Palembang, SAWIT INDONESIA – Best Planter Indonesia (BPI) kembali menyelenggarakan pelatihan SDM Sawit gelombang 4 sebanyak 102 orang peserta berasal dari dua Kabupaten di Sumsel yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Muara Enim. BPI merupakan provider pelatihan sawit yang lolos seleksi BPDPKS & DITJENBUN selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan mendapat amanah untuk melatih pekebun sawit rakyat Sumatera Selatan. Total peserta dari Sumsel yang dilatih sejak tahun 2022 s/d 2024 mencapai lebih dari 800 peserta berasal dari 4 (empat) kabupaten antara lain Muba, OKI, Muara Enim, dan Lahat.
Direktur Utama sekaligus pendiri Best Planter Indonesia, Ir. Heri DB, MM dalam sambutan pembuka mengingatkan seluruh peserta pelatihan, bahwa beberapa perkebunan sawit di Sumsel baik kebun milik perusahaan maupun kebun rakyat telah terinfeksi Ganoderma, oleh karenanya para pekebun sawit harus mulai waspada dengan cara belajar cepat dari para narasumber BPI tentang pengetahuan terkait Ganoderma seperti gejala serangan, resiko, penularan, kerugian ekonomi dan upaya penanggulangannya.
Narasumber BPI yang dihadirkan merupakan praktisi sawit yang berpengalaman di perusahaan perkebunan besar papan atas dan telah banyak menangani pengendalian Ganoderma di perkebunan kelapa sawit, demikian Heri DB menjelaskan
Ganoderma adalah jamur patogen yang menjadi momok menakutkan bagi pekebun sawit karena sangat mematikan dengan cara membuat sawit tumbang satu per satu apabila infeksi sudah masuk kedalam batang sawit dan tidak dilakukan pengendalian secara terprogram. Kerugian ekonomi akibat kematian rata-rata 10 pokok per ha saja, untuk luas koperasi 2000 ha mencapai 8 milyar per tahun, demikian Heri DB melanjutkan penjelasannya disela-sela coffee break.
Beberapa peserta pelatihan dalam diskusi diluar kelas juga menyampaikan bahwa dikebunnya memang sudah ditemukan tanda-tanda atau gejala tanaman terinfeksi Ganoderma.Heri DB yang pernah dinobatkan menjadi salah satu dari 110 tokoh sawit nasional versi Majalah Sawit Indonesia tahun 2021 menyoroti pentingnya pelaksana lapangan yaitu mandor. Mandor lapangan dibawah manajemen koperasi harus juga memahami tentang gejala serangan Ganoderma dan cara mengendalikannya, sehingga tidak hanya pemilik kebun yang mengerti tetapi juga mandor sebagai pelaksana lapangan dapat mengeksekusi penanggulangan dan pencegahan secara cepat dan tepat apabila terjadi kasus serangan Ganoderma.
Kalau kali ini yang mendapat pelatihan adalah pemilik kebun dengan dana bantuan BPDPKS, maka mandor-mandor koperasi sebaiknya juga dikirim secara mandiri oleh pekebun atau koperasi untuk mengikuti pelatihan teknis, manajemen dan kepemimpinan termasuk cara pengendalian Ganoderma di lembaga pelatihan sawit yang kompeten. Dengan demikian eksekusi dilapangan bisa dijalankan sesuai standar teknis budidaya kelapa sawit yang diajarkan baik kepada pekebun sebagai pemilik maupun kepada pekebun sebagai pengurus koperasi.
Menurut Heri DB, pelatihan intensif mandor kebun sebagai pelaksana lapangan sangat diperlukan oleh koperasi atau pekebun rakyat agar target PSR dan pelatihan terhadap pekebun (pemilik) yang telah diberikan oleh BPDPKS dapat dieksekusi secara efektif dan efisien oleh para mandor kebun yang terlatih sesuai standar best management practices yang diajarkan.
Sumberdaya utama penggerak sumberdaya lainnya dalam berkebun sawit adalah Sumber Daya Manusia dan didalamnya termasuk para mandor yang merupakan eksekutor terdepan dalam penerapan teknis budidaya kelapa sawit, demikian tutup Heri DB yang membawa prestasi BEST PLANTER INDONESIA (BPI) selama dua tahun berturut-turut (2022-2023) dengan mendapat Sawit Indonesia Award versi Majalah Sawit Indonesia dengan katagori “The Dedicated Training Institution For The Professional Planter”. (Yasin Permana)