Jakarta, SAWIT INDONESIA – Limbah cair sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) seringkali menjadi momok menakutkan bagi lingkungan. Produk sampingan dari industri pengolahan kelapa sawit tersebut menghasilkan gas metana yang berkontribusi pada gas rumah kaca.
Meski begitu, Ansori Nasution seorang peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) melihat POME sebagai peluang untuk menghasilkan energi sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca. Ia mengatakan dengan industri perkebunan sawit yang massif maka POME yang dihasilkan pun sangat besar.
“Kadang kita bingung POME ini mau diapakan? Bahkan emisinya mencakup 44% total emisi sawit. Nah di sini, POME dapat digunakan untuk pemanfaatan dalam hal komposting, co-firing, maupun bio-CNG,” ujarnya dalam seminar Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bertajuk Percepatan Peningkatan Pemanfaatan Gas Metana di Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Sumber Listrik, Bio-CNG dan Hidrogen, di Jakarta, Rabu (31/1/2024).
Ia pun menjelaskan limbah cair sawit tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan listrik, maupun pengganti LPG. Ancaman yang diberikan POME dapat diubah menjadi sebuah peluang mencapai energi baru dan terbarukan.
Ansori mengatakan penggunaan bio gas atau bio CNG pernah dilakukan untuk pengganti BBM dan LPG. Namun, ia mengaku penggunaan di mobil lebih efisien.
“Kalau dalam volume yang sama bio CNG masih kalah dibanding LPG, sebab metan tidak ter-liquified. Namun bila dihitung di mobil 1 liter CNG itu setara 0,5 liter bahan bakar bensin,” ungkapnya.
Bagi Ansori, Indonesia yang memiliki lahan sawit sejumlah 14 juta hektare dapat menghasilkan 28,7 ton POME per tahun. Bila dapat dimanfaatkan setiap industri sawit, kata Ansori, tiap perusahaan memanfaatkan bio gas untuk listriknya maka hal ini dapat mengurangi efek rumah kaca yang terjadi. Bahkan Ansori mengklaim bila bio gas dalam emisi sawit ini dioptimalkan, target emisi pada 2030 akan tercapai.
“Potensi pemanfaatan POME ini pun terbilang tinggi bagi Ansori, termasuk pada co-firing, bio gas, dan CNG. Namun jika tidak dimanfaatkan, Maka akan ada efeknya ke efek rumah kaca, lalu reputasi sawit kita akan jatuh, sampai kehilangan keuntungan dari carbon trading. Kita akan bakar uang di situ,” tandasnya.
Penulis: Indra Gunawan