JAKARTA – Skema tarif Bea Keluar CPO sebesar 0% tidak mampu mendongkrak kinerja ekspor CPO pada September kemarin. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat pelemahan ekspor CPO dan produk turunannya pada bulan September 1,695 juta ton atau turun 1,6% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu 1,72 juta ton.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI, dalam rilisnya menyebutkan penurunan kinerja ekspor ini disebabkan daya beli negara tujuan ekspor (China dan India) menurun. Kendati, harga sudah murah dan bea keluar juga sudah rendah dibandingkan bulan sebelumnya, juga tak mampu mendongkrak ekspor CPO Indonesia
“Terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan utama ekspor dan harga minyak nabati lainnya juga yang rendah (kedelai) sehingga CPO sebagai minyak substitusi tidak dapat bersaing,” jelas Fadhil.
Data GAPKI mencatat volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India tercatat turun mencapai 185 ribu ton atau turun 38% dibandingkan dengan bulan lalu, dari 490 ribu ton pada Agustus lalu menjadi 305 ribu ton pada September 2014.
Penjualan CPO Indonesia ke Tiongkok pada September 2014 hanya mampu mencapai 56,26 ribu ton atau turun 31% dibandingkan Agustus sebesar 81 ribu ton.
Sementara itu, volume ekspor ke Amerika Serikat, September 2014 ini volume ekspor ke negeri Paman Sam meningkat 86% dari 36,9 ribu ton pada Agustus menjadi 68,8 ribu ton pada September 2014. Hal ini menarik karena produksi kedelai di Amerika Selatan melimpah dan harga kedelai yang murah.
Sementara itu, volume ekspor ke Amerika Serikat, September 2014 ini volume ekspor ke negeri Paman Sam meningkat 86% dari 36,9 ribu ton pada Agustus menjadi 68,8 ribu ton pada September 2014. Hal ini menarik karena produksi kedelai di Amerika Selatan melimpah dan harga kedelai yang murah.