• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Saturday, 11 March 2023
Trending
  • Inovasi Teknologi Syngenta untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia
  • PSR BPDPKS Meningkatkan Kesejahteraan Petani Sawit
  • Sah, Eddy Martono Ditetapkan Sebagai Ketua Umum GAPKI 2023-2028
  • BPDPKS dan Aspekpir Mendukung Program Pemberdayaan Usaha Kecil
  • Wali Kota Pontianak Mengapresiasi Bank Indonesia Menggelontorkan 38 Ribu Sertifikat Halal Bagi UMKM
  • Guru Besar IPB University Ungkap Cara Menghasilkan Riset Penggunaan Lahan dan Perubahan Iklim
  • Aspek-PIR dan BPDPKS Gelar Bimtek Bikopra
  • Menjelang Pemilu Tahun 2024, Provinsi Riau Berkomitmen Melakukan Pencegahan Karhutla
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Butiran “Pemburu” Kumbang Tanduk
Sajian Utama

Butiran “Pemburu” Kumbang Tanduk

By RedaksiSeptember 16, 20144 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Marshal 5GR telah menggunakan teknologi Manufacturing Using Product (MUP) semenjak 10 tahun lalu. Lebih aman terhadap  aplikator  dan musuh alami. 

Tingginya serangan kumbang tanduk di perkebunan  sawit menjadi perhatian PT  Bina Guna Kimia  semenjak satu dasawarsa lalu. Keinginan membantu petani dan perusahaan kelapa  sawit untuk menghadapi serangan kumbang  tanduk  (Oryctes rhinoceros) atau dikenal kumbang badak diwujudkan  melalui produk Marshal 5GR. Darmawan Sandi Susilo, Brand Manager PT Bina Guna Kimia, mengatakan awalnya insektisida ini digunakan sebagai pembasmi hama wereng coklat  dan pengerek batang untuk tanaman padi. Setelah melalui serangkaian penelitian, barulah diketahui pemakaian lain dari Marshal 5GR  sebagai pengendali kumbang tanduk di perkebunan sawit.

Mulai 1998, perusahaan telah mengenalkan produk ini kepada pelaku perkebunan sawit di wilayah Sumatera Utara. “Tetapi kalau sekarang ini, pemasaran produk telah berkembang sampai Kalimantan dan Riau. Jadi produk ini sudah dikenal sekali,” ujar Darmawan Sandi kepada SAWIT INDONESIA.  

Marshal 5 GR memiliki bahan  aktif karbosulfan 5%,  yang merupakan satu golongan dari  Furadan. Pola kerja karbosulfan bersifat kontak – sistemik yang akan  diserap oleh tanaman melalui perakaran. Selain itu, bahan aktif ini bersifat kontak yang langsung menyerang hama kumbang tanduk. “Sifat kontak inilah yang dapat membuat hama  mati seketika setelah terkena  Marshal 5GR,” papar Darmawan.

Baca juga :   Wilmar Dapat Pujian Dari Wamenaker Terkait Perlindungan Perempuan dan Anak

Aplikasi produk ini tidaklah sulit karena langsung dapat ditaburkan pada pangkal pelepah pohon yang berada di dekat titik tumbuh. Menurut Darmawan, produk ini  dapat  dijumput dengan sendok  khusus dengan takaran antara 5-10 gram per pokok per 3 minggu. Pemberian Marshal 5GR ini bergantung kepada tingkat serangan hama tanduk apakah berat atau tidak. Kalau dalam kondisi di luar normal, waktu aplikasi  dapat lebih pendek menjadi setiap 2 minggu. 

Ditambahkan Darmawan, produknya lebih ditujukan  kepada tanaman belum menghasilkan (TBM) yang usianya masih dibawah tiga tahun. Hal ini sesuai dengan tagline perusahaan “Cegah Oryctes , Investasi Sukses”. TBM merupakan tahapan  penting bagi tanaman  supaya kumbang tanduk tidak menggerogoti  tanaman, misalkan  saja pangkal tunas mati  atau berakibat tunas tumbuh dari samping yang akan memperburuk pertumbuhan kelapa sawit dikemudian hari.

Serangan kumbang tanduk  umumnya terjadi  ketika kebun  sawit sedang diremajakan (replanting). Kumbang tanduk betina memanfaatkan kayu lapuk dan batang  sawit yang membusuk  untuk  menyimpan telurnya.Setelah itu, kumbang dewasa akan  muncul setelah melewati proses kepompong selama 3-4 minggu.

Marshal 5GR berbentuk  butiran berwarna biru tua yang diproduksi dengan teknologi Manufacture Using Product (MUP). Teknologi MUP baru dimiliki oleh FMC, dengan teknologi ini butiran akan bebas dari debu bahan aktif, sehingga akan lebih aman terhadap para aplikator yang sangat rawan terhadap paparan pestisida. Menurut Darmawan, perusahaan menghindari penggunaan tepung di lapisan pertama seperti produk pengendali kumbang tanduk lainnya, karena dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan.

Baca juga :   Dwi Sutoro dan Eddy Martono Kandidat Ketum GAPKI, Ini Profil Keduanya

Formulasi  Marshal 5GR mengandung komposisi bahan aktif karbosulfan mencapai 50 gram dalam setiap 1 KG produk jadi.  “Penggunaan teknologi MUP ini sudah diaplikasikan semenjak 2003 dan baru produk kami ini yang pertama kali memakainya,” kata Darmawan penuh bangga.   

Keuntungan formulasi MUP yang lain adalah proses penyerapan butiran ke tanaman berjalan lebih lambat (slow release) yang membuat karbosulfan tidak larut begitu saja. Tetapi dapat bertahan selama tiga minggu di pohon. Efek slow release ini, kata Darmawan, sangat berguna untuk mengendalikan kumbang tanduk yang pergerakannya sangat tinggi . Proses gutasi tanaman, pengeluarkan cairan dari ketiak batang, juga akan membantu pelarutan/penyebaran Marshal 5GR sehingga akan  melapisi batang. Sehingga apabila kumbang tanduk akan menggerek kelapa sawit yang masih mengandung residu karbosulfan, maka akan langsung terkendali ditempat.

Pemakaian Marshal 5 GR ini aman dari musuh alami karena  tidak membunuh serangga bermanfaat seperti kumbang penyerbuk atau musuh alami hama lainnya. Berbeda halnya dengan aplikasi penyemprotan yang sulit membedakan antara kumbang tanduk dan musuh alami, dapat dikatakan  Marshal 5GR ini lebih selektif terhadap hama sasaran. 

Baca juga :   Dwi Sutoro, Calon Nakhoda Baru GAPKI, Jembatan Industri Dengan Pemerintah

“Keunggulan lain,  produk ini aman pula bagi pekerja karena tidak berdebu. Sebab, pasir yang digunakan tidak ada yang besar dan kecil,” kata Darmawan. 

Penjualan Marshal 5GR  ini  masih terfokus kepada perusahaan perkebunan  yang mencapai 70% dan sisanya 30% kepada petani. Darmawan menjelaskan pemasaran produk tahun ini lebih ditujukan kepada perkebunan milik rakyat atau petani karena lahan mereka sangat luas. Untuk itulah, kegiatan promosi lebih diintensifkan melalui tatap muka langsung dan pelatihan kepada petani. 

Di pasaran, produk yang dijual dalam kemasan satu sampai empat kilogram. Umumnya, petani merupakan pengguna produk kemasan satu kilogram. Harga Marshal 5GR berkisar Rp 20.000-25.000 per kilogram di pasaran. Rata-rata satu hektare lahan sawit akan memerlukan 1,3 kilogram. 

Untuk menggenjot target penjualan, menurut Darmawan, perusahaan memberikan bantuan teknis seperti pelatihan. Kegiatan ini bertujuan membantu petani supaya menghindari aplikasi produk yang salah. Dari pengalaman perusahaan, nama Marshal 5 GR sangat dikenal petani tetapi umumnya mereka belum tahu siapa produsennya. Oleh karena itu, perusahan giat dan aktif masuk keluar perkebunan sawit sehingga produk ini lebih dikenal dan menjadi pilihan pelaku perkebunan. Itu sebabnya, Marshal 5GR dibutuhkan sebagai pelindung penting di masa penting.  (Qayuum Amri)

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Dwi Sutoro dan Eddy Martono Kandidat Ketum GAPKI, Ini Profil Keduanya

1 day ago Berita Terbaru

Pesan Bang Joefly Jelang Munas GAPKI XI

3 days ago Berita Terbaru

GAPKI Butuh Karakter Ketua Umum Visioner, Petarung dan Merah Putih

3 days ago Berita Terbaru

Dwi Sutoro, Calon Nakhoda Baru GAPKI, Jembatan Industri Dengan Pemerintah

4 days ago Berita Terbaru

Wilmar Dapat Pujian Dari Wamenaker Terkait Perlindungan Perempuan dan Anak

5 days ago Berita Terbaru

Eddy Martono: Saya Siap Pimpin GAPKI

1 week ago Berita Terbaru

Perusahaan Amerika Serikat Gandeng Apkasindo Hasilkan Cuan dari Limbah Sawit

1 week ago Berita Terbaru

SARASWANTI-TIC Terus BerinovasiDalam Layanan Jasa Penilaian

2 weeks ago Sajian Utama

Imbas Harga Pupuk, Dana Replanting Astra Agro Naik Menjadi Rp 120 Juta/ha

3 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 2 weeks ago2 Mins Read
Event

Diskusi Hybrid Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia

Event 1 week ago2 Mins Read
Latest Post

Inovasi Teknologi Syngenta untuk Industri Kelapa Sawit Indonesia

2 hours ago

PSR BPDPKS Meningkatkan Kesejahteraan Petani Sawit

5 hours ago

Sah, Eddy Martono Ditetapkan Sebagai Ketua Umum GAPKI 2023-2028

17 hours ago

BPDPKS dan Aspekpir Mendukung Program Pemberdayaan Usaha Kecil

21 hours ago

Wali Kota Pontianak Mengapresiasi Bank Indonesia Menggelontorkan 38 Ribu Sertifikat Halal Bagi UMKM

22 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version