YOGYAKARTA, SAWIT INDONESIA – Di Uni Eropa, lahan gambut dikelola untuk kepentingan ekonomi seperti bahan bakar briket. Sayangnya, Indonesia memilih untuk melarang penggunaan gambut bagi kepentingan yang lebih besar dari aspek ekonomi dan lingkungan.
“Gambut ini punya dampak kepada lingkungan dan ekonomi yang sebenarnya bisa dikelola. Lihat saja di Uni Eropa, tanah gambut itu dipanen menjadi semacam kayu untuk bahan bakar,” ujar Togar Sitanggang, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam Seminar “Gambut Untuk Budidaya Sawit Berkelanjutan, Mungkinkah?”, di Yogyakarta, Selasa (26/4).
Dr. Jamhari, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, menjelaskan dari perhitungan ekonomi makro dan mikro bahwa kelapa sawit itu sangat bermanfaat. Terkait penggunaan lahan gambut, sudah semenjak lama digunakan akibat tingginya tekanan populasi.
“Penggunaan kelapa sawit di lahan gambut sebaiknya didukung SOP yang benar untuk mencegah kebakaran,” jelas Jamhari.
Berkaca dari pengalaman program sejuta hektar lahan gambut untuk pencetakan sawah, pada kenyataannya banyak petani tidak bertahan lama bercocok tanam padi. Dr.Suwardi, Wakil Dekan Pertanian Institut Pertanian Bogor, menjelaskan petani di lahan gambut yang sebelumnya menanam padi lalu beralih kepada tanaman tahunan seperti karet dan kelapa sawit.
“Sawit adalah tanaman untuk tanah yg kurang subur di Sumatera dan Kalimantan. Ini ibarat dewa penolong yang bisa membantu petani,” kata Suwandi.
Menurut Suwardi, pihak swasta punya pengalaman lebih baik dibandingkan pemerintah dalam pengelolaan gambut melalui teknologi pengelolaan air yang baik.
Pengalaman Malaysia menerapkan teknologi pemadatan gambut bisa dicontoh untuk Indonesia. Lullie Melling, Director of Tropical Peat Research Laboratory Unit (TPRL) mengatakan Lullie menjelaskan pemadatan ini bertujuan mempersempit rongga tanah sehingga api sulit api merembet di bawah permukaan gambut. Dengan lubang pori yang kecil maka tanah tetap lembab karena air akan naik ke atas dan di saat musim kemarau air tidak mudah turun.
“Pemadatan positif untuk tanah gambut. Tanah gambut lebih lembut dr mineral. Pemadatan untuk meningkatkan kepadatan tanah supaya kondisi fisik tanah lebib baik untuk kegiatan pertanian,” jelasnya.
Supaya teknologi pemadatan dapat diterapkan, kalangan peneliti meminta pemerintah merevisi PP 150/2000 mengenai pengendalian kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Suwardi menjelaskan aturan ini melarang perubahan fisik tanah karena dinilai masuk kategori perusakan. (Qayuum Amri)