• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Thursday, 30 March 2023
Trending
  • Ekonomi Digital Kian Mengalami Perkembangan yang Pesat
  • PIS Turut Dampingi KNKT dan KLHK, Dukung Investigasi dan Mitigasi Kapal MT Kristin
  • Tinjau Pasar Tramo, Presiden Cek Harga Kebutuhan Pokok
  • Pemenuhan Kebutuhan Listrik Masyarakat Pedalaman
  • Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Satu Menggelar Bazar UMKM di Sejumlah Wilayah
  • Komisi VII DPR RI menerima Kedutaan Besar Amerika Serikat Bahas Energi Baru dan Energi Terbarukan
  • Petani Sawit Demo Kedubes Uni Eropa, Sampaikan 5 Tuntutan
  • Genome Editing Memiliki Potensi Besar Dalam Ketahanan Pangan
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Burung Hantu, Predator Tikus Di Areal Tanaman Perkebunan
Hama Penyakit

Burung Hantu, Predator Tikus Di Areal Tanaman Perkebunan

By RedaksiSeptember 3, 20144 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

 Tikus merupakan salah satu hama utama yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit dan tebu di Indonesia.  

Pada kelapa sawit, bagian yang dirusak adalah pelepah sampai titik tumbuh pada tanaman muda, bunga dan buah pada tanaman yang menghasilkan. Pada  tanaman tebu muda, tikus merusak batang tebu sehingga daun menjadi layu.  Pada tanaman tebu tua, tikus merusak pangkal batang di dalam tanah, batang di atas permukaan tanah, dan pucuk tebu.  Spesies tikus yang sering dijumpai pada tanaman perkebunan adalah tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus ladang (Rattus exulans), tikus sawah (Rattus argentiventer) dan tikus rumah (Rattus rattus diardii). 

Pada kelapa sawit, seekor tikus belukar dapat menghabiskan sekitar 6 sampai 14 gram daging buah per hari dan membawa brondolan (buah lepas matang) ke dalam tumpukan pelepah sebanyak 30 sampai 40 kali lipat dari konsumsinya.  Jika populasi tikus dalam 1 hektar berkisar antara 183–537 ekor dan berfluktuasi sangat lambat, maka dapat ditaksir menyebabkan kehilangan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) minimal antara 828–962 kg/ha/tahun, tidak termasuk brondolan.   Selain itu, tandan buah yang luka akibat keratan tikus dapat memacu peningkatan asam lemak bebas pada minyak sawit.   Pada daerah pengembangan baru perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan kematian tanaman muda hingga mencapai 20–30% (Sipayung dkk, 1996).

Baca juga :   BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

Pada umumnya pengendalian serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini banyak memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan pencemaran bahan kimia beracun terhadap lingkungan (air, tanah dan udara);  menimbulkan bau bangkai tikus disekitar kebun; menimbulkan jera  umpan terhadap tikus; dan membutuhkan pengawasan yang ketat terhadap penyebaran umpan dan pengamatan terhadap umpan yang dimakan oleh tikus pada tiga hari setelah perlakuan. Pada tebu, selain penggunaan umpan racun, tikus juga dikendalikan dengan cara gropyokan.

Salah satu strategi pengendalian hama tikus yang mengacu pada prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu pengendalian secara biologis dengan menggunakan predator burung hantu (Tyto alba). Pengendalian ini  cukup efektif diterapkan pada tikus di perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan pengendalian tikus di perkebunan tebu.  Burung hantu merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit dan mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi (Dunia Kebun, 2011).

Persiapan dan pembuatan sangkar burung hantu

Sebelum sangkar burung hantu (gupon) dibuat, terlebih dahulu perlu diketahui keberadaannya di dalam kawasan yang akan dikembangbiakkan.  Untuk mengetahui keberadaannya dapat dilakukan antara lain: mendengarkan kicauan-kicauan suaranya pada malam hari; mencari kotoran/pellet di sekitar bangunan atau tempat yang diduga sebagai tempat bertengger; dan mencari tempat bersarang di plafon bangunan yang diperkirakan ditempati burung hantu (Sipayung dkk, 1996).  Menurut Dhamayanti (2005) bahwa gupon burung hantu dibuat dari bahan tripleks 90 mm dan atap seng, berukuran panjang 90 cm, lebar 45 cm dan tinggi 50 cm.

Baca juga :   Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

Penempatan sangkar burung hantu

Gupon ditempatkan dibawah kanopi pohon kelapa sawit yang menunjukkan gejala serangan tikus yang baru dengan tinggi tiang kurang lebih 4 m (disesuaikan dengan tinggi pohon kelapa sawit). Setiap areal kelapa sawit seluas 30 ha dipasang satu gupon burung hantu (Dhamayanti, 2005).  Pada perkebunan tebu, gupon dengan tinggi 3–4 m ditempatkan pada areal pertanaman tebu muda seluas 1–5 ha.  Penggunaan burung hantu di perkebunan tebu disarankan pada areal pertanaman tebu yang masih muda karena burung hantu masih bisa melihat pergerakan tikus (Etik, 2012).

Perkembangbiakan burung hantu

Burung hantu  dewasa yang diperoleh ditempatkan pada gupon-gupon secara berpasangan dan setiap hari disediakan makanan berupa tikus sawah atau mencit.  Tergantung besarnya tikus, tiap burung memerlukan 2–4 ekor/hari.  Setelah ± 1 bulan, mereka dilepaskan dan dibiarkan hidup bebas di alam. Pada hari-hari biasa, burung hantu biasanya tidak tinggal dalam gupon tetapi di pohon-pohon besar di sekitar gupon.  Pada saat bertelur, burung hantu akan kembali ke gupon dan akan tinggal dalam gupon  sampai anaknya cukup besar (Sipayung dkk, 1996).  Jumlah telur yang dihasilkan     bervariasi antara 4- 11 butir /betina tergantung pada jumlah makanan yang tersedia. Ukuran telur panjang 44 mm, lebar 31 mm. Masa bertelur dapat mencapai 15-24 hari, karena peletakan telur 1-3 hari sekali.  Telur mulai dierami pada saat telur ketiga atau keempat dan menetas setelah 30 hari. Pada umur 2.5 – 3 bulan, anak-anak burung hantu mulai belajar terbang dan meninggalkan induknya untuk mencari gupon yang baru (Dhamayanti, 2005).

Baca juga :   Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

Penutup

Burung hantu selain bermanfaat sebagai predator dalam pengendalian biologis tikus, juga memberikan nilai tambah dalam budidaya kelapa sawit, yaitu: (i) tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan kebun (air, tanah, udara); (ii) biaya pengendalian dapat ditekan sampai 50% daripada penggunaan rodentisida; (iii) tidak memerlukan tenaga kerja yang khusus untuk pengawasan; (iv) efektif sepanjang tahun; (v) Burung hantu sebagai satwa langka dapat dilindungi dan dikembangkan populasinya.  Penggunaan burung hantu kiranya dapat diimplementasikan pada perkebunan kelapa sawit yang merupakan daerah endemis tikus.

 

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Petani Sawit Demo Kedubes Uni Eropa, Sampaikan 5 Tuntutan

16 hours ago Berita Terbaru

Industri Hilir Sawit Minta Dukungan Pemerintah

1 day ago Berita Terbaru

BPDPKS Dukung Harga Acuan CPO

2 days ago Berita Terbaru

Petani Sawit Turun ke Jalan, Protes Kebijakan Uni Eropa

3 days ago Berita Terbaru

Anak Petani Sawit: KLHK Jangan Sewenang-Wenang dalam Urusan Kawasan Hutan

6 days ago Berita Terbaru

BPDPKS dan Majalah Sawit Indonesia Promosikan Sawit Sehat Kepada 145 UKMK Solo

1 week ago Berita Terbaru

CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

1 week ago Berita Terbaru

APKASINDO : Tuduhan Pepsico dan Campina, Lukai Petani Sawit

2 weeks ago Berita Terbaru

Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

2 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 1 month ago2 Mins Read
Event

Promosi Sawit Sehat Dan Lomba Kreasi Makanan Sehat UKMK Serta Masyarakat

Event 1 week ago1 Min Read
Latest Post

Ekonomi Digital Kian Mengalami Perkembangan yang Pesat

11 hours ago

PIS Turut Dampingi KNKT dan KLHK, Dukung Investigasi dan Mitigasi Kapal MT Kristin

12 hours ago

Tinjau Pasar Tramo, Presiden Cek Harga Kebutuhan Pokok

13 hours ago

Pemenuhan Kebutuhan Listrik Masyarakat Pedalaman

14 hours ago

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Satu Menggelar Bazar UMKM di Sejumlah Wilayah

15 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version