Jakarta, Sawit Indonesia – Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim memastikan tidak ada kelangkaan minyak goreng di pasar. Hanya saja, ujarnya, saat ini tengah terjadi penurunan realisasi wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) dan menyebabkan hak ekspor produsen minyak goreng masih relatif tinggi.
“Minyak goreng itu bukan langka di pasar, tapi yang terjadi karena adanya penurunan DMO, (sehingga) sampai saat ini hak ekspor masih relatif tinggi,” kata Isy Karim dalam Dialog Publik bertema Memastikan Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024 di Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Isy menyebutkan, ada sekitar 5,9 juta ton hak ekspor bagi produsen minyak goreng yang menjalankan DMO. Angka itu setara untuk mencukupi pelaksanaan ekspor selama 2,5 bulan ke depan.
“DMO ini kan para pelaku usaha produsen dalam negeri diminta mendistribusikan 300 ribu ton per bulan. Nah hasil dari itu bisa digunakan sebagai hak ekspor. Kalau pelaku usaha tidak ekspor langsung, hak ekspor kita dialihkan dengan kompensasi tertentu,” jelasnya.
Adapun hal itu terjadi, jelas Isy, karena saat ini tengah terjadi pelemahan permintaan CPO dari luar negeri, mengakibatkan hak ekspor para produsen minyak goreng masih tinggi, sehingga terjadi penurunan angka DMO.
“Namun secara keseluruhan stok di pasar, minyak goreng dalam jumlah sangat mencukupi. Masyarakat bisa membuat pilihan kalau DMO turun,” ujarnya.
Ia tak menampik minyak goreng curah saat ini memang agak kurang. “Memang DMO itu lebih banyak disalurkan dalam bentuk curah sekitar 60%, sisanya 40% dalam bentuk kemasan minyak goreng MinyaKita,” lanjutnya.
Dengan adanya penurunan DMO ini, katanya, memang terlihat ada sedikit mulai berkurangnya pasokan ke pasar terkait dengan minyak goreng DMO.
“Tapi masyarakat tetap bisa mendapatkan minyak goreng, walaupun premium harganya masih kurang terjangkau. (Tapi ada juga) tersedia dalam bentuk second brand. Contoh, kalau minyak goreng premium itu Tropical dan Bimoli dengan harga yang relatif tinggi, masyarakat masih ada pilihan minyak goreng second brand, seperti merek Rizki dan Fitri. Jadi masing-masing produsen yang memproduksi minyak goreng premium ini juga punya second brand,” tuturnya.
Isy mengimbau, masyarakat tidak perlu khawatir atas adanya penurunan DMO ini, sebab ketersediaan minyak goreng dalam jumlah yang sangat mencukupi.
Sementara itu, Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga minyak goreng sedang dalam tren naik. Hari ini, Rabu (27/3/2024), harga minyak goreng kompak naik, masing-masing Rp50 dan Rp10 untuk kemasan sederhana dan curah. Masing-masing menjadi Rp17.830 per liter dan Rp15.890 per liter. Terpantau, harga minyak goreng terus menanjak sejak bulan Januari lalu. Bahkan, harga minyak goreng curah makin jauh melampaui harga tertinggi tahun 2023.
Sumber: cnbcindonesia.com