Makassar, SAWIT INDONESIA – Usai mendapatkan materi, para peserta pelatihan petani sawit dari Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang terdiri dari kelas Penguatan Kelembagaan, Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Panen & Pascapanen, melanjutkan field trip (kunjungan) ke kebun perusahaan.
Kunjungan dilakukan ke kebun milik perusahaan perkebunan kelapa sawit, KSO (PTPN 4 dan 1), yang beroperasi di Burau, Luwu Timur, pada Sabtu (25 Mei 2024). Kegiatan kunjungan kebun merupakan rangkaian dari kegiatan pelatihan yang diselenggarakan AKPY STIPER dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Ditjen Perkebunan – Kementerian Pertanian.
Wakil Direktur AKPY STIPER, Dr. (C), Idum Satia Santi, S.P, M.P mengatakan sebanyak 160 orang peserta pelatihan petani dari Luwu Timur untuk kunjungan ke kebun perusahaan. Terdiri dari 5 kelas, yaitu Kelas Kelembagaan (1 kelas), Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (3 kelas), Panen dan Pascapanen (1 kelas).
“Kunjungan tersebut sudah menjadi bagian dari kegiatan pelatihan petani sawit, untuk melihat langsung kebun yang dikelola perusahaan setelah mendapatkan teori di dalam kelas selama pelatihan. Supaya bisa membandingkan kebun perusahaan yang dikelola sesuai standar (Good Agriculture Practices) dengan kebun yang dikelola petani,” ujarnya, saat ditemui di lokasi field trip, di Burau, Luwu Timur, pada Sabtu (25 Mei 2024).
Menurut Idum, petani sawit harus bisa menerapkan standar (Good Agriculture Practices) di kebun masing-masing dengan teori yang telah didapat selama pelatihan setelah melihat langsung kebun perusahaan. Mulai dari perawatan hingga memilah buah sawit (TBS) yang sesuai standar.
“Harapannya kebun petani hasilnya (produksinya) bisa meningkatkan, tentunya akan berdampak pada kesejahteraan. Apalagi petani sawit (peserta pelatihan) banyak yang kebunnya masuk tahap TBM, yang memerlukan perawatan yang intensif. Jadi jangan sampai salah perawatan agar hasilnya bisa optimal,” jelasnya.
Dalam kunjungan kebun, para peserta mendapat penjelasan dari pihak perusahaan pengelola kebun sawit, mulai dari perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) hingga panen. Sebagian besar petani sawit yang mengikuti pelatihan tengah mengelola kebun pada tahap TBM, meski memiliki kebun yang sudah dapat dipanen. Salah satu poin yang ditegaskan yakni memilah buah sawit atau Tandan Buah Segar (TBS) yang sesuai standar kematangan.
Pada kesempatan yang sama, Manager Kebun Luwu 1, (KSO PTPN 4 dan 1), Yoga Lesmana, mengungkapkan pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan petani sawit dan kunjungan ke kebun perusahaan. Harapannya bisa meningkatkan skill para petani sawit dari Luwu Timur dan dapat diterapkan di kebun masing-masing sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
“Poin-poin yang harus dipahami para petani sawit yaitu proses atau tahap perawatan tanaman sawit, TBM (tanaman belum menghasilkan) mulai dari pemupukan hingga kastrasi. Dan, para petani diharapkan dapat memilih dan memilah TBS yang sesuai dengan standar kematangan dari perusahaan. Sebab ini akan menentukan harga dan hasil (kandungan minyak),” jelasnya.
Dikatakan Yoga, kriteria panen sawit ditentukan dari 5 brondolan yang sudah jatuh di piringan. Jadi, buah yang siap dipanen, kalau sudah ada minimal 5 brondolan yang sudah jatuh di piringan.
Selain itu, kami juga sampaikan jangan sampai salah pilih bibit. Karena akan berdampak (kerugian) yang dialami para petani. Jangan tergiur dengan bibit sawit harga murah dan tidak jelas asal usulnya. Yang penting mahal sedikit tetapi jelas asal usul bibitnya,” ungkapnya.
“Tentunya pelatihan yang diikuti petani sawit dengan beragam materi mulai dari Penguatan Kelembagaan, Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Panen & pascapanen serta kunjungan ke kebun yang dikelola perusahaan akan memberikan dampak positif bagi petani sawit dari Luwu Timur,” pungkas Yoga.