JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Menjelang semester pertama tahun ini, pelaku usaha optimis harga CPO di atas US$750 per ton.
Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), menjelaskan bahwa naiknya harga CPO dipengaruhi short supply dan permintaan.
Suplai yang rendah disebabkan dampak El Nino sehingga buah sawit kropos/busuk. Alhasil, produksi menurun drastis berkisar 8%-10% dibawah produksi rata-rata.
Sementara itu, permintaan CPO terus tumbuh lantaran kebutuhan domestik naik pasca pemberlakuam mandatori B-20 di Indonesia. Begitupula di Malaysia, konsumsi domestik biodiesel juga terkerek dari bauran biodiesel 5% (B-5) menjadi biodiesel 7,5% (B-7,5).
Menurut Sahat Sinaga, perkiraan harga CPO FOB Belawan/Dumai bisa mencapai US$ 685 per ton, atau CIF Rotterdam US$ 755 per ton.
Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia, menjelaskan Dengan trend yang berkembang sekarang harga dapat mencapai USD 750 CIF Rotterdam. “Dan ada ada kemungkinan BK CPO dipungut lagi,” ujarnya.
Sahat Sinaga meminta pemerintah sebaiknya menghapuskan BK (bea keluar CPO). Dan diberlakukan saja dana pungutan (CPO Fund). Jika BK CPO berjalan maka petani bisa kesulitan dan tidak ada penghasilan.(Qayuum Amri)