Selama dua hari, kalangan pekebun yang berasal dari bagian proteksi tanaman maupun agronomis berkumpul di Bandung untuk mendiskusikan masalah hama dan penyakit tanaman di perkebunan sawit. Seminar internasional ini mengundang pembicara dari institusi penelitian terkemuka di dunia seperti Malaysia, Kolombia, dan Prancis. Jumlah peserta yang datang mencapai 429 orang dari dalam dan luar negeri.
Peningkatan produksi hasil panen buah sawit di perkebunan tidak terlepas dari upaya pelaku usaha dalam melakukan perawatan tanaman secara intensif dan komprehensif. Salah satu kegiatan perawatan adalah menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit maupun kegiatan pengendalian bagi tanaman yang telah terjangkit. Serangan hama dan penyakit telah menjadi perhatian serius semua kalangan akibat kerugian ekonomis yang ditimbulkan. Sebagai contoh, jamur ganoderma diperkirakan menimbulkan kerugian sampai US$ 200 juta per tahun di seluruh perkebunan sawit di Indonesia.
Witjaksana Darmosakoro, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), mengatakan Pertumbuhan industri kelapa sawit ternyata menghadapi masalah serius berupa hama seperti kumbang tanduk, ulat kantung, dan rayap, adapula penyakit tanaman yaitu busuk pangkal batang, busuk umbuh (bud rot), fusarium. Acara ini merupakan wadah berbagi informasi dan ilmu pengetahuan dalam mengetahui dan mengendalikan hama maupun penyakit sawit.
“Jadi, kita dapat berkolaborasi menghadapi masalah penyakit dan hama sawit. Mengingat, masalah tersebut ada dimana-mana,” papar Witjaksana.
Seminar Fourth IOPRI-MPOB International Seminar yang bertemakan “Existing and Emerging Pests and Diseases of Oil Palm Advances in Research and Management” diadakan Bandung, Jawa Barat. Sebagai pembuka seminar ini adalah Witjaksana Darmosakoro, Direktur Eksekutif PPKS, yang menjadi tuan rumah seminar tahunan ini.
Dari tahun ke tahun, menurut Witjaksana, jumlah peserta terus bertambah karena seminar yang diadakan PPKS dan MPOB ini bersifat spesifik dan dibutuhkan pekebun sawit. Tahun ini saja, jumlah peserta diperkirakan mencapai 429 orang yang meningkat lebih dari 100% dibandingkan tahun kemarin berjumlah 300 orang.
Dalam sambutannya, Datuk Dr Choo Yuen May, Direktur Jenderal Malaysian Palm Oil Board, mengatakan pertemuan ini sangat berguna untuk mengontrol maupun mengelola hama dan penyakit, yang diharapkan akan menawarkan pengetahuan dan teknologi terbaru kepada partisipan.
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini mengundang pembicara yang berasal dari lembaga penelitian dan perusahaan kelapa sawit. Sesi konferensi terbagi atas empat sesi yaitu penyakit besar tanaman sawit, hama insektisida, hama dan penyakit kelapa yang mengancam sawit, dan hama vertebrata di tanaman sawit.
Witjaksono Darmosakoro menjelaskan setiap tahun materi konferensi selalu berbeda, misalkan saja konferensi tahun pertama menekankan ganoderma, kemudian tahun berikutnya mengenai pengendalian mamalia.
Pembahasan metode pengendalian ganoderma masih menjadi topik menarik untuk didiskusikan para pembicara. Idris Abu Seman, Head Ganoderma and Diseases Research for Oil Palm MPOB, menawarkan beberapa metode untuk pengendalian ganoderma terhadap tanaman yang sudah ada (existing) dan akan diremajakan. Salah satunya, membuat gundukan tanah di sekeliling tanaman yang telah terinfeksi ganoderma supaya produktivitasnya dapat bertahan. Gundukan ini merupakan kombinasi dari bahan organik, anorganik, dan kimia. Gundukan tanah ini berdiameter 2 meter dan panjang 1 meter yang mengelilingi tanaman sawit tadi.
Metode lainnya, inokulum ganoderma dapat dikurangi lewat pemindahan atau menghancurkan akar, tunggul, dan batang yang telah terinfeksi. Pemindahan ini dapat memakai alat berat seperti excavator. Baru-baru ini, MPOB bekerjasama dengan All Cosmos Industries Sdn Bhd, telah menghasilkan produk komersial GanoEF Biofertilizer untuk mencegah dan mengendalikan ganoderma di tanaman sawit. Kandungan yang terdapat dalam produk ini adalah endophytic fungus Hendersonia Gano EF1, anorganik, dan pupuk organik.
Penelitian bersama yang dilakukan Darmono Taniwiryono beserta peneliti dari Balai Bioteknologi Perkebunan Indonesia bersama dengan beberapa Peneliti PPKS seperti Agus Susanto, mengujicoba pengendalian ganoderma melalui konsorsium mikroba (miktagon) di kegiatan pembibitan sawit. Metode ini mengkombinasikan pengendalian ganoderma lewat kompos janjang kosong buah sawit dan mikroba antagonis seperti omphalina sp+paecilomyces lilacinus+trichoderma sp+chinitinolytic bacteria.
Topik lain yang menjadi perhatian utama adalah pengendalian hama ulat kantong dan ulat api. Walaupun sudah banyak produk insektisida yang ditujukan untuk menjadi pengendali hama ini, tetapi pengembangan pola maupun metode terus dilakukan. Lewat riset yang dilakukan kalangan peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), kegiatan monitoring dan tindakan kontrol terhadap populasi hama merupakan kunci utama menghadapi hama pemakan daun ini.
Beberapa peserta yang ditemui Majalah SAWIT INDONESIA menyatakan kepuasannya terhadap pelaksanaan seminar. Seperti diutarkan Steven Jamin, Director Sales&Marketing Region II PT Mest Indonesiy, menjelaskan seminar hama penyakit sawit sangatlah bagus untuk membahas bersama manajemen serta pengendaliannya yang dilakukan masing-masing pelaku perkebunan sawit. Dengan peserta yang juga berasal dari kalangan teknis perkebunan seperti perlindungan tanaman, maka mereka dapat mengetahui pula informasi mengenai produk terbaru pengendalian hama maupun penyakit.
Periosepi Hanum, Sales Manager PT Sime Agri Bio, mengakui sangat terbantu dalam mempromosikan produk pengendalian kumbang tanduk dan tikus yang sering mengganggu tanaman sawit. Sehingga, perusahaannya dat bertemu langsung dengan pihak yang berkepentingan untuk mengetahui produk pengendali hama. Ke depan, menurutnya, seminar maupun kegiatan semestinya lebih spesifik dengan tema yang tentu saja akan berpengaruh terhadap pengunjung maupun peserta pameran yang berpartisipasi.
Tampaknya, seminar yang bersifat teknis sangatlah dibutuhkan pelaku perkebunan demi memaksimalkan potensi perkebunan yang dikelolanya. Mengingat, perkebunan kelapa sawit bersifat jangka panjang yang memerlukan perlakuan khusus dan tidak bisa sembarangan supaya menghindari efek buruk terhadap hasil produksinya. Salah satunya dengan memerhatikan serangan hama serta mengetahui kegiatan pengendalian secara tepat dan efektif. (Qayuum Amri)