JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), menilai negara Eropa Timur dan Rusia berpeluang menjadi pasar baru yang potensial bagi produk CPO dan turunan dari Indonesia. Mengingat, pasar ini belum tergarap maksimal dibandingkan pasar produk sawit lainnya seperti India, China, Uni dan Eropa.
“Hingga akhir tahun 2016 jumlah ekspor minyak sawit dari Indonesia ke Rusia baru sekitar Rp 700 ribu ton. Padahal jika digarap serius, potensi permintaannya lebih dari 1 juta ton. Itu baru dari Rusia, belum negara-negara lain di Eropa Timur,” kata Lakshmi Sidarta, Bendahara Umum GAPKI, di Bali, Rabu (23/11).
Sebelumnya, GAPKI bersama wakil dari pemerintah mengunjungi Moskow untuk menemui perwakilan pemerintah dan pengusaha dari negeri tersebut. Pertemuan itu membahas tentang peluang usaha serta upaya membuka pasar Rusia lebih besar bagi produk CPO maupun produk olahan minyak sawit dari Indonesia.
“Pertemuan yang dilakukan pertengahan tahun itu, telah membuat mereka sangat antusias untuk membeli lebih banyak produk sawit dari kita,” tambah Lakshmi.
Atas hal itu, dia menyatakan prospek pasar Rusia menarik dan berpeluang besar untuk meningkatkan permintaan sawit untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Berdasarkan data statistik , tren volume ekspor minyak sawit ke Rusia terus alami peningkatan. Pada 2012, volumenya 356 ribu ton dan meningkat menjadi 570 ribu ton pada 2014 dan 657 ribu ton tahun 2015. Tahun ini, total volume ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia akan melampaui 700 ribu ton.
“Jika minyak sawit Indonesia terus dikenalkan ke sana dan digarap lebih serius, angka lebih dari 1 juta ton CPO bisa masuk ke Rusia,” tambah dia.
Melihat potensi pasar sawit yang besar dari negara Rusia, membuat GAPKI untuk pertama kalinya menggundang pembicara dari Rusia pada konferensi minyak sawit terbesar di dunia yakni Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) ke-12 di Nusa Dua Bali, 23-25 November 2016. Dengan menghadirkan Prof Oleg S. Medvedev dari Lomonosov Moscow State University yang berbicara mengenai isu kesehatan minyak sawit di masyarakat Eropa.
“Kita juga mau melihat potensi pasar Rusia dan bagaimana persepsi masyarakat Eropa (termasuk Eropa Timur) terkait minyak sawit Indonesia. Makanya kita undang dia,” pungkas Kanya.
Seperti diketahui, acara 12th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2017 Price Outlook dibuka hari ini. Agenda diawali dengan turnamen golf oleh para peserta konferensi dan ditutup dengan kegiatan welcome cocktail di Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Konferensi akan berlangsung selama dua hari pada Kamis dan Jumat (24-25 November 2016). Tiga menteri dipastikan hadir dalam IPOC tahun ini, ialah Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang akan menyampaikan sambutan Presiden Joko Widodo di depan 2 ribu peserta konferensi, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Sejumlah pejabat pemerintah dan gubernur juga ikut hadir dalam konferensi ini.
Sementara itu, para pembicara yang akan tampil antara lain Prof Dr Iwan Jaya Aziz (Cornell University), Dr Risa Bhinekawati (ahli sustainability dari Australian National University), Dirut BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan) Sawit Bayu Krisnamurthi, dan Dr Puspo Edi Girinowo (IPB). Selain itu, sejumlah pakar komoditas yang akan menjadi pembicara antara lain James Fry (Chairman LMC International, Inggris), Dorab Mistry (Godrej International, India), BV Mehta (Direktur Eksekutif Solvent Exractors Association of India), dan sejumlah pakar internasional lainnya. (Ferrika)