PT Intraco Penta Wahana memiliki produk alat berat yang terintegrasi bagi perkebunan kelapa sawit. Dukungan pelayanan siaga menjadi modal utama perusahaan supaya dapat merebut pangsa pasar di segmen perkebunan sawit.
Kebutuhan terhadap alat berat semakin tinggi sesuai dengan pertumbuhan pembangunan perkebunan sawit di Indonesia. Tak hanya di kebun, pelaku usaha juga memerlukan alat berat yang dapat digunakan utuk mendukung kegiatan operasional di pabrik. Gordon Pangaribuan, National Marketing Manager PT Intraco Penta Wahana, mengatakan penjualan alat kepada perkebunan kelapa sawit sangat menjanjikan mengingat alat berat menjadi bagian tak terpisahkan dari siklus produksi.
Gijanto, Product Manager PT Intraco Penta Wahana, menjelaskan produk alat berat yang dijual sudah terintegrasi mulai dari hulu (kebun) sampai hilir (pabrik). Ada tiga produk yang ditujukan kepada pangsa pasar sektor perkebunan sawit antara lain Excavator Bobcat, Mahindra Tractor dan Sinotruk.
Bobcat untuk perkebunan sawit terbagi atas mini excavator dan skid steer loader. Produk ini dapat digunakan di lahan jenis gambut dan mineral. Menurut Gijanto, mini excavator tipe E45 biasa digunakan di perkebunan untuk kegiatan operasional kebun seperti pembuatan parit cacing. Excavator ini menggunakan standar auto idle ini sehingga putaran mesin otomatis akan turun bila fungsi excavator tidak dipergunakan dalam kurun waktu 4 detik. Auto Idle ini dapat menghemat pemakaian bahan bakar dan komunikasi di job site lebih mudah karena tingkat kebisingan rendah.
Sedangkan Bobcat jenis skid steer loader ditujukan membantu kegiatan operasional di pabrik sawit. Alat ini dapat memindahkan limbah padat seperti tandan kosong dan membersihkan limbah. Gijanto memaparkan skid steer loader tipe S185 mempunyai daya angkut sampai 900 kilogram apabila memindahkan beban ke atas truk. Tapi, daya angkutnya dapat mencapai 2 ton untuk pemindahan biasa.
Haidir, Product Manager PT Intraco Penta Wahana, mengatakan pelaku usaha dapat menggunakan traktor Mahindra untuk pengangkutan benih sawit dan pupuk. Traktor Mahindra sudah ada semenjak 1962 di India, kendati baru dua tahun di Indonesia. Kualitas Mahindra tidak kalah dengan produk sejenis, ini terbukti dari pemakaian bahan bakar sekitar 4 liter per jam yang bergantung tipe lahan di perkebunan sawit.
Untuk pengangkutan buah sawit menuju pabrik maupun transportasi CPO, perusahaan menawarkan produk Sinotruk. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki truk ini antara lain memiliki double chassis sehingga daya tahan kuat dan tahan banting terhadap bobot besar, suspensi parabolic double U Bolt dengan desain umur yang panjang dan tahan dalam segala kondisi. Sinotruk terbagi atas beberapa tipe yakni : CAB&CHASSIS 8×4-371, CAB &CHASSIS 6×4-371, Tractor Head 6×4-371.
Menurut Gijanto, ketiga produk alat berat sudah terintegrasi sesuai dengan kebutuhan alat berat perkebunan kelapa sawit untuk kegiatan operasional kebun dan pabrik. Perusahaaan juga memasarkan produk ini kepada kontraktor perkebunan sawit yang berada di Sumatera dan Kalimantan.
Purna Jual
Sebagus apapun produk alat berat tetap memerlukan dukungan pelayanan purna jual yang ditujukan menyelesaikan keluhan pengguna. Gordon Pangaribuan menjelaskan perusahaan memberikan jaminan garansi purna jual 48 jam yang disebut I am service. Tiga aspek yang menjadi prioritas adalah suku cadang, tim mekanik dan masa garansi.
Ketika terjadi kerusakaan, Intraco Penta memberikan jaminan suku cadang dan tim teknis akan tiba di tempat tujuan dalam waktu 48 jam. Apabila tidak sesuai waktu, pengguna produk Intraco Penta mendapatkan layanan gratis.
Menurut Gordon, Intraco Penta memahami apabila alat berat tersebut tidak beroperasi dapat dipastikan pengguna mengalami kerugian ekonomis dan rugi waktu.“Jadi layanan gratis ini ibarat investasi yang kami tanamkan supaya memberikan kepercayaan kepada konsumen,” papar Gordon.
Dia menambahkan garansi 48 jam tersebut bukan sekadar lips service karena sudah menjadi bagian dari transaksi pembelian produk Excavator Bobcat, Mahindra Tractor, dan Sinotruk. Layanan ini didukung oleh 13 provinsi dan 20 cabang perusahaan di Indonesia. (am)