JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Dampak Covid-19 berimbas kepada kegiatan ekspor sawit di sepanjang semester pertama tahun ini. Pelaku sawit yang tergabung Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berharap pasar domestik tetap tumbuh untuk menutupi lesunya pasar ekspor.
“Pasar domestik merupakan harapan ditengah merosotnya ekspor. Kalau tahun lalu, kontribusi domestik sebesar 31%. Sampai tengah tahun ini, konsumsi dalam negeri sudah 37%. Makanya, pasar domestik dapat menjadi penyeimbang,” ujar Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam jumpa pers virtual, Rabu ( 12 Agustus 2020).
Berdasarkan data GAPKI, produksi CPO dan PKO sepanjang Januari-Juni 2020 berjumlah 23,504 juta ton. Dari jumlah tersebut, konsumsi domestik tumbuh 2,9% menjadi 8,665 juta ton. Sebaliknya, volume ekspor terpangkas 11,7% menjadi 15,503 juta ton dari periode sama tahun lalu. Joko menyebutkan lesunya ekspor sawit disebabkan 70 persen sawit Indonesia ditujukan kepada pasar ekspor. Semua negara tujuan ekspor mengalami kontraksi permintaan seperti Tiongkok, India, dan Eropa. Sebagian besar negara mengambil kebijakan lockdown dan pembatasan sosial ketat.
“Walaupun volume turun, nilai ekspor sawit tetap tumbuh sebesar 6,4% menjadi US$ 10,061 miliar,” jelas Joko.
Dibandingkan dengan Januari-Juni 2019, konsumsi biodiesel di periode sama tahun ini naik 25% lebih tinggi dikarenakan implementasi program B30.
Joko mengatakan tetap optimis semester kedua akan ada kenaikan ekspor. Mengingat, kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik.
Selain itu, kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel. Kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik.