Sektor perkebunan diantaranya kelapa sawit berkontribusi 80% dari total investasi di sektor pertanian. Itu sebabnya, pemerintah memberikan perhatian khusus kepada pelaku investasi di kelapa sawit.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total investasi langsung di Indonesia selama paruh pertama 2015 mencapai Rp 259,7 trilun atau hampir 50 persen dari target investasi sepanjang tahun Rp 519,5 triliun.
Untuk realisasi penanaman modal selama periode April-Juni 2015, angkanya sebesar Rp 135,1 triliun atau tumbuh 8,42 persen dibandingkan periode sama I 2014. Franky Sibarani, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan sampai semester pertama ini sebenarnya tidak ada perlambatan investasi. Ini berdasarkan keapda peningkatan jumlah izin prinsip sebesar 40% atau nilainya mencapai Rp 721,94 triliun.
Kendati situasi ekonomi melemah, investor lokal dan internasional berminat untuk menanamkan modal. Ini terbukti dengan kunjungan secara langsung 54 pelaku usaha ke kantor BKPM. Diantaranya, kata Franky, beberapa investor di perkebunan kelapa sawit yang tertarik masuk Papua tetapi ada investor yang bermasalah dengan tanah.
Investor lain seperti Chandra Asri dan Sritex yang menghasilkan rayon. Menurut Franky, investgasi yang ditanamkan ini menyimpan potensi ekspor sekitar US$ 3,5 milliar. Bisnis yang akan mereka masuki yaitu stainless steel, gabungan tekstil, sepatu.
“Ini membuktikan investasi tetap bergeliat di tengah ekonomi dunia yang sedang melambat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak cepat,”ujarnya
Berikutnya untuk izin prinsip yang masuk ke pertanian dan perkebunan secara keseluruhan terjadi peningkatan lima kali lipat. Lulusan Institut Pertanian Bogor menjelaskan nilai investasi izin prinsip untuk sektor pertanian sekitar Rp 52,8 triliun. Angka ini tumbuh signifikan dari semester pertama tahun lalu Rp 8,8 triliun.
Dari nilai investasi izin prinsip sekitar Rp 52,8 triliun tadi, sekitar 80 persen disumbangkan oleh sektor perkebunan. “Saya melihat bahwa masih banyak investor yang melirik indonesia untuk berinvestasi di sektor perkebunan,” jelasnya.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Agustus-September 2015)