lakshmi telah membangun komunikasi lewat email. Menurutnya, cara seperti tadi lebih cepat untuk mendapatkan ilmu mengenai oleokimia.
Bahkan, sambil jualan pun dia tetap belajar. Setelah bertemu pembeli, Kanya Lakshmi coba mengklasifikasi siapa pembeli tersebut, misalkan dari kelompok perusahaan mana. Lewat cara ini akan diketahui mana pembeli potensial dan tidak. Namun, dia berpendapat setiap pembeli itu tidak boleh dipandang kecil karena bisa jadi jaringan mereka luas dan didukung kelompok perusahaan yang berada di belakangnya.
Untuk pemasaran, Kanya Lakshmi Sidarta memiliki tim yang terbilang masih baru. Syarat menjadi bagian dari tim ini adalah memiliki kemauan dan keingintahuan yang besar. Bagi wanita berdarah campuran Jawa-Sunda ini, lebih menyukai pegawai yang mau bekerja dan ingin tahu dibandingkan pegawai merasa pintar. Istilahnya, kalau orang sudah merasa pintar biasanya enggan berubah. Tetapi, kalau pegawai yang minatnya tinggi pasti bekera 2×24 jam bukanlah masalah.
Dirinya mengakui, sangat tegas dan memberikan target tinggi terhadap bawahannya. Jadi, mereka diberikan tugas untuk mencari tahu latar belakang pembeli misalkan siapa dia, dari perusahaan mana, alamatnya, pemilik perusahan siapa, dan bisnisnya apa. “Dari sekian target tadi, mungkin yang tercapai hanya 20% tetapi bagi saya itu sudah cukup,” ujar penyuka aerobik ini.
Untungnya, Kanya mendapatkan daftar klien yang mencapai 1000 pembeli, dari manajemen lama Flora Sawita. Dari sini, dia mencari tahu siapa pembeli lama dan cukup potensial. Toh, bukan berarti tugasnya jadi lebih mudah karena pembeli masih menilai dia dan timnya berasal dari manajemen lama. Itu sebabnya, Kanya rajin melakukan pendekatan sambil menjelaskan bisnis oleokimia Flora Sawita telah diambil alih PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Perlahan-lahan, pembeli mulai memberikan kepercayaan kepada Grup Bakrie ini. Walaupun volume pembeliannya tidak terlalu besar tetapi Kanya merasa senang dengan kondisi ini. Sebab permintaan dari pembeli terus bertambah. Pernah ada pembeli yang pertama kali meminta satu kontainer atau 20 ton, namun selanjutnya bertambah menjadi 500 ton.
Sebagai pemain baru, strategi yang dimainkannya dengan pemberian harga yang menarik pembeli. Kanya mengatakan beberapa pembeli sempat mengeluhkan harga fatty acid yang dijualnya berada di bawah pasar. Namun, dia sendiri kurang mengerti yang dimaksud harga pasar. Memang ada, referensi harga oleokimia dari ICIS tetapi informasi yang diberikan merupakan harga dua minggu sebelumnya.
“Waktu saya lihat harga di ICIS untuk dua minggu berikutnya, ternyata harga saya yang ditampilkan disitu. Baru saya sadar, mungkin benar kata orang kalau kami telah menurunkan harga,” kata Kanya sambil tertawa.
Bergelut di dunia oleokimia selama dua tahun ini memberikannya pengetahuan baru. Tantangan yang dihadapi Kanya Lakshmi Sidarta sangatlah berat dalam menjual produk turunan CPO seperti fatty acid dan fatty alcohol. Menurutnya, produk oleokimia yang dihasilkan perusahaan sekarang ini masih berada di tahapan intermediate atau menengah, belum tergolong hilir sekali. Tetapi, memiliki tipikal dan karakteristik yang jauh berbeda dengan CPO. Khususnya harga, orang yang menjual CPO bisa agak jual mahal kalau harganya tidak sesuai. Berbeda dengan produk oleokimia yang dijualnya perlu kecepatan mengambil keputusan. Sebab, beda sekian menit maka harga fatty acid atau fatty alcohol akan berubah.
“Istilah saya itu, kita telat lima menit maka bisa kalah 5 dolar. Sementara CPO, pelaku dapat berpikir dua atau tiga hari sebelum ambil keputusan jual,” ungkap Kanya.
Menurut saya, marketing produk oleokimia itu membutuhkan kerja keras lebih dibandingkan jual CPO, karena rentan dengan perubahan harga dan mesti cepat ambil keputusan. Misalkan saja, pengajuan harga jual produk itu ada batas waktunya jika melewati dari yang ditentukan, maka pembeli dapat beralih kepada penjual lain. Hal inilah yang membuat Ibu dari dua anak ini sangat tertantang untuk bersaing dengan orang-orang yang mempunyai mindset seperti itu.
Kanya Lakshmi berpendapat bisnis oleokimia ini membutuhkan investasi yang cukup tinggi kalau ingin produksinya berkelanjutan. Sebab, industri ini bersifat padat modal dan padat teknologi yang rentan akan perubahan kondisi pasar. Kendati demikian, return yang dihasilkannya lebih cepat ketimbang bisnis kebun sawit. Sebagai investor, pertimbangan berbisnis oleokimia ini bersifat lebih jangka panjang yang memerlukan kesabaran dan ketekunan.
“Selama dua tahun bergelut di oleokimia, semakin banyak ilmu yang diperoleh. Bisa dikatakan lebih mahal dibandingkan produknya sendiri,” ujar Kanya sambil tersenyum.
Di PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, Kanya Lakshmi Sidarta resmi bergabung semenjak 2005. Dirinya pernah dipercaya sebagai Investor Relation di emiten yang berkode UNSP. Salah satu prestasi yang diingatnya adalah ketika harga saham perusahaan dapat naik dari Rp 200 per saham menjadi Rp 1000 per saham dalam kurun waktu 2 tahun. “Performa ini merupakan kerjasama semua pihak yang berhasil menarik minat investor global untuk melakukan penanaman modal lewat saham ,” kata Kanya semangat.
Tak hanya sibuk dengan rutinitas pekerjaan, Kanya Lakshmi Sidarta juga sibuk menjadi pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). Jabatan yang diembannya di GAPKI adalah Kompartemen Iuran Anggota untuk periode 2012-2015 sementara di DMSI adalah Anggota Bidang Pemasaran dan Promosi untuk periode 2012 – 2015.
Saat ini, Ibu dari dua anak ini melanjutkan kuliah S-2 Magister Manajemen di Institut Pertanian Bogor. Alasannya, kalau sudah memiliki gelar S-2 lebih mudah untuk memperoleh kesempatan mengajar. Dulu, Kanya Lakshmi sempat mengajar mahasiswa D-III studi capital market di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN), tetapi tidak dilanjutkan kembali karena ada persyaratan dosen harus memiliki S-2.
Kanya Lakshmi berkeinginan setelah tidak lagi meniti karir di perusahaan, dapat mengabdikan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Salah satunya dengan menjadi dosen. Semoga terwujud, Bu Kanya. (Hendro R/Qayuum)