Marshal 5GR telah menggunakan teknologi Manufacturing Using Product (MUP) semenjak 10 tahun lalu. Lebih aman terhadap aplikator dan musuh alami.
Tingginya serangan kumbang tanduk di perkebunan sawit menjadi perhatian PT Bina Guna Kimia semenjak satu dasawarsa lalu. Keinginan membantu petani dan perusahaan kelapa sawit untuk menghadapi serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) atau dikenal kumbang badak diwujudkan melalui produk Marshal 5GR. Darmawan Sandi Susilo, Brand Manager PT Bina Guna Kimia, mengatakan awalnya insektisida ini digunakan sebagai pembasmi hama wereng coklat dan pengerek batang untuk tanaman padi. Setelah melalui serangkaian penelitian, barulah diketahui pemakaian lain dari Marshal 5GR sebagai pengendali kumbang tanduk di perkebunan sawit.
Mulai 1998, perusahaan telah mengenalkan produk ini kepada pelaku perkebunan sawit di wilayah Sumatera Utara. “Tetapi kalau sekarang ini, pemasaran produk telah berkembang sampai Kalimantan dan Riau. Jadi produk ini sudah dikenal sekali,” ujar Darmawan Sandi kepada SAWIT INDONESIA.
Marshal 5 GR memiliki bahan aktif karbosulfan 5%, yang merupakan satu golongan dari Furadan. Pola kerja karbosulfan bersifat kontak – sistemik yang akan diserap oleh tanaman melalui perakaran. Selain itu, bahan aktif ini bersifat kontak yang langsung menyerang hama kumbang tanduk. “Sifat kontak inilah yang dapat membuat hama mati seketika setelah terkena Marshal 5GR,” papar Darmawan.
Aplikasi produk ini tidaklah sulit karena langsung dapat ditaburkan pada pangkal pelepah pohon yang berada di dekat titik tumbuh. Menurut Darmawan, produk ini dapat dijumput dengan sendok khusus dengan takaran antara 5-10 gram per pokok per 3 minggu. Pemberian Marshal 5GR ini bergantung kepada tingkat serangan hama tanduk apakah berat atau tidak. Kalau dalam kondisi di luar normal, waktu aplikasi dapat lebih pendek menjadi setiap 2 minggu.
Ditambahkan Darmawan, produknya lebih ditujukan kepada tanaman belum menghasilkan (TBM) yang usianya masih dibawah tiga tahun. Hal ini sesuai dengan tagline perusahaan “Cegah Oryctes , Investasi Sukses”. TBM merupakan tahapan penting bagi tanaman supaya kumbang tanduk tidak menggerogoti tanaman, misalkan saja pangkal tunas mati atau berakibat tunas tumbuh dari samping yang akan memperburuk pertumbuhan kelapa sawit dikemudian hari.
Serangan kumbang tanduk umumnya terjadi ketika kebun sawit sedang diremajakan (replanting). Kumbang tanduk betina memanfaatkan kayu lapuk dan batang sawit yang membusuk untuk menyimpan telurnya.Setelah itu, kumbang dewasa akan muncul setelah melewati proses kepompong selama 3-4 minggu.
Marshal 5GR berbentuk butiran berwarna biru tua yang diproduksi dengan teknologi Manufacture Using Product (MUP). Teknologi MUP baru dimiliki oleh FMC, dengan teknologi ini butiran akan bebas dari debu bahan aktif, sehingga akan lebih aman terhadap para aplikator yang sangat rawan terhadap paparan pestisida. Menurut Darmawan, perusahaan menghindari penggunaan tepung di lapisan pertama seperti produk pengendali kumbang tanduk lainnya, karena dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan.
Formulasi Marshal 5GR mengandung komposisi bahan aktif karbosulfan mencapai 50 gram dalam setiap 1 KG produk jadi. “Penggunaan teknologi MUP ini sudah diaplikasikan semenjak 2003 dan baru produk kami ini yang pertama kali memakainya,” kata Darmawan penuh bangga.
Keuntungan formulasi MUP yang lain adalah proses penyerapan butiran ke tanaman berjalan lebih lambat (slow release) yang membuat karbosulfan tidak larut begitu saja. Tetapi dapat bertahan selama tiga minggu di pohon. Efek slow release ini, kata Darmawan, sangat berguna untuk mengendalikan kumbang tanduk yang pergerakannya sangat tinggi . Proses gutasi tanaman, pengeluarkan cairan dari ketiak batang, juga akan membantu pelarutan/penyebaran Marshal 5GR sehingga akan melapisi batang. Sehingga apabila kumbang tanduk akan menggerek kelapa sawit yang masih mengandung residu karbosulfan, maka akan langsung terkendali ditempat.
Pemakaian Marshal 5 GR ini aman dari musuh alami karena tidak membunuh serangga bermanfaat seperti kumbang penyerbuk atau musuh alami hama lainnya. Berbeda halnya dengan aplikasi penyemprotan yang sulit membedakan antara kumbang tanduk dan musuh alami, dapat dikatakan Marshal 5GR ini lebih selektif terhadap hama sasaran.
“Keunggulan lain, produk ini aman pula bagi pekerja karena tidak berdebu. Sebab, pasir yang digunakan tidak ada yang besar dan kecil,” kata Darmawan.
Penjualan Marshal 5GR ini masih terfokus kepada perusahaan perkebunan yang mencapai 70% dan sisanya 30% kepada petani. Darmawan menjelaskan pemasaran produk tahun ini lebih ditujukan kepada perkebunan milik rakyat atau petani karena lahan mereka sangat luas. Untuk itulah, kegiatan promosi lebih diintensifkan melalui tatap muka langsung dan pelatihan kepada petani.
Di pasaran, produk yang dijual dalam kemasan satu sampai empat kilogram. Umumnya, petani merupakan pengguna produk kemasan satu kilogram. Harga Marshal 5GR berkisar Rp 20.000-25.000 per kilogram di pasaran. Rata-rata satu hektare lahan sawit akan memerlukan 1,3 kilogram.
Untuk menggenjot target penjualan, menurut Darmawan, perusahaan memberikan bantuan teknis seperti pelatihan. Kegiatan ini bertujuan membantu petani supaya menghindari aplikasi produk yang salah. Dari pengalaman perusahaan, nama Marshal 5 GR sangat dikenal petani tetapi umumnya mereka belum tahu siapa produsennya. Oleh karena itu, perusahan giat dan aktif masuk keluar perkebunan sawit sehingga produk ini lebih dikenal dan menjadi pilihan pelaku perkebunan. Itu sebabnya, Marshal 5GR dibutuhkan sebagai pelindung penting di masa penting. (Qayuum Amri)