Jumat pagi di saat tugas di Jakarta, redaksi sawitindonesia.com mewawancarai Dr. Purwadi, Direktur Ekskutif Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper, terkait rencana penyelenggaraan FoSI 2023 di mana salah satu agendanya adalah POCOOF (Palm Oil COO Forum) dan PHCAF (Palm Oil Human Capital Forum).
Di tahun lalu, kegiatan ini dihadiri jajaran manajemen level direktur dan manager senior untuk mengetahui perkembangan industri sawit dari aspek Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Inovasi. Lalu bagaimana di tahun ini, apakah ada yang membedakannya dengan pembahasan POCOOF dan PHCAF di tahun lalu. Berikut ini petikan wawancara kami:
Q: Selamat Siang Pak Pur, kami mendapatkan informasi bahwa tanggal 23-24 November 2023 akan diselenggarakan Forum Sawit Indonesia 2023 (FoSI 2023) sebagaimana FoSI 2022 tahun lalu akan ada kegiatan pendukung POCOOF (Palm Oil COO Forum) dan PHCAF (Palm Oil Human Capital Forum). Bagaimana kelanjutan kegiatan tersebut?
P: Jadi, agenda POCOOF dan PHCAF akan terus dilanjutkan pada tahun ini karena kita sepakat untuk menjadikan kegiatan tersebut sebagai agenda rutin tahunan. Tujuan kegiatan tersebut bagi peningkatan keragaan perkebunan kelapa sawit untuk mendukung visi Sawit Indonesia Menuju 2045. Kegiatan tersebut akan dilakukan tanggal 22 November 2023, sehari sebelum FoSI 2023 yang diselenggarakan pada tanggal 23-24 November 2023
Q: Lalu, apa yang menjadi fokus POCCOF dan PHCAF tahun 2023?
P: Agenda tahun tersebut disepakati menjadi forum untuk melakukan sharing dan kolaborasi untuk mempercepat implementasi teknologi baru di perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2023, dua forum POCOOF dan POHCF akan dijadikan satu even dalam atau satu kesatuan, dalam kegiatan Workshop Peningkatan Produksi Kelapa Sawit Nasional Melalui Pemanfaatan Teknologi 4.0 dan SDM Unggul.
Ada 3 topik utama yang akan dibahas: (1) sharing best practices pemanfaatan teknologi (mekanisasi, digitalisasi dan otomasi), (2) sharing pengembangan talen untuk menciptakan Planters Unggul (planters legenda). (3). sharing kinerja riset dan inovasi baru.
Yang menarik pada FDPKS-2023 ini akan ada sharing planter hebat Yaitu Pak Daud darsono, Pak Maruli Gultom dan Pak Roebiyanto. Selain itu akan ada pembicara kunci dari Deputi Bidang Klimatologi dari BMKG, untuk memberikan informasi perkembangn dan perubahan iklim dan dampaknya bagi pertanian/perkebunan
Q: Apa fokus dari FoSI 2023?
P: Disadari bahwa saat ini tren produktivitas dan produksi sedang stagnan dan sebagian dalam tren menurun. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab terkait kondisi ini, : (1) apakah sumberdaya alam sudah mandeg atau mulai degradasi, (2) apakah pemanfaatan teknologi baru berjalan sesuai kebutuhan atau berjalan lambat, (3) apakah semangat dan kreatifitas profesional Planters sudah mandeg, (4) sejauhmana riset dan inovasi menjawab tantangan kebutuhan di kebun (5) bagaimana mengelola kemitraan sosial bersama masyarakat sekitar kebun
Q: Bisa dijelaskan lebih detail?
P: Diskusi awal dengan teman-teman di lapangan mengarahkan pada sebuah gambaran bahwa transformasi tata kelola kebun belum sesuai harapan, beberapa hal perlu memperoleh perhatian sebagai berikut: (1) implementasi teknologi melalui mekanisasi, digitalisasi, otomasi, berjalan lambat, di sisi lain tekanan terhadap kenaikan biaya produksi yang terus meningkat, ketersedian pekerja yang semakin terbatas dan juga tatakelola kebun yang sustainable.
Kondisi ini barangkali karena, (a) riset dan inovasi yang kurang “match” dan atau tidak terimplementasi, (b) pembiayaan investasi yang dipandang masih belum prioritas, (c) masih meyakini semua tercukupi dilakukan oleh tenaga kerja manusia (2) Semangat, kreatifitas, profesionalisme Planters yang dirasakan kendor, barangkali oleh beberapa hal: (a) Tata kelola kebun dan ketatnya pelaksanaan proses bisnis berbasis SOP dengan target dan capaian jangka pendek membuat kreativitas menurun, (b) transformasi budaya dan profesionalisme planters generasi babybommers dan gen Y-Z yang tidak lancar. (3) Riset dan Inovasi belum memenuhi kebutuhan saat ini dan mendatang, oleh karena beberapa hal: (a) kurangnya perhatian terhadap kebutuhan inovasi riset sebagai salah satu “driver” pembangunan daya saing, (b) tidak update pelaku perkebunan terhadap perkembangan alat bantu teknologi yang mendukung terlaksananya “best practices”
Q: Bagaimana dengan membangun ekosistem industri di “kebun” ?
P: Kita ingin mengajak melakukan transformasi pola pikir “shifting” bahwa “manajemen kebun” dilaksanakan layaknya sistem industri, sebagai industri biomasa, sebuah proses produksi dengan pendekatan sistem industri, sebagai pabrik yang menghasilkan biomasa. Sebagai sistem industrI, maka semaksimal mungkin faktor-faktor yang mempengaruhi sistem proses harus terkelola, terkontrol “controllable”.
Kondisi ini sangat berbeda dengan saat ini, dengan alasan produksi tergantung alam, maka kalau ada kegagalan-kegagalan di justifikasi sebagai resiko dan ketidakpastian karena alam.
Dahulu belum ada dukungan alat dan teknologi yang mampu membantu memprediksi resiko dan ketidakpasian alam. Lha, saat ini alat dan teknologi sudah mulai tersedia, maka ketidak pastian bisa dirubah menjadi resiko, yang berarti dapat dianalis dan bisa diukur yang pada akhirnya “uncontrollable” menjadi “controllable”.
Apakah tata kelola kebun sudah “shifting” kesini? Alat dan teknologi supporting untuk pengukuran-pengukuran perilaku alam sudah tersedia, yang selanjutnya bisa dianalisa untuk kebutuhan ”prediksi” untuk membuat mitigasi, antisipasi dan penyiapan kondisi. Selanjutnya mekanisasi harus mampu menjadi solusi untuk melakukan tatakelola “best practices” sesuai kondisi. Mekanisasi sebagai upaya substitusi tenaga kerja dapat dibilang “betul” tapi implementasi mekanisasi, otomasi, robotik, AI tugas utamanya melakukan tatakelola model sistem industri, dimana sebagian besar faktor sudah “controllable”.
Terkait digitalisasi, itu merupakan instrument alat bantu utamanya menajemen, baik membantu manajemen dan tatalaksana alat-mesin atau industri secara utuh, maupun alat bantu untuk control dan pengendalian utnuk membantu keputusan manajemen.
Q : Bagaimana tantangan dengan implementasi terkait pergeseran tata kelola kebun menuju pendekatan sistem industri?
P : Sepertinya saat ini pemikiran “shifting” masih baru dipikirkan dan disadari kebutuhannya oleh beberapa perusahaan perkebunan. Memang perlu butuh waktu untuk memahami dan akhinya mau melakukannya, semoga tidak berlama-lama. Coba kita lihat saat ini, sebagian besar perusahaan masih berfikir bahwa mekanisasi lebih sebagai substitusi tenega kerja. Ya, itu benar, tapi tidak sekedar itu. Mekanisasi harus dilakukan karena kebutuhan untuk mendukung sistem proses dalam rangka tatakelola kebun berbasis pola pikir, pendekatan sistem industri.
Oleh karena itu dalam implementasi mekanisasi, digitalisasi, otomasi harus melalui pendekatan eksosistem dalam sistem proses tatakelola sistem industri. Saat ini memang hal ini baru coba-coba berjalan atau berjalan tapi lambat. Kita mengajak para COO, GM Direktur Area, GM untuk melakukan diskusi dan sharing pengalaman untuk mempercepat proses implementasi mekanisasi, digitalisasi, otomasi sebagai upaya untuk meningkatkan tatakelola “kebun” yang berdaya saing.
Yang juga penting sekali adalah membangun ekosistem besar subsistem supporting industri dan rantai pasok untuk alat dan mesin sendiri. Karenanya, kita membutuhkan kelembagaan semacam konsorsium untuk membangun ekosistem mekanisasi perkebunan sawit yang menjadi lembaga bersama untuk melakukan koordinasi, sharing dan kerjasama. Apa bentuk Kerjasama yng dilakukan? Ya, kita rembuk bersama sesuai kebutuhan.
Q: Bagaimana tantangan terhadap profesionalisme dan kompetensi Planter ?
P : Sudah menjadi pemahaman bersama, yang men “drive” daya saing itu produktivitas dan efisiensi dan itu terkait dengan teknologi dan SDM. Kalau tadi kita bicara implementasi teknologi, bagaimana dengan kompetensi dan profesinalisme “Planters”. Saat ini para pemimpin kebun sedang berfikir, sepertinya “planters” saat ini sudah tidak seperti planters dahulu. Kurang ulet, kurang kreatif, kurang tahan terhadap tekanan. Kompetensi dan profesionalisme seperti “mandeg” dan menurun.
Bagaimanapun “planters” menjadi subyek dengan peran utama dalam tatakelola kebun. Beberapa orang melihat ini merupakan sebuah kondisi yang barangkali tercipta oleh sistem dan budaya kebun yang selama ini dilakukan. Model manajemen SOP yang kaku, dan pendekatan kepemimpinan yang cenderung kaku, dengan target-target jangka pendek, membuat para “planters” muda tidak memiliki ruang “kreasi”. Kreatifitas tidak berkembang dan membangun karier melalui capaian-capaian target jangka pendek. Ingat lho, bisnis kebun itu industri berbasis biomas dalam waktu panjang, dengan cara pikir target-target jangka pendek membuat cara pandang dengan “view” jangka pendek pula.
Kondisi ini juga dihubungkan dengan tumbuhnya generasi baru “milenial”, yang pada beberapa pemikiran dijadikan “kambing hitam” kondisi planter saat ini. Barangkali hal itu tidak tepat, karena generasi mileneal itu tumbuh pada jamannya dengan karakter dan budaya yang baru dan berbeda. Mereka memiliki keunggulan-keunggulan melalui pemikiran-pemikiran cepat, kreatifitas dan selalu mencari jalan cepat. Maka yang dibutuhkan saat ini adalah menyambungkan budaya kerja, karakter generasi baby boomer dengan generasi milleneal. Sampai saat ini perlu dicari untuk melakukan transformasi antar generasi berjalan mulus. Dan oleh karena itu kita mengajak para CHRO, Direktur HRM, GM HRM, untuk berdiskusi, sharing dalam upaya menyiapkan kader-kader menjadi “Planters Unggul”
Q: Agenda lain bersamaan ini ?
P : Kita akan memberikan penghargaan “Smart Planter” dalam tiga kategori, yaitu Planter “legenda”, Planter “Manajemen Moderen”, Planter “Manajemen Transformasi”, yang akan di lakukan pada ranggal 22 Nopember 2023, setelah diskusi Forum Direktur Sawit, tepatnya jam 19.00. Penghargaan ini diberikan dalam rangka apresiasi planter hebat pada jamannya, serta untuk mengangkat keragaan profesi Planter.
Agenda Penghargaan “Smart Planter” ini dimulai di FoSI 2023 ini dan akan terus dilakukan setiap tahun dan akan berkembang pada pemberian penghargaan-penghargaan untuk planter di setiap tingkatan struktur manajemen perkebunan.
Agenda lain adalah bursa SDM Perkebunan Kelapa Sawit dan Pameran Alat-Mesin dan Teknologi Perkebunan Kelapa Sawit.
Kami tunggu di Forum Direktur Perkebunan Kelapa Sawit even pendahulu Forum Sawit Indonesia 2023.